JAKARTA, Stabilitas.id – International Monetary Fund (IMF) merilis World Economic Outlook Update January 2023. IMF memperkirakan penurunan akan terjadi di berbagai sektor, melihat masih adanya ketidakstabilan ekonomi global.
Berdasarkan data terbaru IMF yang dikutip Kamis (16/2/2023), pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan mengalami penurunan dari 3.4% menjadi 2.9% di tahun 2023. Namun, akan kembali naik ke 3.1% di tahun 2024. Dalam perkiraannya, World Economic Outlook (WEO), di tahun 2023, 0.2% lebih tinggi dibandingkan dengan prediksi Oktober 2022.
Upaya Bank Sentral dalam mengendalikan inflasi dan perang Rusia dan Ukranina yang masih terjadi, memperburuk kondisi dan pergerakan perekonomian global. Namun, membaiknya kondisi Covid-19 mempercepat penyembuhan ekonomi, seiring dengan diangkatnya pembatasan di beberapa negara dunia.
BERITA TERKAIT
Selanjutnya, inflasi global diharapkan mengalami penurunan dari 8.8% di tahun 2022, menjadi 6.6% di tahun 2023, dan terus menurun hingga 4.3% di tahun 2024. Angka tersebut masih tetap tinggi, jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, yaitu 3.5%.
Upaya penanganan risiko yang telah dilakukan, membuat kondisi perekonomian tetap menurun, namun, risiko kerugian sudah dimoderasi sejak Oktober 2022 oleh WEO.
Disisi lain, tingginya permintaan dan penurunan inflasi di banyak negara membuat pemulihan ekonomi global, dapat berjalan lebih cepat. Namun, kondisi kesehatan di China dan perang Rusia-Ukraina menghambat pertumbuhan dan memperburuk utang, serta pembiayaan global.
Selain itu, pasar uang juga bisa berubah sewaktu-waktu seiting dengan inflasi yang memburuk dan ketegangan geopolitik yang masih terjadi.
Saat ini, kondisi ekonomi yang ada dan tingginya harga bahan pokok, masih memprioritaskan kestabilan dan pencegahan naikknya inflasi. Dengan kondisi keuangan moneter yang lebih ketat dan perumbuhan yang rendah, berpotensi mempengaruhi stabilitas keuangan dan utang.
Namun, membaiknya kondisi Covid-19 di China, dibukanya kembali pembatasan di beberapa negara, serta proses vaksinasi yang masif, menjaga pemulihan ekonomi tetap terjadi. Dukungan fiskal harus diberikan kepada negara yang paling terpengaruh dari kenaikan harga energi dan pangan.
Kerja sama multilateral yang kuat juga penting dalam memitigasi perubahan iklim dengan membatasi emisi dan meningkatkan green economy atau ekonomi hijau.***





.jpg)










