• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Sabtu, November 22, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Indonesia Minim Dana, LPI Jadi Solusi Instrumen Menarik Investasi Asing

Secara makro, sumber dana dalam negeri masih sangat kurang, hanya 35% dari PDB yang nilainya mencapai Rp 17 ribu triliun.

oleh Sandy Romualdus
25 Februari 2021 - 17:18
63
Dilihat
Indonesia Minim Dana, LPI Jadi Solusi Instrumen Menarik Investasi Asing
0
Bagikan
63
Dilihat

JAKARTA, Stabilitas.id – Negara-negara di dunia membutuhkan dana yang sangat besar untuk memitigasi risiko-risiko global yang muncul akibat pandemi covid dan perubahan iklim. Pendanaan tersebut tidak hanya bersumber dari pemerintah tetapi juga dari korporasi dan masyarakat dengan cara-cara yang inovatif. Sebab, pemerintah memiliki keterbatasan karena adanya limit rasio utang yang ditetapkan oleh konsitutusi dan penerimaan pajak.

Di negara telah ada badan-badan khusus untuk menarik dan mengelola dana-dana yang dikenal dengan sovereign wealth fund (SWF). Sebuah dana abadi yang menjadi fondasi untuk sumber-sumber pembiayaan dan pertumbuhan. Dana-dana ini dikelola dengan dukungan diskresi dalam strategi makro yang sistematis dalam konteks portofolio institusional yang berasal dari kelas multi aset.
Indonesia sendiri sedang mengembangkan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) sebagai amanat dari undang-undang cipta kerja yang bertujuan untuk mendapatkan sumber-sumber dana, baik yang berasal dari domestik dan luar negeri.

Mirza Adityaswara, Direktur Utama Lembaga Pengembagan Perbankan Indonesia (LPPI) saat membuka Virtual Seminar LPPI ke 41 hari ini, Selasa (25/2) dengan tema Sovereign Wealth Fund- Strategi Pendanaan Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan mengatakan, keberadaan SWF di Indonesia berbeda dengan negara lain yang mengalami surplus neraca pembayaran, seperti China, Norwegia, Taiwan, atau Singapura.

BERITA TERKAIT

LPPI Gelar IRMO 2026: Bahas Strategi Perbankan Hadapi Gejolak Ekonomi dan Transformasi Digital

Mau Tahu Cara Hitung Dampak Sosial dengan Rupiah? Ikuti Pelatihan SROI Batch 3 LPPI Oktober 2025

Dana Rp200 Triliun Diguyur ke Bank BUMN, ‘Confidence Push’ untuk Ekonomi Nasional

IFSO 2025: Dirut Askrindo Tegaskan Asuransi Kredit Jadi Kunci Pertumbuhan Ekonomi

“Jadi perdagangan internasionalnya surplus. Jadi SWF mereka itu menyalurkan kelebihan cadangan devisa untuk investasi di luar negeri. Tetapi ada jenis lain dari SWF yang mengundang modal dari luar negeri untuk membangun di dalam negeri. Ini yang dilakukan LPI,” ungkap Mirza.

Menurutnya, keberadaan LPI memang menjadi solusi tepat bagi Indonesia saat ini dalam rangka pembiayaan pembangunan. Sebabnya, pendanaan Indonesia saat ini banyak terkuras untuk pemulihan ekonomi nasional dari pandemic Covid-19. Secara makro, sumber dana dalam negeri masih sangat kurang, hanya 35% dari PDB yang nilainya mencapai Rp 17 ribu triliun.

“Kredit tidak bisa lebih besar dari dana yang dihimpun. Sementara asuransi dan dana pension juga kalau dikumpulkan, sebut saja dapen 400 triliun, asuransi 1.000 triliun dan reksadana 500 triliun, tetap saja masih kurang jika digabung dengan daba bank. Karena DPB kita 17 ribu triliun. Jadi mungkin hanya 55% sumber dana lokal kalau dikumpulkan. Maka, kebutuhan akan dana dari luar negeri tidak bisa dihindari,” jelas Mirza.

Memang dana asing yang masuk ke Indonesia saat ini tersebar di berbagi protofolio. Ada yang masuk via SBN, yang saat ini angak mungkin 25-26 persen, juga global bond milik pemerintah dan swasta. Dana asing juga masuk ke pasar saham di BEI. “Tetapi perlu dipahami jika investor membeli ekspektasi, sehingga ada risiko volatility. Bisa beli dengan mudah, investor asing juga bisa jual dengan mudah. Maka harus dicari instumen yang lebih stabil supaya dana asing masuk bisa bertahan lebih lama di Indonesia,” jelas Mirza.

Kehadiran SWF Indonesia atau LPI, menurut Mirza adalah solusi instrument investasi dalam menggait dana asing sebanyak-banyaknya untuk bisa digunakan untuk mendanai aset di Indonesia baik proyek insfrastruktur, yang otomatis dana asing itu bisa stay lebih lama di Indonesia. “Dana asing yang masuk itu dikembangkan dengan governance yang baik. Kita optimis karena dewan direski LPI yang dipilih Presiden adalah orang-orang berpengalaman di level inernasioanal dan bisa menarik investor kelas dunia dan bisa menjaga governace SWF dengan baik,” pungkasnya.

Di kesempatan yang sama Anggota Dewan Pengawas LPI, Darwin Cyril Noerhadi mengatakan, saat ini terdapat lebih dari 100 SWF di dunia dan hampir setiap negara memilki satu lembaga tersebut. Contohnya, model SWF di Norwegia yakni Norges Fund yang sumber dananya dari cadangan devisa dan penjualan minyak. Dana tidak masuk dalam budget negara tetapi langsung masuk ke fund yang dikelola oleh satu unit di bank sentral invest management.

“Dana ini dikelola untuk investasi di global market seperti pada porsi equity yang tujuannya menggenerate return dan bisa melanjutkan pertumbuhan sampai lintas generasi. Norges bank ini terbesar dan lebih dari 1 triliun dolar, masa pandemi kemaren sempat merugi sampai 170 miliar dolar karena drop,” jelas Cyril.

Lalu ada GIC, Government of Singapore yang berangkat dari beberapa improvement aset yang ada di Singapura. GIC dibentuk dengan UU sejak 40 tahun yang lalu, dan nilainya hari ini sebear 440 miliar dolar. Ada juga NIIF yang dibentuk oleh pemerintah India pada 2015 dan beroperasi 2017. Demikian juga dengan Mesir, Afrika juga sudah membentuk SWF belum lama ini.

Menariknya, di SWF di India, sesuai UU di negara tersebut secara praktik bisnisnya mengakui adanya trust. Maka pemerintahnya hanya mengalokasi dana 3 miliar dolar. Ketika ada investor asing masuk sampai hingga 50 persen maka, masuk 40 persen dalam bentuk trust. “Trust fund mengelola apaun aset dari sektor yang dikembangkan, baik infrastruktur atau sektor energy,” jelasnya.

Konsep model India ini lebih dekat dari apa yang diinginkan SWF Indonesia karena attract direct invest, menarik dana investor asing. “Bedanya pusat investasi Indonesia fokus ke portofolio, dan bukan direct investment sehingga ada kendala untuk bermitra dengan investor asing kalau mereka mau masuk ke sektor direct investment,” pungkas Cyril.

Cyril menyebutkan, tujuan LPI adalah memperoleh manfaat investasi dan memberikan sumbangan pada perkembangan ekonomi nasional, termasuk peroleh keuntungan dari investasi dan penyelenggaraannya. UU juga memberi kewenangan kepada LPI untuk melakukan pengoolahan investasi mulai dari rencana, pengaturan, pengawasan, hinga pengendalian dan evaluasi.

“Investasi bervariasi dari surat utang sampai equity. Spektrum jenisnya variasi. Kemudian ada pengelolaan investasi aset baik aktif maupun pasif. Lalu bagaimana memilih mitra juga lokasi atau yuridiksi dari negara untuk bermitra dan juga bisa memperoleh pinjaman dan memberikan invetasi. Tujuan utamanya bukan pinjaman tapi bisa saja dalam proses investasi terjadi pinjaman,” ukas Cyril.

Dampak Pertumbuhan

Sementara Kepala Ekonom Danareksa, Moekti P. Soejachmoen mengatakan, investasi yang mengalami kontraksi yang dalam dan masih belum kembali ke posisi sebelum pandemic butuh strategi baru guna kembali menggenjot lapangan pekerjaan. Dia menyebutkan, setiap kenaikan investasi sebesar 1% akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,3%. Setiap 0,3% kenaikan pertumbuhan ekonomi, penciptaan kesempatan kerja rata rata sebesar 0,16%. Setiap 0,3% kenaikan pertumbuhan ekonomi akan menyerap sekitar 75.000 tenaga kerja. “Asumsi investasi senilai USD 2Bn atau pertumbuhan investasi +0,38% yoy, akan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi sebesar +0,11 ppt yoy, dan menyerap 22.000 tenaga kerja,” sebutnya dalam kesempatan virsem yang sama.

Maka Indonesia memerlukan terobosan dalam mengundang investasi asing. Karena terbatasnya kapasitas pembiayaan pemerintah baik fiskal maupun melalui BUMN untuk membiayai investasi. Di sisi lain FDI Indonesia relatif lebih kecil setiap tahunnya dibandingkan negara negara yang sudah memiliki SWF. “LPI yang didirikan untuk mengelola investasi pemerintah dan bekerjasama dengan mitra investor dalam sektor komersial yang penting bagi pembangunan dan penciptaan lapangan kerja. LPI akan secara bersama melakukan investasi dengan mitranya, mengelola investasi selama jangka waktu yang disepakati, dan akhirnya merealisasi nilai tambah,” katanya.

Disebutkan Moekti, pada tahun pertama sebagai tahun awal investasi, LPI dan investor mitra membentuk dana kelolaan bersama, misalnya dalam trust. Selanjutnya melakukan investasi dalam aset di Indonesia, misalnya jalan tol. “Apabila dibeli dari salah satu BUMN baik mayoritas atau minoritas, dana yang diperoleh dapat langsung diinvestasikan ulang oleh BUMN tersebut,” jelasnya.

Selanjutnya hingga tahun ke 10, LPI melakukan pengelolaan untuk meningkatkan nilai aset, misalnya menempatkan manajemen yang professional, meningkatkan kinerja operasional, memperbaiki postur keuangan. “Dapat dilakukan pembiayaan ulang (refinancing) aset untuk membuka kapasitas penyaluran kredit perbankan domestic,” sebutnya.

Nantinya di akhr tahun ke-10, akan menjadi tahun realisasi nilai tambah. “Di situ entitas melakukan exit untuk merealisasi nilai tambah investasi, misalnya IPO, penjualan kepada investor strategis. LPI merealisasi investasi plus nilai tambah untuk kemudian diinvestasikan ulang setelah sebagian hasil dikembalikan ke negara,” jelas Moekti.

Tags: Lembaga Pengelola InvestasiLPILPPISWF
 
 
 
 
Sebelumnya

PT Jamkrindo Bantu Pemberdayaan Ekonomi Petani Kopi Garut

Selanjutnya

LPS: Kepercayaan Masyarakat Terhadap Perbankan Unsur Penting Pemulihan Ekonomi Nasional

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

oleh Stella Gracia
21 November 2025 - 11:14

Stabilitas.id – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melalui tim SIG CSIRT (Computer Security Incident Response Team) berhasil meraih Juara...

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

oleh Sandy Romualdus
21 November 2025 - 11:03

Stabilitas.id — Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tercatat mencapai Rp479,7 triliun atau 2,02% terhadap PDB hingga akhir...

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

oleh Sandy Romualdus
21 November 2025 - 10:13

Stabilitas.id - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berupaya mencari solusi hunian masa depan yang adaptif, berkelanjutan, dan relevan dengan...

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

oleh Sandy Romualdus
20 November 2025 - 19:14

Stabilitas.id – Percepatan transisi energi dan pesatnya transformasi digital mendorong kebutuhan sistem kelistrikan yang makin andal dan fleksibel. Menjawab tantangan...

Surplus Transaksi Berjalan Dongkrak Kinerja NPI Kuartal III/2025, Cadangan Devisa Tetap Tebal

Surplus Transaksi Berjalan Dongkrak Kinerja NPI Kuartal III/2025, Cadangan Devisa Tetap Tebal

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 11:11

Stabilitas.id – Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2025 tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Meski...

BI Tahan Suku Bunga, Perkuat Intervensi dan Likuiditas Dorong Kredit Sektor Riil

BI Tahan Suku Bunga, Perkuat Intervensi dan Likuiditas Dorong Kredit Sektor Riil

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 10:59

Stabilitas.id - Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan BI-Rate di level 4,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) 18–19 November...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
LPS Turunkan Kembali Tingkat Bunga Penjaminan Rupiah

LPS: Kepercayaan Masyarakat Terhadap Perbankan Unsur Penting Pemulihan Ekonomi Nasional

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance