Stabilitas.id – Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengusulkan agar ukuran rumah subsidi vertikal yang saat ini berluas 36 meter persegi ditingkatkan menjadi 45 meter persegi. Langkah tersebut dinilai lebih manusiawi dan dapat memberikan kenyamanan lebih bagi penghuni.
“Ya rumahnya tadi (tipe) 36, apartemen kan kecil kalau (tipe) 36. Saya pikir buat aja lebih besar, yang lebih manusiawi (tipe) 45. Jadi orang tinggal di situ cukup comfortable,” ujar Purbaya saat berbincang dengan PKP Maruarar Sirait (Ara), Selasa (14/10).
Menurut Purbaya, program rumah subsidi dengan tipe yang lebih luas dapat menyasar segmen masyarakat berpenghasilan tanggung (MBT), yakni kelompok masyarakat yang berada sedikit di atas lapisan berpenghasilan rendah (MBR) namun belum mampu membeli rumah komersial.
BERITA TERKAIT
“Kalau agak besar kan harganya juga tinggi. Jadi bukan yang MBR saja, agak tengah sedikit, di atasnya MBR sedikit mungkin. Agak (ekonomi) menengah ya,” katanya. “Menengah tanggung. Karena kan ada segmen yang kosong tuh yang nggak terlayani dengan baik.”
Selain mendorong perluasan tipe rumah subsidi, Purbaya juga menyinggung perlunya penyelesaian masalah Skor Layanan Informasi Keuangan (SLIK) di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang kerap menjadi kendala calon debitur dalam pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
“Saya lihat OJK seperti apa nanti. Biasanya akan rapat dengan saya, minggu depan Kamis, mungkin saya akan ke OJK, atau rapat dengan OJK. Di minggu depannya sudah clear. Harusnya bisa,” jelasnya.
Purbaya menekankan, upaya peningkatan kualitas dan kenyamanan rumah subsidi, termasuk penyelesaian hambatan administratif seperti SLIK, merupakan bagian dari strategi pemerintah untuk memperluas akses hunian layak dan mempercepat realisasi program perumahan nasional.
Kesempatan Miliki Rumah
Dia juga mengatakan saat ini adalah kesempatan bagus bagi masyarakat untuk bisa memiliki rumah. “Semua orang ingin punya rumah. Untuk yang belum punya rumah, harusnya ini kesempatan yang bagus,” ujar Purbaya.
Menurut dia, saat perekonomian sudah mulai kembali positif dan kemungkinan akan banyak masyarakat yang memiliki uang lebih dibandingkan sebelumnya.
“Ekonomi sudah mulai balik, saya pikir akan banyaklah orang yang punya uang lebih dibandingkan sebelumnya. Harusnya permintaan (demand) perumahan akan tumbuh juga,” kata Purbaya.
Sebagai informasi, Menkeu Purbaya optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV 2025 dapat mencapai 5,67 persen, seiring menguatnya konsumsi masyarakat dan dampak stimulus pemerintah yang mulai berdampak di akhir tahun.
Ia menilai proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 4,8 persen tahun ini tidak sepenuhnya mencerminkan tren pemulihan yang sedang terjadi.
Menurutnya, arah perekonomian nasional telah bergerak lebih positif, terutama setelah kebijakan penempatan dana negara ke bank anggota Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mulai berdampak terhadap konsumsi dan likuiditas.
Salah satu indikator perbaikan ekonomi ia soroti, terlihat dari peningkatan konsumsi rumah tangga. Proporsi belanja masyarakat untuk konsumsi mencapai 75,1 persen pada September 2025, naik dari 74,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut Bendahara Negara itu, kenaikan tidak terlepas dari kebijakan pemerintah yang mulai menempatkan dana Rp200 triliun ke dalam sistem keuangan sejak 13 September 2025.
Dana yang berasal dari Saldo Anggaran Lebih (SAL) itu dimaksudkan untuk menjaga likuiditas perekonomian, menurunkan suku bunga pasar, serta mendorong penyaluran kredit produktif, terutama kepada sektor riil seperti UMKM. ***





.jpg)










