• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Minggu, November 23, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Laporan Utama

Masih Kental Ancaman Digital

oleh Sandy Romualdus
31 Maret 2022 - 09:03
75
Dilihat
Editorial 182: Data dan Pemimpin
0
Bagikan
75
Dilihat

Meskipun bank sentral akan melakukan normalisasi kebijakannya, tampaknya bank akan tetap menaruh efek samping dari praktik digitalisasi di puncak mitigasi risiko. Sebabnya kejahatan siber masih akan menjadi ancaman.

Oleh Romualdus San Udika

Ancaman pada perubahan praktik layanan di industri keuangan masih menyergap perbankan, tetapi ancaman lain tidak mau menunggu. Ya, menjelang akhir tahun lalu, ketika perubahan besar pada sektor keuangan sudah mulai terbiasa dijalani, para pengelola bank harus bersiap menghadapi perubahan baru: kebijakan moneter yang lebih ketat.

Perbankan memang telah merasakan banyak kemudahan demi menjaga operasionalnya menjalani masa-masa genting akibat maraknya digitalisasi yang dibarengi pandemi. Kini persoalan itu harus bertambah rumit ketika bank sentral AS akan memutar haluan kebijakan moneternya.

BERITA TERKAIT

Danamon Edukasi Masyarakat untuk #JanganKasihCelah pada Penipuan Saat Transaksi di Ruang Publik

Marak Modus Kejahatan Smishing, BRI Himbau Nasabah untuk Jaga Kerahasiaan Data Transaksi Perbankan

Kaspersky Blokir Hampir 4 juta Ancaman Online di Indonesia pada Q4 2024

BTN Gandeng BSSN Maksimalkan Keamanan Transaksi Digital

Sembari terus berjaga oleh perkembangan layanan teknologi yang makin gesit, para risk manager harus terus mengawasi apa yang akan dilakukan oleh The Federal Reserve. Belum lagi dengan isu-isu lingkungan yang muncul belakangan.

Yusak Silalahi, SEVP Wholesale Risk Bank Mandiri menegaskan bahwa perubahan yang ada di dunia bisnis dan pola hidup masyarakat juga perkembangan teknologi mendorong akselerasi digitalisasi sehingga menuntut business agility dan manajemen risiko yang ketat. Sebab kemungkinan terjadinya lagi pandemi, krisis atau disrupsi lain membutuhkan kesiapan finansial dan operasional. “Climate action failure risk dan ESG risks akan menjadi fokus di masa datang,” kata Yusak dalam Seminar “Indonesia Risk Management Outlook (IRMO) 2022” yang diselenggarakan Majalah Stabilitas akhir Januari lalu.

Mengutip data Mandiri Institute, volume transaksi digital banking tercatat tumbuh 20.8 persen, nominal transaksi e-commerce tumbuh 50 persen, dan transaksi uang elektronik naik 33 persen. Maka diproyeksi hingga 2025 nanti digital economy di Indonesia diperkirakan tumbuh rata-rata 2 digit pertahun di 23 persen.

Digitalisasi ekonomi memang akan tetap menjadi perhatian utama para pengelola perbankan, melanjutkan apa yang sudah mereka lakukan 2-3 tahun belakangan. Namun begitu bukan berarti terkait risiko yang datang saat ini terkait perubahan kebijakan moneter global, tidak menjadi prioritas.

Melanjutkan kecenderungan dua tahun belakangan ini bank tampaknya akan tetap mementingkan aspek resiliensi perusahaan dari aspek teknologi. Menurut Yusak, akselerasi digitalisasi untuk beradaptasi terhadap perubahan pola hidup masyarakat dan peningkatan kompetisi menjadi keharusan perbankan. Bank Mandiri sendiri, kata Yusak, telah melakukan transformasi digital melalui Financial Super App dan Wholesale Digital Super Platform (Livin dan Kopra).

“Peningkatan transformasi digital perlu didukung dengan penerapan manajemen risiko yang robust dalam teknologi informasi. Salah satunya melalui improve IT risk management dengan cara mengimplementasikan cyber insurance untuk meminimalisir kerugian bank dengan terus melakukan pengembangan cyber control secara berkelanjutan. Kemudian memastikan ketersediaan sistem digital, sejalan dengan pelaksanaan manajemen risiko yang terintegrasi dari first line sampai dengan third line,” papar Yusak.

Kendati demikian, perbankan tetap harus menjaga agar pertumbuhan bisnisnya berkelanjutan. Untuk itu, Yusak mengatakan ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Antara lain mempertimbangkan risk appetite dalam menjaga keseimbangan risk vs return dalam jangka pendek dan jangka panjang. Kemudian soal dukungan data dan teknologi untuk mendapatkan pendalaman potensi transaksi dari ekosistem bisnis. Lalu evaluasi performa bisnis yang fokus pada stabilitas bisnis jangka panjang (bukan hanya snapshot jangka pendek.

Selanjutnya, menurut Yusak, perusahaan harus bisa mengantisipasi kondisi tidak terduga (tail risk) untuk menjaga ketahanan kinerja. Ini bisa dilakukan dengan cara diversifikasi portfolio dengan sumber pendanaan yang sehat. Selain itu juga perlu early warning signal atas potensi risiko baik dari faktor internal, market/makro maupun counterparty bermasalah. Kemudian melakukan stress testing dan action plan untuk menghadapi kondisi krisis. “Pastikan juga bahwa permodalan dan likuiditas yang solid, sejalan dengan membangun stabilitas perfoma bottom line,” papar Yusak.

Eduard Guntoro Purba, Executive Vice President of Risk Management BCA menyampaikan pihaknya juga melakukan perubahan secara digital untuk mengikuti kebiasaan masyarakat. Transaksi digital BCA menurut dia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang membuat optimisme berkembang.

“Tren digitalisasi juga membuat kita bergerak dan mampu mengimbangi, BCA membuktikannya. Transaksi digital kami terus meningkat, bagaimana aplikasi bisa melayani kebutuhan ini penting. BCA diuntungkan kualitas nasabah relatif lebih baik karena hubungan lama, juga didukung keberadaan transaksi dan payment sehingga penanganan persoalan lebih baik dan nasabah care bisnis jangka panjangnya,” tandas Eduard.

Menangkal Cyber Crime

Sebagai dampak lanjutan dari tren digitalisasi, bank juga sudah siaga akan risiko yang muncul dari kecenderungan praktik tersebut. Salah satu ancman yang terbesar adalah maraknya kejahatan siber. Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI Amirul Wicaksono menyebut langkah-langkah untuk menangkal serangan siber salah satunya dengan pendekatan IT Security Cyber Architecture.  Dengan langkah tersebut, sejauh ini Bank DKI masih aman dari risiko serangan siber karena, bank memiliki regulasi yang ketat. “Di bank ada regulasinya, seperti Peraturan Manajemen Risiko dalam Penggunaan Teknologi (MRTI). Dari OJK juga selalu mengaudit fungsi mitigasi risiko dan fungsi untuk menangkal serangan siber,” jelas dia.

Bank DKI sudah mempunyai produk-produk digital, seperti mobile banking, kartu uang elektronik, server based, serta Mobile Point of Sale (MPOS) yang bertujuan untuk mendigitalisasi masyarakat menengah ke bawah.  “Kami punya agen bank yang ada di pasar atau komunitas masyarakat. Digitalisasinya disitu. Agen bank kami tempatkan di MPOS jadi bisa berfungsi sebagai mini ATM untuk bertransaksi dan bisa mendigitalisasikan uang kas diterima dan transkasinya digital,” kata Amirul.

Sementara Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan, mengatakan perlu kebersamaan antara penyedia layanan dan pengguna layanan untuk menangkal risiko cyber crime. Untuk itu dia  mengajak nasabah untuk menerapkan praktik cyber hygiene atau pengamanan dalam transaksi secara digital, guna mencegah kejahatan siber.

Tjandra menjabarkan sejumlah langkah cyber hygiene yang bisa dilakukan nasabah, agar terhindar dari praktik kejahatan siber. Pertama, nasabah diminta untuk terus memperbarui aplikasi layanan penyedia jasa transaksi, sebab dalam setiap pembaruan terdapat peningkatan fitur keamanan. Kemudian, untuk memperkuat keamanan dari suatu aplikasi, nasabah perlu mengaktifkan fitur autentikasi dua faktor (two-step authentication), sehingga akun nasabah tidak mudah dibobol oleh oknum.

Selain itu, nasabah dapat memanfaatkan fungsi biometrik seperti identifikasi sidik jari atau pengenal muka pada aplikasi keuangannya. “Selalu ingat untuk melakukan langkah-langkah preventif lainnya seperti tidak membagikan data rahasia, mulai dari username, password, sampai menginformasikan kode OTP kepada pihak yang tidak dikenal,” ujar Tjandra seraya menambahkan langkah terakhir, nasabah diminta untuk selalu melakukan verifikasi apabila dihubungi oleh pihak yang mengatasnamakan bank.

Dalam ekosistem Bank Neo Commerce sendiri, Tjandra menyebutkan, pihaknya telah bekerja sama dengan Huawei, untuk melindungi server dan network perangkat, atau lebih dikenal dengan firewall. Kemudian, bank digital itu juga memanfaatkan sistem pengelolaan data dari Tencent Cloud yang akan membantu bank menjaga data dan privasi nasabah dengan efektif dan juga aman dari data breaching di sisi sistem, melalui solusi Tencent yang disebut Tencent Distributed Database (TDSQL).

Pada kesempatan berbeda, Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Retno Ponco Windarti menegaskan bahwa Bank Indonesia (BI) telah memiliki strategi untuk mengamankan data digital setiap nasabah di sistem pembayaran nasional terhadap ancaman siber. Ancaman siber merupakan risiko paling besar dalam proses digitalisasi di sistem pembayaran. Salah satu caranya adalah dengan melakukan komunikasi intens dengan Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) dan Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran (PIP).

Selain itu, Retno menuturkan, pihaknya juga akan memberikan sanksi pada PJP dan PIP yang teledor dalam melakukan kewajibannya. Sehingga, keamanan digital menjadi salah satu faktor yang perlu diutamakan dalam industri jasa keuangan. “Akhirnya kita juga bisa memberikan sanksi kalau memang pada level-level tertentu kejadian tersebut terjadi karena keteledoran dan tidak memenuhi ketentuan yang ada,” katanya.***

Tags: Ancaman DigitalClimate action failure riskCyber CrimeESG risksIndonesia Risk Management Outlook
 
 
 
 
Sebelumnya

Was-was Risiko Likuiditas

Selanjutnya

Bersiap Menghadapi Tapering Off

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Transaksi Digital Tumbuh 44%, CIMB Niaga Gaspol Pengembangan OCTO

Transaksi Digital Tumbuh 44%, CIMB Niaga Gaspol Pengembangan OCTO

oleh Stella Gracia
11 November 2025 - 04:31

Stabilitas.id — PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) kembali memperkuat posisinya sebagai pemain utama di perbankan digital dengan meluncurkan...

Keterlibatan Aplikasi Keuangan di APAC Naik 35% pada 2025

Keterlibatan Aplikasi Keuangan di APAC Naik 35% pada 2025

oleh Stella Gracia
31 Oktober 2025 - 12:30

Stabilitas.id – Perusahaan analitik dan pengukuran global Adjust melaporkan peningkatan signifikan keterlibatan aplikasi keuangan di kawasan Asia Pasifik (APAC) sepanjang...

Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Menkeu: Bangun Ekspektasi Positif

Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Menkeu: Bangun Ekspektasi Positif

oleh Sandy Romualdus
29 Oktober 2025 - 12:14

Stabilitas.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya membangun ekspektasi positif dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin...

OJK Inisiasi Transformasi Digital Koperasi Sapi Perah, Libatkan ILO dan Kemenkeu

OJK Inisiasi Transformasi Digital Koperasi Sapi Perah, Libatkan ILO dan Kemenkeu

oleh Stella Gracia
15 Oktober 2025 - 08:45

Stabilitas.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperluas penerapan program digitalisasi pembiayaan ekosistem sapi perah di berbagai daerah sebagai upaya mendorong...

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

oleh Sandy Romualdus
3 Juli 2023 - 14:21

Literasi keuangan dilakukan melalui ajang lari marathon mungkin hanya perumpamaan atau ungkapan metaforis untuk menggambarkan bahwa literasi keuangan adalah perjalanan...

Round Up : Meraba Titik Nyeri Terpanas 2023

Absorpsi Ancaman Suku Bunga

oleh Sandy Romualdus
5 Januari 2023 - 10:37

Tak pelak ancaman kenaikan suku bunga karena makin ketatnya kebijakan moneter akan menjadi perhatian utama perbankan. Apakah risiko pasar pada...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank BJB Kehilangan Putra Kandungnya: Yusuf Saadudin, Pemimpin Berintegritas yang Menggerakkan Transformasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

BNI Dorong Prestasi Dunia, Indonesia Gelar 2 All Indonesian Final Australia Open 2025

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Bersiap Menghadapi Tapering Off

Bersiap Menghadapi Tapering Off

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance