Tak kalah dengan para pria, wanita juga mampu “menari” di panggung bisnis perbankan dan keuangan dunia. Terbukti, berdasarkan hasil survei majalah Forbes bertajuk ‘World’s 72 Most Powerfull People’, Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) Janet Yellen didaulat sebagai wanita paling berpengaruh di panggung keuangan internasional.
Mengutip laman Forbes, Yellen berhasil mencetak sejarah baru dalam keuangan dunia dengan menjadi wanita pertama yang menjabat sebagai pimpinan tertinggi The Fed. Terlebih lagi, mengingat The Fed merupakan Bank Sentral paling berpengaruh di seluruh jagad dengan aset hingga 4,5 triliun dollar AS.
Selasa, 7 Januari 2014 waktu setempat, menjadi momentum awal Yellen memimpin bank sentral yang telah berusia 100 tahun. Hari itu, Senat AS mengukuhkan Yellen sebagai Gubernur The Fed, menggantikan Ben Bernanke yang masa jabatannya selama delapan tahun berakhir pada akhir Januari 2014.
BERITA TERKAIT
Janet Louise Yellen, sejatinya bukan orang baru di institusi paling berpengaruh di dunia tersebut. Perempuan kelahiran Brooklyn, New York, 13 Agustus 1946 ini adalah ekonom yang sebelumnya menduduki jabatan Wakil Gubernur The Fed. Ia juga pernah menjadi Chief Executive Officer (CEO) Federal Reserve Bank San Fransisco, Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih di masa pemerintahan Presiden Bill Clinton, dan Profesor Emeritus di University of California, Barkeley School of Business.
Keluarga besar Yellen keturunan Yahudi Brooklyn. Ia lulus dari Fort Hamilton High School di Bay Ridge of Brooklyn, lalu meraih gelar dari Pembroke College (Brown University) di bidang ekonomi pada tahun 1967 dengan predikat summa cum laude, lantas mendapat gelar Ph.D. di bidang ekonomi dari Universitas Yale pada tahun 1971. Yellen menikah dengan George Akerlof, pemenang hadiah Nobel ekonomi dan profesor emeritus di Universitas California, Barkeley. Putranya, Robert Akerlof, kini sudah menjadi asisten profesor di University of Warmick.
Karier Yellen melesat setelah menduduki posisi Ketua Dewan Penasihat Ekonomi mantan Presiden AS Bill Clinton, sehingga akhirnya diangkat menjadi anggota Dewan Direksi The Fed. Kecemerlangan Yellen tak hanya memikat Bill Clinton, tapi juga Presiden Barack Obama. Pada Juli 2009, Yellen sudah disebut-sebut sebagai bakal pengganti Ben Bernanke sebagai Ketua Federal Reserve, terlebih setelah ia kemudian ditempatkan sebagai Wakil Gubernur The Fed oleh Obama.
Pada tanggal 9 Oktober 2013, Barack Obama menominasikan Yellen sebagai calon wanita pertama yang akan memimpin Federal Reserve. Obama memuji Yellen sebagai ekonom yang visioner, yang bisa melihat aspek-aspek bermasalah dalam ekonomi AS sebelum jatuh dalam resesi lima tahun lalu. Presiden Obama juga menyebutnya sebagai pembangun konsensus yang bisa “mendengar pandangan yang saling bertolak-belakang” tentang bagaimana mengatur ekonomi AS.
Janet Yellen sendiri, dalam pidatonya di Federal Reserve pada Kamis, tengah pekan November lalu mengatakan, ekonomi Amerika “menguat secara signifikan” sejak krisis tahun 2008. Namun masih membutuhkan dukungan dari bank sentral. Ia menambahkan, ekonomi Amerika telah membuat kemajuan bagus sejak resesi mendalam yang merupakan resesi terburuk di Amerika dalam tujuh dekade. Ia mencatat ekonomi AS telah menciptakan 7,8 juta lapangan kerja baru sejak 2010 dan industri perumahan serta otomotif telah menguat lagi.
Tetapi ekonom berambut putih itu juga mengatakan, perjalanan masih jauh untuk AS meraih kembali pencapaian yang hilang dalam krisis dan resesi.
The Dove
Di bawah Bernanke, The Fed membuat berbagai program yang luar biasa dalam mengatasi krisis finansial pada 2008. Langkah ini disebut-sebut berhasil menyelamatkan sistem perbankan AS. The Fed meminjamkan uang pada berbagai bank setelah pasar kredit membeku, memotong tingkat suku bunga kunci jangka pendek hingga hampir mendekati nol dan membeli triliunan obligasi untuk menurunkan tingkat peminjaman jangka panjang.
Yellen disebut-sebut sebagai salah satu arsitek dalam membantu Bernanke menurunkan suku bunga untuk mendukung perekonomian. Yellen juga ada di berbagai kebijakan The Fed, membuatnya diprediksi tidak akan melakukan perubahan yang signifikan, hanya melanjutkan kesuksesan Bernanke.
Peraih Adam Smith Award di National Association for Business Economics (NABE) ini juga kerap mengeluarkan prediksi yang jitu dalam pertumbuhan ekonomi AS. Wall Street Journal menuliskan, prediksi Yellen banyak yang benar jika dibandingkan prediksi pejabat lainnya di The Fed.
Salah satunya adalah pada tahun 2007, dia memperingatkan akan terjadi resesi ekonomi. Padahal kala itu, banyak ekonom yang memperkirakan krisis akan segera berakhir. “Kemungkinan krisis kredit yang berkembang dan ekonomi akan jatuh dalam resesi semakin jelas terlihat,” kata Yellen saat itu.
Dia juga vokal dalam mengatasi tingkat pengangguran, yang merupakan tujuan utama berdirinya The Fed, mengatasi jumlah pengangguran juga merupakan salah satu keahlian kunci dari Yellen.
Dia dijuluki pelaku bursa AS sebagai ‘dove’, karena lebih concern dengan masalah tenaga kerja ketimbang hanya fokus pada inflasi. Dia lebih tertarik mengatasi pengangguran ketimbang memikirkan bubble asset. Saat ini pengangguran di AS mencapai kisaran 7,3 persen dan Yellen diharapkan bisa menguranginya. “Ini bukan hanya statistik untuk saya. Ini buruk bagi kesehatan dan fisik pengangguran, pada pernikahan mereka, pada anak-anak mereka,” kata Yellen.
Perangainya juga banyak dipuji orang. Dibanding mantan Menkeu AS Larry Summers yang jenius tapi sulit bergaul, Yellen dianggap sebagai pemikir dan pendengar yang baik. Ekonom peraih Nobel dan mantan Wakil Presiden Senior Bank Dunia Joseph Stiglitz mengatakan, Yellen adalah wanita berkepala dingin dan memperhatikan konsensus.
Keunggulan Yellen lainnya adalah karena dia menikahi George Akerlof, yang sedikit banyak membantunya memberikan pengaruh soal perekonomian. Akerlof terkenal berkat artikelnya yang berjudul The Market for Lemons: Quality Uncertainty and the Market Mechanism. Tulisan itu mengetengahkan teori asimetri informasi dengan menggunakan contoh penjual mobil bekas.
Bersama dengan Akerlof, Yellen menghasilkan beberapa teori ekonomi yang hingga kini dianggap masih sangat relevan.
Pasangan ini juga sangat kaya. Nilai investasi Yellen tahun 2012 diperkirakan mencapai 4,8 juta dolar AS, menjadikannya anggota Dewan Gubernur The Fed paling kaya, berdasarkan laporan finansial yang dirilis tahun lalu.
Gajinya sebagai Gubernur The Fed mencapai 179.900 dollar AS atau lebih dari Rp2 miliar per tahun. Belum lagi ditambah gaji Akerlof yang menjabat peneliti senior di IMF. Yellen dikabarkan memiliki saham di beberapa perusahaan, termasuk Conoco Phillips dan Pfizer.
Salah satu investasinya ada dalam bentuk koleksi perangko. Beberapa perangko yang diwariskan ibunya untuknya bernilai antara 15.000 dollar AS sampai 50.000 dollar AS.





.jpg)










