JAKARTA, Stabilitas.id – Otak manusia bisa diibaratkan sebuah orchestra yang beraktivitas dan memainkan sinyal listrik. Terdapat miliaran pemain individu yang disebut neuron, menghasilkan sinyal listrik secara tepat. Ketika neuron berharmoni secara bersamaan, hal ini menghasilkan pikiran kita, emosi kita, kontrol terhadap tubuh kita dan cara kita beradaptasi dengan dunia di sekitar kita.
Namun, pada beberapa kasus terhadap sabotase pada kerja otak manusia. Sistem kekebalan kita sendiri, berbalik menyerang neuron, yang membuatnya tidak bisa lagi bekerja selaras. Dampaknya bisa sangat fatal dan menghancurkan. Hal ini biasa disebut multiple sclerosis (Sklerosis Ganda).
Hal yang membuat sistem imun berbalik menyerang tubuh ini, sudah menjadi misteri dan perdebatan hangan di dunia penelitian selama beberapa tahun. Pada tahun ini, penelitian secara yakin menunjuk virus Epstein-Barr sebagai penyebabnya.
“Ini adalah bukti yang sangat, sangat kuat bahwa virus ini kemungkinan adalah penyebab dari multiple sclerosis (Sklerosis Ganda),” ungkap Prof Gavin Giovannoni, dari Queen Mary University of London.
Virus Epstein-Barr (EBV) ini sangat umum, hingga kita semua bisa saja tertular selama kita hidup. Sebagian besar dari kita bahkan tidak akan menyadarinya, tetapi virus ini terkenal dengan nama “the kissing disease”, yang dikenal juga dengan demam kelenjar atau mononucleosis.
EBV telah masuk kedalam daftar penyebab MS (Multiple Sclerosis) selama beberapa decade, tetapi dibutuhkan bukti yang definitive untuk membuktikan hal ini. Karena, virus tersebut sangat umum dan MS sangat jarang. Bukti penting datang dari militer AS, yang secara rutin mengambil sampel darah para tentara setiap dua tahun. Sampel ini disimpan di dalam freezer Repositori Serum Departemen Pertahanan dan telah terbukti menjadi kunci emas bagi para peneliti.
Sebuah tim di Universitas Harvard memeriksa sampel dari 10 juta orang untuk menentukan hubungan antara EBV dan MS. Studi mereka diterbitkan dalam jurnal sains, dan menemukan 955 orang yang terdiagnosis dengan MS dan menggunakan sampel darah biasa, mereka dapat menemukan pola dari penyakit tersebut.
Tim tersebut mencoba memeriksa apakah ada infeksi lainnya, seperti cytomegalovirus. Tetapi, hanya EBV yang memiliki hubungan yang sangat jelas dengan penyakit neurodegeneratif. Melalui para tentara yang tertular virus, ditemukan tanda-tanda cedera pada otak – yang disebut neurofilament light polypeptide, yang pada dasarnya adalah puing-puing dari sel otak yang rusak – mulai muncul dalam darah. Kemudian diagnosis MS mereka keluar sekitar lima tahun setelah infeksi.
Prof Ascherio mengatakan penelitian ini adalah bukti kuat yang pertama bahwa EBV menyebabkan penyakit. Dia mengatakan itu “cukup umum” bagi virus untuk menginfeksi banyak orang, tetapi hanya menyebabkan komplikasi parah pada beberapa orang. Misalnya di dunia sebelum vaksin, “hampir semua anak” akan terkena polio tetapi satu dari 400 yang akan mengalami kelumpuhan.
Untuk mencegah hal ini, beberapa perusahaan sudah mengerjakan vaksin EBV, termasuk Moderna, yang menggunakan teknologi yang sama dengan yang digunakan untuk mengembangkan vaksin Covid-19 secara cepat. namun, vaksin ini perlu memastikan mereka tidak memicu sistem kekebalan untuk membuat antibodi jahat yang sama dan terlibah dalam multiple sclerosis.
Prof Giovannoni mengatakan bahwa vaksin ini akan mirip dengan vaksin herpes zoster, yang diberikan kepada pasien yang telah terinfeksi virus cacar air. Jadi, meskipun pasien sudah terkena virus ini, pasien dapat meningkatkan sistem kekebalan untuk meningkatkan respons kekebalan terhadap virus dan mengendalikan virus itu sendiri.***





.jpg)










