• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Sabtu, November 22, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Keuangan

Peluang di Tengah Tantangan

oleh Sandy Romualdus
14 November 2011 - 00:00
9
Dilihat
Peluang di Tengah Tantangan
0
Bagikan
9
Dilihat

Penetrasi asuransi yang masih minim di tengah besarnya potensi pasar merupakan tantangan sekaligus peluang bagi pelaku industri asuransi. Beberapa perusahaan asuransi mulai melebarkan sayap dengan membuka asuransi umum yang sebelumnya tidak dimilikinya.

 

Oleh: Romualdus San Udika

BERITA TERKAIT

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

 

Dahulu dikisahkan, ada seorang sales sepatu pabrikan ternama yang ditempatkan di salah satu negara di Afrika. Teman-teman dan kolega mencemoohnya dan mengatakan kariernya akan hancur mengingat banyak penduduk di negara itu yang biasa tidak bersepatu. Namun dia menolak semua cemoohan itu. Menurut dia, masih banyaknya penduduk yang tidak bersepatu di Afrika justru menjadi peluang dirinya untuk menjual sepatu lebih banyak.

Kisah inspiratif itu membuka tabir mengenai tipisnya perbedaan antara peluang dan hambatan. Bisa jadi yang dikatakan orang sebagai sebuah halangan dalam berbisnis justru sejatinya adalah peluang besar.

Kondisi yang mirip dengan bisnis sepatu di Afrika, terpampang jelas pada bisnis asuransi di Indonesia. Dengan jumlah penduduk mencapai 237,56 juta jiwa, jumlah polis asuransi yang beradar hanya 16,75 juta. Berarti, perbandingan polis asuransi per populasi cuma 0,07. Fakta itu cukup kontras jika membandingkannya dengan dua negara jiran Malaysia dan Singapura yang angkanya masing-masing sudah mencapai 0,44 dan 2,31.

Dengan memperhitungkan pertumbuhan industri selama satu dekade terakhir pun angka pemegang polis itu di Indonesia masih terbilang minim, apalagi jika dikaitkan dengan jumlah premi asuransi. Pada 2005, misalnya,

premi asuransi jiwa mencapai Rp 22,29 triliun, tapi pemegang polis individu hanya 5,12 juta. Tahun silam, ketika premi asuransi jiwa mencapai Rp 74,64 triliun, pemegang polis individu cuma 8,88 juta. Artinya peningkatan premi yang nyaris empat kali lipat hanya diikuti oleh pertambahan polis tak sampai dua kali lipatnya.

Sementara itu, jika melihat pertumbuhan bisnis, industri asuransi sebenarnya sangat prospektif. Tahun lalu saja, aset asuransi jiwa, umum, dan reasuransi mencapai Rp229,20 triliun, naik 26 persen dibanding tahun sebelumnya Rp 181,80 triliun. Adapun pendapatan premi meningkat 20,2 persen menjadi Rp 104,27 triliun. Hasil investasi juga tumbuh 9,29 persen menjadi Rp 25,11 triliun, sedangkan laba bersih melonjak 22,29 persen menjadi Rp 8,89 triliun.

Tetapi memang, sekali lagi, pencapaian kinerja industri asuransi belum seberapa dibandingkan produk domestik bruto (PDB) negeri ini. Kontribusi sektor asuransi terhadap PDB baru sekitar 1,9 persen. Perbandingan jumlah premi per kapita (insurance density) di Indonesia juga masih rendah. Setiap penduduk Indonesia rata-rata hanya mengeluarkan dana sekitar Rp 448 ribu untuk membayar premi asuransi.

Besarnya potensi yang dibarengi oleh kinerja yang belum optimal inilah yang mendorong perusahaan-perusahaan untuk memandang kondisi itu dengan cara berbeda. Misalnya PT Avrist Assurance (Avrist). Perusahaan yang selama ini bergelut di asuransi jiwa, akhir September 2011 lalu menghadirkan asuransi umum dengan nama PT Avrist General Insurance. Ekspansi itu dilakukan demi menggarap peluang besar pasar asuransi yang ada di dalam negeri. “Avrist general Insurance didirikan untuk mewujudkan satu polis Avrist dalam setiap rumah tangga di Indonesia,” ujar Vice President Director Avrist, Adi Purnomo Wijaya.

Bahkan, menegaskan hingga akhir 2011, Avrist General Insurance menargetkan perolehan premi Rp2 miliar dan pada tahun 2012 membidik target premi Rp 20 miliar. Sebagai tahap awal, perusahaan yang tadinya bernama asuransi AIA fokus mengembangkan pasar asuransi sektor retail dan SME (Small Medium Enterprise). Untuk itu, perusahan asuransi yang juga dimiliki oleh investor Jerman ini akan mengoptimalkan saluran distribusi pemasaran melalui agensi, broker dan mitra strategis lainnya. seperti perbankan dan lembaga keuangan non bank lainnya.

Langkah yang sama juga dilakukan oleh PT Axa Mandiri. Ke depan, perusahaan patungan antara PT Bank Mandiri Tbk dengan AXA Financial tersebut juga akan menghadirkan layanan asuransi umum dengan membidik pasar yang selama ini telah menjadi bagian dari layanan Bank Mandiri seperti nasabah KPR dan multifinance Bank Mandiri.

Asuransi Jepang

Tak hanya pemain lokal yang berminat memperluas pasar asuransi umum, beberapa perusahaan asuransi umum Jepang juga mengincar pangsa pasar bisnis proteksi asuransi umum di Indonesia. Salah satunya adalah The Non-Life Insurance Institute of Japan. Sebagaimana dikatakan oleh Presiden Director Fudej I Hama, pangsa pasar industri asuransi di Indonesia masih sangat besar jika dibandingkan dengan Jepang, sebaliknya, penetrasi asuransi justru masih kecil.

Hal itu berbeda dengan situasi di Jepang di mana pertumbuhan industri asuransi cenderung stagnan dengan angka penterasi yang tinggi. “Jumlah penduduk Indonesia sangat banyak. Selain itu, meskipun penetrasi bisnis asuransi masih kecil, akan tetapi trennya naik. Ini adalah pangsa pasar yang menarik,” ujar dia.

Saat ini grafik pertumbuhan premi perusahaan asuransi di Jepang cenderung turun dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu terutama terlihat jelas sejak deregulasi pada 1996. Sebelum deregulasi pada 1996, pertumbuhan premi perusahaan asuransi justru menunjukkan grafik meningkat.

Oleh karena itu, potensi bisnis yang besar di Indonesialah yang mendorong perusahaan asuransi Jepang untuk mengembangkan pangsa pasar. Apalagi dengan potensi pertumbuhan ekonomi dan pendapatan domestik bruto yang tinggi, Indonesia menjadi pasar yang menarik dan atraktif, kata Fudej I Hama.

Sementara Yasushi Kuriyama, Direktur Pelaksana Asosiasi Asuransi Umum Jepang (The General Insurance Association of Japan), mengatakan perusahaan asuransi Jepang tidak akan masuk ke dalam pasar Indonesia sebagai perusahaan mandiri.

Dia mengatakan perusahaan asuransi Jepang masuk melalui skema merger atau joint venture. Dia menyebutkan sebanyak lima besar perusahaan asuransi umum di Jepang yang telah masuk ke pasar di dalam negeri antara lain Tokio Merine, Nipponkoa, Sompo Japan, Mitsui Sumitomo Metlife, dan Aioi Life.

Mitsutaka Sato, Presiden Direktur PT Asuransi Tokio Marine Indonesia, mengatakan pihaknya akan mengembangkan bisnis dengan meningkatkan kontribusi dari segmen pasar nasabah lokal (penduduk Indonesia). Segmen pasar nasabah lokal saat ini memberikan kontribusi sebesar 50 persen terhadap keseluruhan perolehan premi bruto (gross written premi/GWP). Angka tersebut hampir sama dengan kontribusi yang berasal dari nasabah asal Jepang yang tinggal di Indonesia.

Mitsutaka menambahkan, dalam lima tahun ke depan pihaknya akan meningkatkan porsi nasabah lokal menjadi 60 persen, sementara 40 persen sisanya adalah dari nasabah Jepang. Hingga Agustus 2011, Tokio Marine Indonesia mencatatkan perolehan GWP sebesar 30 juta dollar AS, atau 40 persen dari target tahun ini sebesar 75 juta dollar AS.

Tentu saja dengan semakin tingginya minat asing untuk masuk ke pasar dalam negeri, persoalan rivalitas tidak bisa dihindari. Apalagi setelah dibolehkan memiliki saham lebih dari 80 persen di sektor asuransi, perusahaan asing yang kaya modal dan teknologi, punya jaringan luas dan SDM berkualitas, bakal mendominasi industri asuransi nasional. Bahkan, sekitar 80 persen premi asuransi jiwa telah dikuasai perusahaan asing dan patungan.

Untuk itu, diharapkan berbagai persoalan yang dihadapi industri asuransi nasional dapat segera diselesaikan, satu per satu, tuntas, tanpa mencederai hakikat bisnis asuransi itu sendiri. Para pemangku kepentingan, terutama pemerintah dan pelaku bisnis asuransi, harus memiliki visi yang sama bahwa industri asuransi adalah aset nasional yang harus dirawat, dijaga, dan didorong agar memberikan akselerasi yang optimal bagi perekonomian di dalam negeri, mengingat kontribusi sektor asuransi terhadap PDB masih sangat minim, baru sekitar 1,9 persen. SP

 

 
 
 
 
Sebelumnya

Menuju Fase Penting Outsourcing

Selanjutnya

Ketika Risiko Harus Dikelola

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

oleh Stella Gracia
21 November 2025 - 11:45

Stabilitas.id — Transformasi ekosistem pembayaran digital nasional memasuki babak baru. Visa, pemimpin global pembayaran digital, bersama platform dompet digital DANA,...

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 11:57

Stabilitas.id — Kenaikan biaya pendidikan yang berlangsung setiap tahun membuat orang tua perlu menyiapkan strategi pendanaan jangka panjang yang lebih...

Sinergi Keadilan Restoratif: Jamkrindo Siapkan Pelatihan dan Pembiayaan untuk Peserta Pidana Kerja Sosial

Sinergi Keadilan Restoratif: Jamkrindo Siapkan Pelatihan dan Pembiayaan untuk Peserta Pidana Kerja Sosial

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 11:41

Stabilitas.id – Upaya memperkuat implementasi keadilan restoratif di Sumatera Utara mendapat dukungan strategis dari PT Jamkrindo, Kejaksaan RI, dan Pemerintah...

Lewat TRING! by Pegadaian, BRI Group Dorong Inklusi Keuangan Lewat Super App Emas Digital

Investasi Rakyat Kian Bersinar, Tabungan Emas Holding Ultra Mikro BRI Naik 66,9% Tembus 13,7 Ton

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 10:24

Stabilitas.id – Komitmen PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bersama PT Pegadaian dan PNM yang tergabung dalam Holding...

Jamkrindo Cetak Laba Rp1,28 Triliun hingga Oktober 2025, Lampaui Target 170%

Jamkrindo Cetak Laba Rp1,28 Triliun hingga Oktober 2025, Lampaui Target 170%

oleh Stella Gracia
18 November 2025 - 13:46

Stabilitas.id – PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo), anggota holding Indonesia Financial Group (IFG), membukukan kinerja cemerlang hingga Oktober 2025. Berdasarkan...

Kinerja Moncer, Askrindo Genjot Prudential Underwriting dan Diversifikasi Bisnis

Kinerja Moncer, Askrindo Genjot Prudential Underwriting dan Diversifikasi Bisnis

oleh Stella Gracia
18 November 2025 - 13:38

Stabilitas.id – PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), anggota holding Indonesia Financial Group (IFG), membukukan laba setelah pajak sebesar Rp687,4 miliar...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Ketika Risiko Harus Dikelola

Ketika Risiko Harus Dikelola

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance