BERITA TERKAIT
Di Desa Karangbuyutan, Semar gundah mencemaskan situasi yang sedang berlangsung Kerajaan Amarta. Ada hal yang mengganjal di hatinya. Kemudian dia meminta Petruk untuk pergi meminjam pusaka Amarta: Jamus Kalimasada dan Payung Kencana. Tidak cuma itu, Semar juga mengundang para Pandawa untuk datang ke tempatnya.
Sementara itu, di Amarta, Prabu Yudhistira bersama para Pandawa tengah mendiskusikan tentang kekisruhan negerinya. Namun di tengah diskusi, Kresna menanyakan ketidakhadiran Semar. Kresna lalu memerintahkan Arjuna menjemput Semar. Sebelum Arjuna beranjak, Petruk datang memberitahu bahwa ia diperintah Semar untuk mengundang kelima Pandawa datang ke Karangbuyutan dengan membawa pusaka. Pasalnya Semar berencana mbangun kahyangan.
Kresna merespon keinginan tersebut dengan melarang Pandawa memenuhi undangan Semar. Kresna menganggap bahwa rencana Semar bertentangan dengan tugasnya dan menganggap Semar akan berbuat makar. Petruk tidak terima dengan tuduhan itu dan perdebatan dengan Kresna tidak terelakkan. Yudhistira kemudian menyuruh Petruk menunggu di luar paseban, menanti keputusan rapat para Pandawa bersama Kresna.
Di luar paseban, Petruk yang sedang menunggu hasil pertemuan, bertemu dengan Antasena, putra Bima. Petruk menceritakan semua kejadian dan Antasena menilai yang akan dilakukan Semar adalah benar. Antasena berjanji akan membantu Petruk menghadapi Kresna. Namun Kresna mengajak Arjuna pergi ke kahyangan untuk melaporkepada Bathara Guru, dan memerintahkan Gatotkaca, Antareja dan Setyaki mengusir Petruk kembali ke Karangbuyutan.
Kondisi itu membuat Yudhistira Bima, Nakula dan Sadewa bimbang. Sadewa usul agar bersemedi meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa. Jika pusaka tetap berada di tempatnya setelah mereka bersemedi berarti Kresna benar, dan jika pusaka pergi berarti Semar benar. Pasca semedi ternyata pusaka kraton Amarta menuju Karangbuyutan. Maka Pandawa tanpa Arjuna berangkat ke Karangbuyutan tanpa diketahui Kresna.
Sementara itu, Kresna tiba di kahyangan menghadap Bathara Guru. Kresna melapor bahwa Semar akan melakukan makar. Mendengar bahwa Semar akan mbangun kahyangan, Bethara Guru marah. Semar dituduk merencanakan makar. Bathara Guru langsung memerintah Bethari Durga dan Kresna untuk menghalangi rencana Semar. Bethara Guru menganggap Semar hanya dewa rendahan, sekedar guru di
pelosok desa.
Di Karangbuyutan, Semar menerima kedatangan Prabu Yudhistira, Bima, Nakula dan Sadewa bersama pusaka Kraton Amarta yang telah tiba lebih awal bersama Petruk. Semar sedikit kecewa karena kedatangan Pandawa hanya empat orang. Semar segera melakukan ritual menyatukan kekuatan empat bersaudara ke dalam diri Semar.
Sedangkan para putera Pandawa bersama Petruk, Bagong dan Gareng bertugas menjaga ritual Semar dari gangguan Maling Sukma. Semar pun membaca mantra untuk menghadapi segala kejahatan. Ontran-ontran, kisruh dan padudon di kahyangan telah terjadi. Sampai-sampai Bethara Guru berkoalisi dengan Bethara Kala.
Suasana semakin runyam. Kresna diberi tugas Bathara Guru untuk menghalangi keinginan Semar dengan menyamar menjadi Raksasa sebesar bukit. Arjuna menyamar menjadi harimau yang sangat besar. Mantra Semar tidak bisa dihalau sedikitpun oleh koalisi pimpinan Bethara Guru. Semar hanya ingin mbangun kahyangan, tetapi dianggap makar. Namun pada akhirnya, tidak satupun mampu menghalangi Semar. Akhirnya Bathara Guru dan Kresna mengakui telah khilaf dan meminta maaf kepada Semar.
Indonesia kini bagaikan lakon Semar mbangun kahyangan. Kresna sebagai penasehat raja tidak menguji kebenaran informasi yang sesungguhnya. Semar ingin ikut memperbaiki kondisi elit bangsa (kahyangan), supaya tidak menyimpang dengan dasar Negara (pusaka kalimasada dan payung kencana) dituduh makar. Bethara Guru dan Kresna sebagai simbol elit, takut dikoreksi demi mempertahankan status quo sebagai penentu kebijakan. Lebih parah lagi, Bethara Guru berkoalisi dengan Bethari Durga Bethara Kala sebagai lambang kejahatan.
Benarkah Semar ingin melakukan makar? Peran Semar digambarkan sebagai penasehat Ksatria Pandawa sekelas Bethara Guru dan Kresna, namun ngejawantah sebagai guru di perkampungan, pemelihara kebaikan dan kebenaran di bumi. Meski sebagai penasehat raja tetapi tidak hidup di dalam istana. Membangun kahyangan bagi Semar adalah keinginan memperbaiki tatanan kehidupan dan itu disalahmengertikan. Amarta sedang krisis kepercayaan.
Kepemimpinan kolektif Amarta terganggu roh jahat yaitu Bethara Kala dan Bethari Durga. Para pejabat istana mengalami kelupaan sejarah, karena sudah tak mampu menerjemahkan makna pusaka kraton yaitu Jamus Kalimasada dan Payung Kencana. Lakon Semar mbangun Kahyangan bisa mengingatkan bagaimana seharusnya menjalankan pemerintahan.
Pemimpin seharusnya berpegang teguh pada ‘kalimasada’, yang mana boleh ditafsirkan patuh menjalankan ajaran agama, Pancasila, Undang- Undang Dasar,dan peraturan yang berlaku di dalam negara. Pusaka ‘payung kencana’ boleh ditafsirkan sebagai pengayom dan pelayan untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan.
Sampai kini “Semar” selalu ada. Yaitu sebuah gerakan yang selalu berkeinginan untuk mbangun kahyangan. Membangun tatanan menuju kedaulatan ekonomi yang belum terwujud,yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.





.jpg)









