Pembaca yang Budiman…
MESKI dikenal sebagai sebuah industri jasa yang dinamis dan dinilai paling responsif terhadap perubahan, perbankan tidak henti-hentinya mendapat ancaman dari pergeseran lingkungan bisnisnya. Belum selesai tantangan dari pandemi dan maraknya digitalisasi, kini sektor perbankan tengah bersiap menghadapi ancaman dari perubahan kebijakan global.
Setelah pergerakan tidak tertebak sektor komoditas mulai memberikan ancaman, todongan nyata datang dari perubahan dari kebijakan moneter AS. Otoritas moneter AS yang mengadopsi kebijakan ekstra longgar dengan pengenaan suku bunga super rendah direncanakan akan mulai membalikkan keadaan. The Federal Reserve akan mulai pasang kuda-kuda untuk kembali menaikkan suku bunga acuannya, sekaligus menghentikan kebijakan quantitatve easing-nya.
Seperti yang terjadi di masa-masa sebelumnya, kebijakan otoritas AS selalu memberikan pengaruh yang tidak boleh dinafikan –jika tidak ingin dibilang berpengaruh besar, ke sektor keuangan dunia dan Indonesia. Oleh karena itu pelaku di industri perbankan tentu sudah bersiap menatap segala kemungkinan tersebut.
Dengan demikian para risk manager tentu harus kembali memutar otak untuk menambah daftar risiko-risiko yang harus mereka pelototi, di samping risiko yang telah menjadi teman akrab mereka dua tahun ini. Risiko bawaan dari perubahan kebijakan otoritas moneter AS sudah pernah mereka ketahui pada 2013, tentu menjadi bekal berharga. Meski begitu, keadaan tentu tidak akan sama persis antara masa lalu dan masa kini.
Nah, dalam laporan utama edisi kali ini, Majalah Stabilitas akan mengangkat tema risiko yang bakal dihadapi perbankan di sepanjang tahun 2022 ini. Kami sudah menganalisis setidaknya ada tiga risiko yang akan menjadi perhatian utama manajemen perbankan. Ini tidak bermaksud untuk menafikan risiko-risiko lainnya. Tetapi setidaknya perbankan akan lebih banyak mencurahkan perhatiannya pada risiko-risio seperti risiko pasar, risiko likuiditas dan risiko operasional.
Pada tulisan awal, kami akan mengulas mengenai overview dan outlook dari industri perbankan di tahun 2022 ini. Ekspektasi dan perkiraan dari regulator, pelaku industry, hingga analisis dari para ekonom akan kami hadirkan demi mendapatkan gambaran utuh mengenai tantangan yang bakal dihadapi oleh perbankan.
Selanjutnya kami akan membahas mengenai risiko pasar. Kenaikan suku bunga The Fed, meski BI mengatakan tidak akan memberikan penagruh negatif tetap akan menjadi concern utama perbankan. Selain itu risiko dari pergerakan nilai tukar rupiah juga akan menjadi perhatian sebagai ekses dari kebijakan monter global yang berubah. Lalu apa yang akan terjadi dan apa saja yang akan dilakukan manajemen bank?
Kemudian kami juga akan mengulas kemungkinan munculnya risiko Likuiditas. Risiko ini diperkirakan akan menjadi ancaman yang paling dominan tahun 2022 ini terutama disebabkan oleh adanya perpindahaan mata uang global ke AS sebagai buntut normalisasi kebijakan moneter AS. Bank bank tentu akan mengantisipasinya dengan berbagai strategi. Strategi apa yang akan diterapkan oleh pelaku pada sektor keuangan nasional juga akan menjadi menu utama di bagian ini
Kami juga tentu akan membahas mengenai risiko operasional, di bagian berikutnya. Risiko ini harus diakui terus menjadi perhatian bank sepanjang lebih dari dua tahun ini. Praktik digital yang marak dan pengetatan kebijakan karena pandemi menjadi penyebab dari meningkatnya risiko ini di industri perbankan. Bagaimana strategi bank tahun ini dalam memitigasi risiko operasional terutama dengan munculnya tren kemunculan bank digital, akan juga kami bahas di bagian ini.
Selain menu laporan utama, kami juga tetap menghadirkan sajian lain di rubrik-rubrik tetap. Sebut saja tulisan yang kami menghadirkan terkait perkembangan kasus Asabri yang menggegerkan industri keuangan. Atau simak juga tulisan perkembangan terkini perlombaan menjadi pimpinan pada lembaga superior pengawas industri keuangan.
Akhirul kalam, kami ucapkan selamat membaca.***





.jpg)









