Pembaca yang budiman,
Dalam beberapa bulan, terutama satu bulan terakhir perubahan di ranah ekonomi terasa begitu cepat. Setelah pengumuman pertumbuhan triwukan kedua lebih tinggi dari ekspektasi banyak pihak, banyak perubahan mulai terjadi.
Pemerintah dan regulator keuangan, tampak bahu membahu mengoptimalkan momentum perbaikan ekonomi itu dengan menelurkan beberapa kebijakan. Setelah gebrakan Menteri Keuangan baru yang menggelontorkan dana Rp200 triliun ke bank-bank pelat merah, Bank Indonesia menurunkan bunga acuan menjadi 4,75 persen, yang merupakan penurunan tiga kali berturut-turut pada tahun ini.
Tak pelak, perkiraan mengenai kondisi dan kinerja perbankan membaik. Bank dinilai akan mulai mempercepat penyaluran kreditnya yang sepanjang tahun ini dinilai lamban. Langkah itu pada akhirnya akan memberi dorongan kepada pertumbuhan ekonomi.
Hasil Survei Orientasi Bisnis Perbankan OJK (SBPO) pada triwulan III-2025, mengutip siaran pers Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Agustus, menunjukkan, bank umum masih memiliki persepsi optimistis pada paruh kedua 2025.
Ini didasarkan pada ekspektasi bahwa kondisi makroekonomi domestik akan membaik sehingga berdampak positif terhadap kinerja perbankan. Selain itu, ada pula keyakinan bahwa bank masih cukup mampu mengelola risiko. Apalagi, BI Rate pada Mei dan Juli 2025 sudah diturunkan menjadi 5,25% dan diperkirakan akanmenurunkan biaya kredit sehingga berpotensi meningkatkan permintaan debitur. Dengan itu pertumbuhan ekonomi akan menggeliat. Dengan itu pula, pertumbuhan ekonomi yang pada kuartal kedua sempat mengejutkan dengan mencatat kenaikan sebesar 5,12 persen akan terus berlanjut hingga akhir tahun.
Hal ini tentu sesuatu yang menggembirakan bagi industri keuangan yang sejak awal tahun dinaungi oleh awan hitam tantangan yang membuat kinerjanya tersendat. Bahkan banyak outlook yang memprediksi bahwa sektor perbankan akan melambat karena beragam tantangan seperti kebijakan tarif AS sebagai bagian dari perang dagang, konflik geopolitik dan pengetatan anggaran di dalam negeri.
Maka dari itu kinerja perbankan hingga akhir tahun ini diperkirakan akan mengalami pembalikan (rebound). Nah, Majalah Stabilitas akan mengangkat tema itu dalam laporan utamanya kali ini.
Pada bagian pembuka, akan dibahas indikator-indikator ekonomi makro terkini ditambah dengan analisis dari lembaga riset perbankan terkait prospek bisnis bank seperti pembiayaan, likuiditas setelah adanya perbaikan dalam perekonomian. Serta analisis atas kombinasi kebijakan moneter dan fiskal.
Pada tulisan berikutnya, kami akan membahas mengenai kondisi likuiditas setelah otoritas fiskal dan moneter bahu membahu membuka kran pendanaan untuk mendorong pembiayaan bank. Respons bank terhadap kebijakan itu akan menjadi pembahasan utama.
Pada bagian ini akan diuraikan apa saja rencana dari para pengelola bank-bank besar untuk mendorong kinerjanya terkait pembiayaan dan apa strategi mereka terkait pengelolaan likuiditas setelah adanya penurunan suku bunga acuan dan membaiknya pertumbuhan ekonomi.
Selanjutny, lapora utama akan membahas mengenai prospek industri perbankan, terutama Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan Bank Perekonomian Rakyat (BPR), di sisa tahun ini untuk mendongkrak kinerjanya terutama terkait rencana Penawaran Umum Perdana (Initial Public Offering/IPO) saham di pasar modal Indonesia di 2025.
Di samping sajian kami pada laporan utama, kami juga menyajikan artikel-artikel lainnya dalam rubrik-rubrik tetap yang tersedia. Kami berharap bahwa sajian kami pada edisi kali ini memberikan inspirasi dan insight bagi Anda untuk mengambil keputusan.
Selamat membaca!
***
*)Berikut Majalah Stabilitas-LPPI #217 versi digital:
.jpg)
.jpg)
