JAKARTA, Stabilitas.id – Implementasi Local Currency Transaction (LCT) di Indonesia terus menunjukkan tren akseleratif. Hingga pertengahan 2025, nilai transaksi LCT menembus USD11,7 miliar atau melonjak lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD4,7 miliar. Pertumbuhan juga tercermin dari kenaikan 45% jumlah nasabah aktif yang memanfaatkan skema ini untuk transaksi lintas negara.
Bank Indonesia menilai capaian tersebut sebagai sinyal positif dari perluasan penggunaan mata uang lokal dalam aktivitas perdagangan dan investasi internasional. “Peningkatan nilai transaksi dan partisipasi nasabah mencerminkan efektivitas strategi implementasi LCT dalam memperkuat ketahanan eksternal ekonomi nasional,” ujar Deputi Gubernur BI, Filianingsih Hendarta, dalam Pertemuan Komite Kerja Tingkat Deputi Satuan Tugas Nasional LCT, di Jakarta, 25 Juli 2025.
Dalam pertemuan tersebut, Satgas Nasional LCT menyepakati arah kebijakan dan program kerja hingga 2026, termasuk penajaman sasaran sektor prioritas dan penguatan kerangka sinergi lintas lembaga.
BERITA TERKAIT
Seiring eskalasi dinamika global, pemerintah memandang LCT sebagai salah satu instrumen mitigasi volatilitas nilai tukar dan gejolak eksternal. Deputi Kemenko Perekonomian Bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha BUMN, Ferry Irawan, menyatakan bahwa perluasan penggunaan LCT harus diarahkan pada sektor-sektor strategis seperti pertambangan, mineral dan migas, serta pertanian dan agroindustri.
“Kita perlu mendorong pemanfaatan mata uang lokal sebagai strategi perlindungan nilai tukar, terutama di tengah ketidakpastian geopolitik dan potensi kebijakan tarif baru dari mitra dagang utama,” ungkap Ferry. Ia menambahkan bahwa upaya pemerintah mencakup langkah negosiasi tarif dengan AS, penyelesaian I-EU CEPA, serta stimulus fiskal untuk menjaga konsumsi dan investasi domestik.
Dalam penguatan kerangka internasional, BI juga memperluas cakupan kerja sama LCT. Hingga kini, kerja sama telah terjalin dengan lima negara mitra, termasuk Korea Selatan (September 2024) dan Uni Emirat Arab (Januari 2025), di samping negara eksisting seperti Malaysia dan Thailand. Kemitraan dengan Tiongkok turut diperkuat melalui penandatanganan MoU penguatan skema LCT.
Perkembangan LCT tidak terlepas dari pendekatan holistik yang ditempuh Satgasnas, meliputi penyesuaian kebijakan insentif, edukasi terarah kepada pelaku ekspor-impor, serta peningkatan kapasitas sistem dan infrastruktur perbankan. Partisipasi Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) juga terus diperluas untuk menjangkau pelaku usaha di berbagai wilayah dan sektor.
Filianingsih menyebut bahwa implementasi LCT kini mulai merambah sektor portofolio investasi, pasca perluasan cakupan transaksi di Malaysia dan Thailand pada Maret 2025. BI menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat literasi dan kemudahan akses layanan LCT, terutama bagi pelaku usaha nasional yang aktif dalam perdagangan internasional.
Ke depan, Satgas Nasional LCT akan mempererat koordinasi lintas kementerian dan lembaga guna menyinergikan kebijakan sektoral, memperluas basis pengguna, serta melakukan evaluasi dan survei berkala. Tujuannya adalah memastikan optimalisasi dampak LCT terhadap penguatan stabilitas makroekonomi dan efisiensi sistem pembayaran nasional. ***





.jpg)










