JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia (BI) mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada Mei 2025 tumbuh positif sebesar 4,9% secara tahunan (yoy) menjadi Rp9.406,6 triliun, meskipun sedikit melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang tumbuh 5,2% (yoy). Pertumbuhan M2 ditopang oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 6,3% (yoy) dan uang kuasi sebesar 1,5% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ramdan Denny Prakoso, menjelaskan bahwa pertumbuhan tersebut sejalan dengan berlanjutnya penyaluran kredit perbankan dan likuiditas yang memadai di sistem keuangan. “Penyaluran kredit pada Mei tumbuh 8,1% (yoy), meski sedikit melambat dari April yang tumbuh 8,5%. Sementara itu, tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat terkontraksi 25,7% (yoy), melanjutkan tren kontraksi bulan sebelumnya,” ujar Ramdan, Jumat (21/6).
Aktiva luar negeri bersih juga meningkat 3,9% (yoy), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya 3,6% (yoy), mencerminkan tetap terjaganya stabilitas eksternal di tengah tekanan global.
BERITA TERKAIT
Sementara itu, Bank Indonesia juga mencermati perkembangan nilai tukar Rupiah dan indikator stabilitas eksternal lainnya. Direktur Departemen Komunikasi BI, Bambang Pramono, menyampaikan bahwa nilai tukar Rupiah pada akhir Kamis, 19 Juni 2025, tercatat Rp16.390 per dolar AS, sementara pada pembukaan Jumat pagi (20/6), menguat ke Rp16.355 per dolar AS.
“Meski masih tertekan oleh penguatan dolar secara global, stabilitas Rupiah relatif terjaga dengan dukungan bauran kebijakan moneter BI dan langkah stabilisasi yang terukur,” ujar Bambang.
Bambang juga menyebutkan bahwa yield SBN 10 tahun mengalami kenaikan dari 6,73% menjadi 6,75%, mencerminkan respons pasar terhadap ekspektasi global. Di sisi lain, yield US Treasury (UST) 10 tahun turun ke level 4,391%, dan indeks dolar AS (DXY) menguat ke 98,91.
Terkait aliran modal asing, BI mencatat premi risiko Indonesia melalui Credit Default Swap (CDS) 5 tahun naik menjadi 81,59 basis poin (bps) per 19 Juni 2025, dari 76,93 bps pada 13 Juni. Adapun aliran modal nonresiden selama periode 16–19 Juni menunjukkan jual neto Rp2,04 triliun, terdiri dari: Jual neto Rp1,78 triliun di pasar saham; Jual neto Rp3,72 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan; Beli neto Rp3,47 triliun di pasar SBN.
Secara kumulatif sejak awal tahun hingga 19 Juni 2025, nonresiden tercatat jual neto sebesar Rp47,15 triliun di pasar saham dan Rp28,69 triliun di SRBI, sementara mencatat beli neto sebesar Rp44,93 triliun di pasar SBN.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas nilai Rupiah dan memperkuat ketahanan eksternal perekonomian nasional,” tutup Bambang. ***





.jpg)










