• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Rabu, November 26, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Ekonomi

Wajah Ganda Investment Grade

oleh Sandy Romualdus
16 Januari 2012 - 00:00
6
Dilihat
Wajah Ganda Investment Grade
0
Bagikan
6
Dilihat

Kenaikan peringkat menjadi investment grade tidak hanya menurunkan beban utang namun juga memicu munculnya keinginan untuk berutang lagi.

Oleh : Romualdus San Udika

 

BERITA TERKAIT

OJK Sambut Ratu Maxima, Memulai Agenda Kesehatan Finansial di Indonesia

BNI Dorong Ekonomi Lokal Lewat UMKM di Ajang Internasional Yogyakarta

Diversifikasi Sumber Pertumbuhan, BRI Perkuat Segmen Konsumer dan Layanan Bank Emas

Indonesia Kuasai Podium wondr by BNI International Challenge, Pembinaan Atlet Muda Berbuah Manis

Euforia kenaikan peringkat utang Indonesia masih terdengar hingga awal tahun ini. Pemerintah tak henti-hentinya mengutip pengumuman lembaga pemeringkat Fitch Rating pertengahan Desember lalu, bahwa peringkat surat utang jangka panjang Indonesia dari BB+ menjadi BBB- dengan perkiraan stabil. Dengan peringkat BBB-, Indonesia mendapatkan status peringkat investasi (investment grade).

Pemerintah menganggap bahwa kenaikan tersebut membuktikan bahwa pengelolaan makroekonomi Indonesia berada di jalur yang tepat. Memang berdasarkan indikator makro, dalam lima tahun terakhir, Indonesia berhasil menunjukkan tingkat pertumbuhan secara konsisten dari aktivitas ekonomi dan pengelolaan anggaran negara.

Terbukti dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang tumbuh signifikan dari 2006 yang sebesar Rp369,3 triliun menjadi Rp774,7 triliun di kuartal kedua 2011 atau naik dua kali lipat dalam lima tahun. Sementara cadangan devisa yang pada 2006 masih sebesar 42,6 miliar dollar AS, melonjak lebih dari 100 persen menjadi 119,7 miliar dollar AS pada kuartal kedua 2011.

Selain itu, Indonesia tercatat sebagai negara yang mampu membayar cicilan utang plus bunga. Lihat saja, setiap tahunnya pemerintah selalu mengalokasikan pembayaran pinjaman alias utang yang angkanya berkisar 10 hingga 15 persen dari total anggaran negara.

Dengan prestasi yang didapat tersebut, tidak kurang dari Bank Dunia yang menyanjung pemerintah. “Kembalinya Indonesia ke peringkat ini mencerminkan fundamental makro kuat yang berhasil dibangun pemerintah Indonesia dalam 10 tahun terakhir,” tulis lembaga donor itu dalam siaran pers.

Menurut Bank Dunia, kerangka kebijakan makro yang baik dan kemajuan dalam reformasi struktural memungkinkan Indonesia menciptakan pertumbuhan yang positif. “Bahkan semasa krisis ekonomi 2008-2009 dan di tengah kemerosotan ekonomi global saat ini perekonomian Indonesia tetap bertahan, “ tulis Bank Dunia.

Beberapa pihak mengartikan bahwa kenaikan peringkat itu akan mempermudah Indonesia untuk berutang lagi dengan pengenaan bunga yang lebih rendah dari sebelumnya. Di tambah lagi dengan catatan defisit yang tahun lalu dipastikan di bawah 2 persen, peluang untuk berutang makin terbuka. Pasalnya dalam Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), defisit maksimal diperbolehkan hingga 3 persen.

Namun Menteri Keuangan buru-buru mengatakan bahwa kenaikan peringkat utang itu tidak akan mendorong pemerintah meminta utang baru. “Sekarang akan lebih banyak lagi kreditor yang berminat ke Indonesia, akan baik sekali bagi Indonesia untuk melakukan refinancing. Tetapi kita tetap hati-hati mengelola utang. Tidak berarti Indonesia akan menambah utang,” kata Agus DW Martowardojo.

Status investment grade ini kata dia akan bisa membuat fiskal lebih efektif dan efisien. “Pengelolaaan makro ekonomi secara prudent itu memang kita upayakan.”

Namun yang dikatakan Agus sepertinya tidak tergambar dari rencana yang diungkapkan bawahannya. Kurang dari seminggu setelah kenaikan itu Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang berencana menarik utang melalui penerbitan obligasi. Demi memanfaatkan kesempatan tersebut, pemerintah tengah menggarap peraturan terkait dengan rencana penerbitan obligasi syariah (sukuk) negara yang berbasis proyek (project financing).

Setelah mendapatkan peringkat dari lembaga pemeringkat Fitch Ratings, pemerintah mencatat bahwa yield surat utang rupiah turun sampai 15 basis poin.

Bahkan ke depan, pemerintah bakal semakin banyak menerbitkan sukuk berbasis proyek. Pasalnya peringkat layak investasi dalam jangka panjang akan membuat banyak dana murah masuk. “Kami akan menerbitkan instrumen jangka panjang sekitar Rp 40 triliun. Selain untuk memperpanjang durasi portofolio utang, juga untuk mengurangi risiko refinancing dan pembiayaan jangka panjang,” kata Direktur Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Rahmat Waluyanto.

Berdasarkan data Ditjen Pengelolaan Utang, total utang pemerintah Indonesia hingga November 2011 mencapai Rp 1.816,85 triliun atau naik Rp 48,81 triliun dibandingkan Oktober 2011 yang mencapai Rp 1.768,04 triliun.

Jika dibandingkan dengan jumlah utang pada Desember 2010 yang sebesar Rp 1.676,85 triliun, jumlah utang hingga November 2011 bertambah Rp 140 triliun. Secara rasio terhadap PDB, utang RI juga naik dari 27,5 persen pada Oktober 2011 menjadi 28,2 persen pada November 2011.

Kenaikan peringkat memang tidak hanya menurunkan beban pembayaran utang semata namun hal itu juga menimbulkan nafsu untuk berutang lagi karena makin mudah dan murahnya berutang. Atau jika nafsu itu tidak muncul minimal tawaran utang akan makin banyak.

Nafsu Berutang

Ibarat nasabah bank, level investasi berarti Indonesia diakui mampu dan selalu tepat waktu dalam membayar cicilan. Bank atau kreditur tentu senang dengan nasabah seperti itu. Maka bank tak akan sungkan-sungkan lagi untuk menawarkan tambahan pinjaman (top up) kepada nasabah tersebut.

Nah, pasca kenaikan peringkat Desember lalu, Indonesia tengah berada di posisi seperti nasabah tersebut. Lembaga-lembaga pengutang internasional maupun korporasi pemilik dana (hedge fund) yang pasti sudah menyiapkan proposal tawaran pinjaman kepada Indonesia.

Sebulan sebelum Fitch Rating menaikkan peringkat utang Indonesia, Bank Dunia telah menyetujui pinjaman baru untuk dikucurkan kepada Indonesia dengan nilai sebesar 800 juta dollar AS. Utang ini terdiri dari 2 jenis dengan besaran masing-masing 600 juta dollar AS dan 200 juta dollar AS.

Direktur Bank Dunia untuk Indonesia Stefan Koeberle mengatakan, pinjaman ini diberikan untuk mendukung program reformasi di Indonesia.

Sementara lembaga pengelola dana, setelah kenaikan itu tentu akan menyerbu sektor keuangan. Bahkan lembaga yang tadinya belum memasukkan Indonesia dalam rencana penempatan dananya kini pastinya sudah mulai menghitung-hitung jumlah investasi yang bakal dilempar ke Indonesia. “Fund manager besar yang dulunya belum mau melihat Indonesia, mereka akan mulai melihat. Kita harus mampu manfaatkan momentum ini. Yang jelas ini adalah sebuah potensi,” tutur Direktur Penilaian Perusahaan BEI, Eddy Sugito.

Meskipun demikian, otoritas moneter memprediksi bahwa dana-dana yang masuk ke Indonesia bukan lagi melulu dana yang spekulatif dan karena itu akan membawa penguatan rupiah ke level yang lebih stabil. “Ketika Fitch menaikkan peringkat utang Indonesia ke BBB- maka persepsi pasar akan membaik. Persepsi itulah yang kemudian membawa dana jangka panjang berpeluang datang,” kata Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution.

Selain itu, kenaikan peringkat ini akan membuat peringkat perusahaan-perusahaan Indonesia membaik. Ketika perusahaan Indonesia menerbitkan obligasi, peringkatnya akan menjadi lebih baik sehingga dana bisa didapatkan dengan lebih murah.

Namun bagi Ekonom Universitas Gadjah Mada Tony Prasetiantono, pada dasarnya kenaikan peringkat Indonesia tidak akan berarti berarti apa-apa tanpa tidak lanjut dari pemerintah. “Yang lebih penting adalah pembangunan infrastruktur, penyerapan belanja modal APBN, pemberantasan korupsi, perbaikan birokrasi, kepastian hukum, dan sebagainya,” kata dia.

Jika itu tidak dilakukan maka kenaikan peringkat hanyalah tinggal euforia belaka. SP

 

 
 
 
 
Sebelumnya

Menyelamatkan Asuransi Umum

Selanjutnya

BI: Efisiensi Melalui Interkoneksi ATM

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Perkuat Daya Saing Perekonomian Daerah, BRI Dukung Bazaar UMKM “Jelajah Kuliner Indonesia” 2025

Perkuat Daya Saing Perekonomian Daerah, BRI Dukung Bazaar UMKM “Jelajah Kuliner Indonesia” 2025

oleh Stella Gracia
24 November 2025 - 22:26

Stabilitas.id – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil...

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

oleh Stella Gracia
21 November 2025 - 11:14

Stabilitas.id – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melalui tim SIG CSIRT (Computer Security Incident Response Team) berhasil meraih Juara...

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

oleh Sandy Romualdus
21 November 2025 - 11:03

Stabilitas.id — Defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 tercatat mencapai Rp479,7 triliun atau 2,02% terhadap PDB hingga akhir...

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

oleh Sandy Romualdus
21 November 2025 - 10:13

Stabilitas.id - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk berupaya mencari solusi hunian masa depan yang adaptif, berkelanjutan, dan relevan dengan...

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

oleh Sandy Romualdus
20 November 2025 - 19:14

Stabilitas.id – Percepatan transisi energi dan pesatnya transformasi digital mendorong kebutuhan sistem kelistrikan yang makin andal dan fleksibel. Menjawab tantangan...

Surplus Transaksi Berjalan Dongkrak Kinerja NPI Kuartal III/2025, Cadangan Devisa Tetap Tebal

Surplus Transaksi Berjalan Dongkrak Kinerja NPI Kuartal III/2025, Cadangan Devisa Tetap Tebal

oleh Stella Gracia
20 November 2025 - 11:11

Stabilitas.id – Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal III/2025 tetap kuat di tengah ketidakpastian global. Meski...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Harga BBM Resmi Naik! Pertalite Jadi Rp10 ribu, Solar Subsidi Rp6,800, Pertamax Rp14,500

    Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank BJB Kehilangan Putra Kandungnya: Yusuf Saadudin, Pemimpin Berintegritas yang Menggerakkan Transformasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratusan Pinjol Ilegal Dibongkar, Satgas PASTI Soroti Modus Penipuan AI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

OJK Sambut Ratu Maxima, Memulai Agenda Kesehatan Finansial di Indonesia

BNI Dorong Ekonomi Lokal Lewat UMKM di Ajang Internasional Yogyakarta

Diversifikasi Sumber Pertumbuhan, BRI Perkuat Segmen Konsumer dan Layanan Bank Emas

Indonesia Kuasai Podium wondr by BNI International Challenge, Pembinaan Atlet Muda Berbuah Manis

Perkuat Daya Saing Perekonomian Daerah, BRI Dukung Bazaar UMKM “Jelajah Kuliner Indonesia” 2025

BRI Manajemen Investasi Catatkan KIK EBA Syariah Perdana di Indonesia

BRI Salurkan KUR Senilai Rp147,2 Triliun kepada 3,2 juta Debitur UMKM

Debut Gemilang Raymond/Joaquin di BWF Level Super 500

Atlet Muda Indonesia Panen Gelar di Ajang Internasional Australia Open 2025

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
BI: Efisiensi Melalui Interkoneksi ATM

BI: Efisiensi Melalui Interkoneksi ATM

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance