Jakarta – PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) berhasil mencetak laba bersih sepanjang 2011 sebesar Rp 5,81 triliun. Pertumbuhan yang siginifikan melampau rata-rata industri, yakni 42 persen dari perolehan laba bersih 2010 yang sebesr Rp 4,10 triliun. Laba bersih per saham naik dari Rp 266 menjadi Rp 312.
Gatot M Suwondo, Direktur Utama BNI, dalam press conference Kinerja 2011, di Kantor Pusat BNI, di Jakarta (28/2/2012) menegaskan, raihan laba tersebut didukung oleh peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 13 persen, peningkatan pendapatan non-bunga (fee based income) sebesar 8 persen, dan juga disebabkan perbaikan kualitas aset sehingga berhasil menurunkan beban PPAP sebesar -33 persen.
Peningkatan laba sebesar 42 persen menyebabkan Return on asset (ROA) naik dari 2,5 persen menjadi 2,9 persen. Di lain pihak return on equity (ROE) dari 24,7 persen menjadi 20,0 persen akibat penambahan modal dari hasil rights issue Desember 2010 lalu.
Dari sisi kredit, Gatot mengungkapkan bahwa penyaluran kredit tumbuh di level 20 persen, demikian juga dana pihak ketiga (DPK) yang juga naik 19 persen. Sementara kualitas aset juga membaik sebagaimana digambarkan oleh non performing loan (NPL) – net turun dari 1,1 persen menjadi 0,5 persen, dan NPL – gross turun dari 4,3 persen menjadi 3,6 persen.
Fundamental keuangan juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio dipertahankan di level 120,8 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio / CAR) di level 17,6 persen (memperhitungkan risiko kredit, pasar dan operasional).
Dijelaskan Gatot, di akhir 2011, BNI membukukan total aset sebesar Rp 299,06 triliun atau naik 20 persen dibanding posisi aset pada akhir tahun 2010 sebesar Rp 248,58 triliun. Total pinjaman/kredit yang disalurkan juga tumbuh 20 persen dari Rp 136,36 triliun menjadi Rp 163,53 triliun. Komposisinya 75,5 persen disalurkan di sektor business banking dan 21,2 persen sektor konsumer dan retail, dan sisanya berupa pembiayaaan anak perusahaan.
”Upaya penajaman bisnis, di segmen business banking, BNI fokus pada pembiayaan industri unggulan di 8 sektor industri yang diyakini akan menjadi unggulan dalam 5 tahun mendatang, serta sejalan dengan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),” kata Gatot.
Untuk bisnis internasional, pertumbuhan didukung oleh akselerasi bisnis trade finance dan remittance (pengiriman uang). Volume transaksi trade finance (ekspor dan impor) selama tahun 2011 mencapai USD 19,83 miliar dan meningkat 69 persen dibanding 2010 yang sebesar USD 11,75 miliar. Sedangkan untuk transaksi remittance (incoming & outgoing) naik 31 persen dari nilai transaksi USD 52,44 miliar menjadi USD 68,89 miliar.
Untuk meningkatkan layanan kepada nasabah tersebut, BNI terus melakukan ekspansi jaringan outlet dan elektronik. Selama 2011, BNI menambah 216 outlet cabang/kantor kas menjadi 1.364 outlet (posisi akhir Desember 2011). Untuk ATM, BNI menambah 1.223 mesin ATM menjadi 6.227 ATM. Penggunaan layanan BNI SMS Banking dan BNI Internet Banking juga terus meningkat.
Lebih lanjut Gatot menjelaskan, operasional perusahaan semakin efisien dengan rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasi (BOPO) turun dari 76,0 persen menjadi 72,6 persen dan cost to income ratio (CIR) turun dari 51,3 persen menjadi 49,8 persen.
Sementara untuk tahun 2012, BNI akan fokus pada 7 kebijakan strategis yaitu sinergi business banking dengan consumer & retail banking, meningkatkan kualitas aset, pertumbuhan dana murah secara agresif, peningkatan fee income, melanjutkan peningkatan efisiensi operasional, melanjutkan peningkatan customer experiences, dan memperkuat BNI Incorporated.