• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Minggu, November 23, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Laporan Utama

Bank, Inkubator CEO Terbaik

oleh Sandy Romualdus
20 Februari 2015 - 00:00
11
Dilihat
Bank, Inkubator CEO Terbaik
0
Bagikan
11
Dilihat

Kehidupan yang keras memang seringkali menciptakan pribadi yang tangguh di kemudian hari. Sama seperti di kehidupan nyata, industri perbankan –dengan regulasi yang superketat, juga kerapkali mencetak pimpinan­pimpinan yang hebat, bahkan ketika mereka keluar dari tempat kerjanya dan menjadi direktur di perusahaan non­perbankan. Perbankan memang dianggap sebagai industri spesial, dan bankir yang ada di dalamnya menjadi profesi istimewa. Sejak dulu, lembaga itu menjadi tempat orang­orang menitipkan uang, atas dasar kepercayaan, yang kemudian memunculkan wewenang untuk meminjamkan uang tersebut demi membuatnya berkembang. Karena mengelola duit dari masyarakat inilah maka para pegawai bank ini memang sudah seharusnya merupakan orang­orang yang bisa dipercaya. Dengan alasan itu pula, diterbitkanlah aturan­aturan yang menjaga dan mengatur gerak­gerik bankir dalam melakukan pekerjaannya. Hal itu membuat tidak setiap orang bisa masuk ke dalam industri perbankan dan melakukan pekerjaan­pekerjaan perbankan.

Kombinasi orang­orang yang memiliki kualitas mumpuni dan peraturan yang ketat, bisa jadi yang membuat masyarakat menganggap bankir sebagai kelompok istimewa dalam strata sosial, hingga akhirnya diajak atau dibajak untuk memimpin sebuah perusahaan. Di sisi lain, pemilik perusahaan paham betul bahwa bankir memang memiliki beberapa hal yang dicari terutama karena kekuatan pengetahuan orang­orang itu tentang bisnis konsumen. Lainnya adalah karena mereka biasa memberi pinjaman komersial, dan memiliki pemahaman tentang profil risiko portofolio untuk sebuah kredit yang diberikan bank. Tambah lagi, karena mengetahui bisnis sebuah perusahaan luar­dalam, atau seluk­beluk mengelola duit orang­orang kaya.

Tak pelak ekspektasi­ ekspektasi terhadap kemampuan itu membuat pemilik perusahaan kepincut untuk meminang bankir sebagai direktur utamanya. Sebuah makalah yang ditulis Antoinette Schoar, yang diterbitkan oleh MIT, mengatakan bahwa hampir 20 persen CEO­-CEO di perusahaan­ perusahaan AS sebelumnya adalah pegawai dari industri perbankan dan keuangan. Jumlah itu lebih banyak dari mereka yang berlatar belakang sebagai konsultan, militer atau akademis. Bahkan sampel yang dipelajari dari lebih dari 5.000 CEO di seluruh AS itu menyimpulkan bahwa mereka yang sebelumnya bekerja pada industri perbankan rata­rata mencapai posisi CEO lebih cepat dari orang­orang yang mulai dari dalam industri di luar perbankan.

BERITA TERKAIT

Dirut BRI Hery Gunardi Terpilih Menjadi Ketua Umum PERBANAS Periode 2024–2028

Salah satu fakta yang baru saja terjadi adalah ketika otoritas bursa Jerman, Deutsche Boerse AG, yang mengoperasikan pasar berjangka Eurex dan Bursa Efek Frankfurt, menunjuk seorang mantan bankir UBS AG Carsten Kengeter sebagai CEO, untuk menggantikan Reto Francioni yang jabatannya akan berakhir tahun ini. Fenomena pindahnya bankir­bankir untuk menjalani bisnis di luar core­nya atau dipinang oleh pihak lain untuk mengelola perusahaan juga terjadi di Amerika Serikat. Dalam masa­masa terjadinya gejolak keuangan global pada akhir tahun 2000­an, banyak dari bankir­bankir muda di AS yang menyeberang lautan untuk kemudian menjadi pengusaha. Beberapa di antaranya mengaku mencari pekerjaan yang lebih bermakna, lainnya ingin bergelut dengan risiko mumpung usia masih muda dan belum terbebani biaya­ biaya hidup –seperti pengeluaran rumah tangga dan lain­lain.

Dan sebelum keputusan itu dibuat, mereka tentunya sudah melakukan persiapan dengan baik. Seperti yang dibutuhkan oleh para start-up, bank sudah membekali mereka dengan jiwa kompetitif. Dan seperti yang dibutuhkan untuk menjadi seorang pengusaha, sewaktu menjadi bankir mereka memang terbiasa dan sangat ahli dengan riset pasar, analisis keuangan, dan bekerja dalam tim. Demikian dijelaskan oleh Majalah Inc terbitan 2013, ketika menerbitkan ulasan mengenai fenomena bankir­bankir Wall Street yang ketika itu hengkang dan beralih menjadi pengusaha.

Hal itu juga terjadi pada Thrillist, sebuah jaringan toko e-commerce, newsletter dan konten untuk pria di Amerika Serikat, telah mengangkat seorang bankir, Oktober tahun lalu, untuk membantu merencanakan kemungkinan penawaran akuisisi atau suntikan dana besar menggalang dana. Kelompok ini memiliki bisnis inti pada media digital, yang dijalankan oleh pengusaha Ben Lerer, dan memiliki nilai 150 juta dollar AS pada 2012.

Kebanyakan BUMN

Di Indonesia, fenomena itu juga tak kalah gres, ketika Sofyan Basir, Dirut BRI, bank pembiayaan mikro terbesar di Tanah Air, ditunjuk untuk memimpin perusahaan negara yang mengelola listrik. Di saat yang hampir bersamaan, koleganya, Lenny Sugihat, juga dipinang oleh pemerintah untuk menjadi CEO pada perusahaan pengelola distribusi pangan nasional. Kecenderungan seperti itu sejatinya sudah terjadi beberapa belas tahun belakangan. Sebelumnya pada tahun 2005, Arwin Rasyid Direktur Utama Bank Niaga, ditunjuk menjadi CEO Telkom, perusahaan telekomunikasi milik negara. Pada tahun yang sama, Emirsyah Satar, seorang bankir juga diangkat menjadi CEO Garuda Indonesia, maskapai penerbangan terkemuka milik pemerintah. Sebelumnya, pada 2003 – 2005, Emir adalah Wakil Direktur Utama Bank Danamon.

Jauh sebelum itu, ada nama yang meleganda yaitu Robby Djohan, seorang bankir kawakan yang ditunjuk memimpin maskapai penerbangan tersebut. Robby, masuk ke Garuda pada 1998. Tidak sampai setahun di sana, dia dianggap berhasil melakukan perombakan besar­besaran dan membawa Garuda Indonesia menjadi perusahaan yang mampu mencetak laba, padahal sebelumnya masih mengalami pendarahan parah.

Ada pula nama­nama seperti Mochtar Riyadi, eks bankir BCA yang sukses menjalankan bisnis sebagai CEO Lippo Group, konglomerasi bisnis nasional ternama. Atau Sandiaga Uno, eks bankir Bank Summa, yang kini menjalankan bisnis Grup Saratoga dan Patrick Waluyo, eks bankir Goldman Sachs, pemilik Northstar Pacific Partners Ltd. Bahkan ada nama Ignasius Jonan, mantan Managing Director Citibank yang pernah menjadi CEO PT Kereta Api Indonesia, dan kini menjabat sebagai Menteri Perhubungan.

Banyak alasan yang mendasari mengapa pemilik besar cenderung lebih senang jika perusahaannya dipegang oleh mantan bankir, meskipun perusahaan itu tidak bergerak di industri perbankan atau keuangan. Menurut harian The Telegraph dalam laporan khususnya mengenai banyaknya bankir yang banting setir memimpin perusahaan nonbank yang terbit tahun lalu, hal itu dikarenakan mereka telah terlatih bekerja keras dalam bank.

Alasan pertama, karena bankir menghasilkan banyak uang untuk bank, karena distimulan oleh bonus yang besar. Bank memang menghasilkan uang dalam bentuk komisi dan keuntungan transaksi yang disebabkan oleh bankir. Kedua, bankir terbiasa bekerja dalam tekanan dan tetap bisa bekerja baik selama 12 jam sehari, setiap hari, tidak ada urusan pribadi atau keluarga yang dikerjakan sebelum tugasnya. Untuk kebanyakan bankir­-bankir yang biasa disebut investment bankers, siklus itu bahkan bisa berlangsung hingga mereka mencapai usia 40­an.

Kata Shaun Springer, Chief Executive Napier Scott dalam wawacara dengan The Telegraph, di industri perbankan berlaku “Kau berikan hidupmu sampai sampai umur 40 dan saya akan membuatmu jutawan sesudahnya.” Dan mungkin menjadi CEO adalah salah satu doorprise­nya.
Ketiga, adalah karena bankir memang sedari awal berkualitas dan berprestasi akademik baik. Bahkan gaji tinggi ini yang membuat para lulusan berbakat untuk bergabung dengan bank daripada ke sektor lain atau memulai perusahaan.
Apa yang dilukiskan oleh The Telegraph tidaklah berlebihan. Dengan segala kesulitan dan keketatan peraturan yang melekat pada industri perbankan, bankir muncul menjadi sosok pemimpin perusahaan yang mumpuni. Karena baginya mungkin tak ada yang lebih sulit dibanding menjalankan roda bisnis perbankan.

 

Oleh Syarif Fadilah

Tags: bankir
 
 
 
 
Sebelumnya

BI Rate Turun Jadi 7,5 Persen

Selanjutnya

MTF Incar Pembiayaan Baru 2015 Hingga Rp20 Triliun

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Transaksi Digital Tumbuh 44%, CIMB Niaga Gaspol Pengembangan OCTO

Transaksi Digital Tumbuh 44%, CIMB Niaga Gaspol Pengembangan OCTO

oleh Stella Gracia
11 November 2025 - 04:31

Stabilitas.id — PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) kembali memperkuat posisinya sebagai pemain utama di perbankan digital dengan meluncurkan...

Keterlibatan Aplikasi Keuangan di APAC Naik 35% pada 2025

Keterlibatan Aplikasi Keuangan di APAC Naik 35% pada 2025

oleh Stella Gracia
31 Oktober 2025 - 12:30

Stabilitas.id – Perusahaan analitik dan pengukuran global Adjust melaporkan peningkatan signifikan keterlibatan aplikasi keuangan di kawasan Asia Pasifik (APAC) sepanjang...

Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Menkeu: Bangun Ekspektasi Positif

Dana Rp200 Triliun Mengalir ke Bank Himbara, Menkeu: Bangun Ekspektasi Positif

oleh Sandy Romualdus
29 Oktober 2025 - 12:14

Stabilitas.id – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menekankan pentingnya membangun ekspektasi positif dalam menghadapi tantangan ekonomi global yang semakin...

OJK Inisiasi Transformasi Digital Koperasi Sapi Perah, Libatkan ILO dan Kemenkeu

OJK Inisiasi Transformasi Digital Koperasi Sapi Perah, Libatkan ILO dan Kemenkeu

oleh Stella Gracia
15 Oktober 2025 - 08:45

Stabilitas.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperluas penerapan program digitalisasi pembiayaan ekosistem sapi perah di berbagai daerah sebagai upaya mendorong...

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

oleh Sandy Romualdus
3 Juli 2023 - 14:21

Literasi keuangan dilakukan melalui ajang lari marathon mungkin hanya perumpamaan atau ungkapan metaforis untuk menggambarkan bahwa literasi keuangan adalah perjalanan...

Round Up : Meraba Titik Nyeri Terpanas 2023

Absorpsi Ancaman Suku Bunga

oleh Sandy Romualdus
5 Januari 2023 - 10:37

Tak pelak ancaman kenaikan suku bunga karena makin ketatnya kebijakan moneter akan menjadi perhatian utama perbankan. Apakah risiko pasar pada...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank BJB Kehilangan Putra Kandungnya: Yusuf Saadudin, Pemimpin Berintegritas yang Menggerakkan Transformasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

BNI Dorong Prestasi Dunia, Indonesia Gelar 2 All Indonesian Final Australia Open 2025

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
MTF Incar Pembiayaan Baru 2015 Hingga Rp20 Triliun

MTF Incar Pembiayaan Baru 2015 Hingga Rp20 Triliun

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance