BERITA TERKAIT
Pameo pembeli adalah raja adalah sesuatu yang tidak dapat ditawar di dunia bisnis. Bahkan ungkapan itu sudah menjadi hukum tak tertulis bagi produsen di mana pun di seantero dunia ini. Menurut Wikipedia, motto itu dikenal di awal 1914 dengan kemunculan pandangan bahwa konsumen tidak pernah salah, tidak mungkin bohong dan mempunyai ekspektasi yang tidak realistis.
Jika perusahaan tetap nekat berkesimpulan sebaliknya, dengan mengadopsi kebijakan yang mengakui klaim apapun yang membuat pelanggan tersinggung atau tersakiti maka bersiaplah untuk menerima kerugian yang tak terelakkan.
Di belahan dunia barat, pameo itu muncul dengan istilah “The customer is always right” yang dipopulerkan oleh pengusaha-pengusaha ritel asal Amerika Serikat seperti Harry Gordon Selfridge, John Wanamaker dan Marshall Field. Mereka menganjurkan bahwa keluhan pelanggan harus ditangani secara serius sehingga mereka tidak harus merasa ditipu atau tertipu.
Di Perancis istilah ini dikenal dengan “le klien n’a jamais tort” (pelanggan tidak pernah salah) yang merupakan slogan dari pengusaha César Ritz , pengusaha perhotelan asal Swiss. Bahkan kata-katanya yang terkenal adalah, “Jika konsumen mengeluh tentang hidangan atau anggur, segera pindahkan dan ganti”. Sementara di Jerman variasi yang sering digunakan adalah “der Kunde ist König” (pelanggan adalah raja).
Konsumen menempati posisi paling atas dari prioritas bisnis sebuah bisnis. Perusahaan tidak ingin membuat konsumen kecewa bahkan tidak ingin sedikitpun menyakiti perasaan konsumen meski itu tidak disengaja.
Lalu apa jadinya bila ada perusahaan yang tampaknya tidak takut untuk ‘menyakiti’ perasaan konsumen? ‘Menyakiti’ memang bisa luas sekali cakupannya, bahkan bisa dibilang tak terbatas. Di Meksiko, Kelompok usaha Mitsubishi sempat mendapatkan pengalaman pahit ketika dihukum oleh konsumen. Ketika itu, akhir 90-an, raksasa asal Jepang itu diboikot oleh sebuah organisasi nirlaba karena dianggap tak menjaga kelestarian alam. Pasalnya perusahaan itu terlibat dalam proyek mengekstrak garam di Meksiko yang berada di situs warisan dunia UNESCO yang dinilai akan mengancam kelestarian paus dan spesies langka lainnya di perairan Meksiko.
Lalu kampanye bertajuk ‘Mitsubishi: Don’t Buy It’ meluas ke-40 kota di Amerika Serikat yang pada akhirnya selama beberapa tahun berikutnya penjualan Mitsubishi dikabarkan melorot tajam di AS. Sampai akhirnya pada tahun 2000, Mitsubishi pun sepakat dengan organisasi nirlaba tersebut untuk menghentikan seruan boikot dan berjanji akan menarik diri dari proyek ekstrak garam.
Namun Mitsubishi telah merasakan pembelian yang melorot karena dianggap menyakiti perasaan para pemerhati lingkungan Meksiko. Boikot juga pernah dilakukan terhadap barang-barang Israel terkait invasi militer mereka ke kawasan pemukiman Palestina yang banyak menewaskan warga sipil terutama anak anak dan perempuan. Warga negara dunia sepakat untuk menghentikan pembelian produk dari perusahaan yang terkait Israel dan mendanai negeri zionis itu.
Strategi untuk tidak membeli produk dari sebuah perusahaan atau suatu pihak ini sudah muncul di Inggris 1791 terhadap gula yang diproduksi perusahaan yang melakukan perbudakan. Pada saat itu, masyarakat sepakat untuk memboikot gula itu karena Parlemen juga menolak untuk menghapus perbudakan. Boikot tersebut terbilang berhasil.
Jadi, boikot memang bisa menjadi cara efektif untuk memberi tekanan kepada produsen agar selalu berpihak kepada konsumen. Bukankah konsumen adalah raja? Jadi seharusnya mereka sudah tahu bagaimana seharusnya berbicara kepada raja.





.jpg)









