• Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
Sabtu, Juli 2, 2022
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • Berita Foto
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Seremonial
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • Berita Foto
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Seremonial
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Home Laporan Utama

Di Bawah Bayang Kenaikan Harga Komoditas

oleh Sandy Romualdus
19 April 2022 - 12:45
26
Dilihat
Di Bawah Bayang Kenaikan Harga Komoditas
0
Bagikan
26
Dilihat

Gejolak politik di Eropa Timur tampaknya akan segera menjadi isu yang membuat harga-harga komoditas kembali fluktuatif. Bagaimana pengaruhnya bagi ekonomi Indonesia?

Oleh Tim Riset Stabilitas

Dunia yang sedang berperang melawan Covid-19, dikejutkan dengan ketegangan Rusia-Ukraina yang semakin panas di awal tahun 2022. Lebih mengejutkannya lagi, Presiden Joe Biden telah menyetujui untuk menempatkan 3.000 tentara negeri Paman Sam tersebut untuk ditempatkan di Eropa Timur. Hal ini tentunya berpotensi mengganggu pemulihan ekonomi global akibat kenaikan harga komoditas akibat perang di tengah penurunan harga komoditas, terutama pangan yang sudah terjadi di penghujung 2021.

Lebih lanjut, bagi Indonesia kenaikan harga komoditas memiliki dua sisi mata pisau. Satu sisi menguntungkan sebagai penambah nilai ekspor dan devisa sekaligus semisal dari hasil ekspor CPO dan produk turunannya serta ekspor batu bara dan mineral lainnya. Namun di sisi lain menimbulkan mudharat yakni kenaikan harga komoditas yang masih diimpor seperti minyak bumi serta komoditas pangan semisal daging sapi, susu, kedelai dan gandum.

BERITA TERKAIT

Eropa Terus Berburu Batubara, Indonesia Harus Lakukan Apa?

Selain Kasus Minyak Goreng, Wilmar Juga Hadapi Problem Ini

Pemerintah Terbitkan PP Perpajakan dan PNBP Sektor Pertambangan Batubara

Perkembangan Harga

Data dari Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan bahwa   FAO Food Price Index (FFPI) pada Desember 2021 berada pada level 133, turun 1,2 poin jika dibandingkan dengan Desember 2021. Lebih lanjut, jika dibandingkan dengan Desember  2020, terjadi kenaikan 23,30 poin dari angka 109,70.  Meski masih tinggi, namun capaian indeks Desember 2021 berada pada tren penurunan.

Lebih lanjut, di antara sub-indeks, memasuki Desember 2021, dairy product (produk susu) mengalami kenaikan indeks dari 125,2 menjadi 127,5. Sedangkan produk lain seperti daging, sereal, minyak dan gula mengalami penurunan indeks. Indeks harga daging turun dari 110,8 menjadi 110,7. Kemudian indeks harga sereal turun dari 140,7 menjadi 139,8, indeks harga minyak turun dari 183,6 menjadi 177,6 dan indeks harga gula turun dari 119,6 menjadi 115,8.

Gambar 1. Indeks Harga Pangan FAO

Sumber  : FAO

Lebih lanjut, di antara sub-indeks, memasuki Desember 2021, dairy product (produk susu) mengalami kenaikan indeks dari 125,2 menjadi 127,5. Sedangkan produk lain seperti daging, sereal, minyak dan gula mengalami penurunan indeks. Indeks harga daging turun dari 110,8 menjadi 110,7. Kemudian indeks harga sereal turun dari 140,7 menjadi 139,8, indeks harga minyak turun dari 183,6 menjadi 177,6 dan indeks harga gula turun dari 119,6 menjadi 115,8.

Harga CPO hingga Januari 2022 mencapai 1.375 dollar A$ per metrik ton. Angka ini merupakan angka tertinggi (bulanan) setidaknya sejak Januari 2015. Meski demikian, kenaikan harga CPO ini diperkirakan akan kembali melandai. Setidaknya ini terlihat dari harga future contract CPO untuk pasar India di tahun 2022 hingga Oktober 2024. Harga CPO diperkirakan akan berada pada level 1000 dollar AS/MT pada tahun Agustus 2023. Pasca Agustus 2023, harganya terus turun hingga menyentuh angka 987 dollar AS/MT.

Turunnya harga CPO ini setidaknya mengurang beban pemerintah dalam rangka penyediaan minyak goreng murah yang saat ini sedang bergejolak. Seperti diketahui, Januari 2022 pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi minyak goreng untuk menurunkan harga hingga menjadi maksimal Rp14 ribu per liter. Namun pada kenyataannya, harga minyak goreng baik curah maupun kemasan sepanjang Januari 2022 setelah adanya kebijakan subsidi masih berada di atas angka Rp17 ribu per liter.

Lebih lanjut, dengan harga di atas 1000 dollar AS/MT, pemerintah masih bisa mendapatkan dana pungutan ekspor produk turunan kelapa sawit pada angka 175 dollar AS per MT (tarif tertinggi pungutan ekspor produk kelapa sawit, sesuai dengan Peraturan Kementerian Keuangan (PMK) tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.05/2020 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan.

Gambar 2. Pergerakan Harga CPO dan Future Contract Price (India Market)

Sumber : investing.com

Komoditas lain di mana ekonomi Indonesia bergantung padanya adalah minyak. Fakta bahwa Indonesia masih mengimpor sekitar 800 ribu barel per hari harus menjadi catatan penting dalam gonjang-ganjing harga komoditas dunia. Selama pandemi,, harga minyak mentah dunia adem-ayem sehingga tidak mengganggu kinerja fiskal nasional yang harus menanggung subsidi BBM. Sepanjang tahun 2021, rerata harga minyak dunia jenis Brent berada pada harga 71 dollar AS per barel yang merupakan angka tertinggi dalam tiga tahun terakhir.

Pada minyak jenis WTI maupun Brent, harganya mengalami tren kenaikan setelah sempat turun menjelang akhir tahun 2021. Namun memasuki akhir tahun 2021 dan masuk Januari 2022, trennya terus meningkat yang salah satunya disebabkan oleh ketegangan Rusia-Ukraina. Bahkan, harga minyak Brent sempat mencapai angka 90 dollar AS pada 2 Februari 2022. Lebih lanjut, diproyeksikan hingga Januari 2023, harga minyak WTI dan Brent masih di atas angka 75 dollar AS /barel. Angka proyeksi ini masih bisa lebih tinggi jika Rusia menginvasi Ukraina. Angka ini jauh di atas asumsi harga minyak dalam APBN 2022 sebesar 60 dollar AS/barel. Kenaikan harga ini dipastikan akan meneka APBN dalam hal subsidi BBM. Bisa dipastikan terdapat 2 hal, pertama defisit fiskal untuk menambal subsidi BBM atau menaikkan harga BBM domestik.

Gambar 3. Perkembangan Harga WTI dan Proyeksi Hingga Januari 2023

Sumber : tradingconomics.com

Komoditas berikutnya adalah batu bara. Semakin tinggi harga batu bara, maka Indonesia akan diuntungkan karena menambah pemasukan APBN. Pada tahun 2021, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari sektor pertambangan mineral dan batu bara mencapai Rp75,16 triliun atau 192,2 persen dari target yang ditetapkan pada awal tahun. Terlebih pada Oktober 2021, harga batu bara di pasar internasional sempat menyentuh 280 dollar AS per ton. Lebih lanjut, pada 2022 target PNBP Minerba diturunkan menjadi Rp42,36 triliun seiring dengan proyeksi penurunan harga batu bara hingga Januari 2023 yang masih berada pada kisaran angka 175 dollar AS /MT.

Gambar 3. Perkembangan Harga dan Proyeksi Harga Batubara (US$/MT)

Sumber : tradingconomics.com

Rusia-Ukraina

Seberapa besar kemungkinan Rusia akan menyerang Ukraina dan bagaimana dampaknya? The Economist pada tanggal 31 Janauri 2022 menuliskan liputannya berjudul

Russia’s roulette : A war in Ukraine could have global consequences. Dalam liputan tersebut disebutkan bahwa tensi antara Ukraina – Rusia semakin tinggi dan tidak menunjukkan tanda-tandan meredam. Hal ini didasari pada pernyataan Joe Biden kepada Volodymyr Zelensky, Presiden Ukraina bahwa invasi Rusia ke Ukraina adalah “distinct possibility” yang artinya kurang lebih berarti kemungkinan yang mendekat kenyataan.

Pernyataan Joe Biden ini dibarengi persetujuan Biden untuk mengirim 3.000 personel tentara Amerika Serikat di Eropa Timur. Tindakan ini mendorong kenaikan harga minyak dunia yang terkerek naik hingga tembus ke angka US$90 per barel. Lebih lanjut, analsia dari RBC Capital Market menyatakan apabila tank Rusia melintasi border Ukraina, maka pasar akan terkena shok dengan dampak terbesar adalah pasar atau pasokan gas Eropa dari Rusia akan terganggu. Selain pasar Eropa, pasar dunia juga akan mengalami shok mengingat Rusia memiliki peran tidak kecil dalam ekspor beberapa komoditas utama.

Rusia menguasai pasar gas dunia sekitar 19 persen, kemudian sekitar 18 persen pasar gandum, minyak mentah sekitar 13 persen, aluminium 9 persen dan tembaga 8 persen. Di sisi lain yang lebih mengesankan adalah sumbangan ekspor paladium Rusia yang menguasai 43 persen pasar. Seperti diketahui, paladium adalah komponen penting dalam converter katalis  yang merupakan alat pengontrol emisi gas dan menjadi salah satu komponen penting pada kendaraan. Tensi yang berubah menjadi perang akan merubah landscape ekspor Rusia yang bisa berujung pada kenaikan harga komoditas.

Gambar 4. Share Ekspor Komoditas Rusia Terhadap Pasar Global Tahun 2020 (%)

Sumber : The Economist.

Analisa Dampak

Kenaikan harga komoditas tidak hanya berada pada barang-barang yang menjadi andalan ekspor Rusia, tapi harga komoditas secara global termasuk pangan, minyak dan gas. Dampak yang bisa dirasakan oleh Indonesia adalah kenaikan harga komoditas yang memiliki dua sisi mata pisau, di sisi lain menguntungkan di sisi lain membuat tekanan ekonomi. Kenaikan harga minerba akan memberikan keuntungan bagi Indonesia berupa kenaikan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

Namun tidak demikian apabila yang mengalami kenaikan adalah komoditas perkebunan dan pangan. Kenaikan CPO di sisi lain akan menaikkan angka ekspor nasional dan juga menjadi penyumbang bagi pungutan dana sawit yang dikelola Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Namun di sisi lain akan mendorong kenaikan harga minyak goreng yang sudah terjadi sejak akhir tahun 2021.

Komoditas pangan lain yang apabila naik dan memiliki dampak kurang baik bagi perekonomian nasional adalah kenaikan harga kedelai, daging sapi, bawang putih, gandum dan gula. Kenaikan harga kedelai akan memengaruhi harga produksi tempe dan tahu dalam negeri. Kemudian kenaikan daging, susu, gandum dan gula akan mendorong kenaikan harga komoditas itu sendiri dan mendorong kenaikan harga produk industri makanan-minuman yang mengandalkan ketiga komoditas tersebut sebagai bahan baku.

Melihat kondisi tersebut, hal yang paling utama dan harus dilakukan oleh pemerintah adalah dengan memitigasi dampak dampak kenaikan harga komoditas. Pada komoditas daging. susu, kedelai, gandum dan bawang putih, pemerintah mendorong dan memfasilitasi para importir untuk melakukan kontrak pembelian jangka panjang dalam rangka mengamankan pasokan domestik. Hal ini penting untuk menghindari kenaikan harga yang berlebih dan sebagai ikhtiar untuk menghindarkan Indonesia dari inflasi yang tinggi di tahun 2022.

Tabel 1. Dampak Kenaikan Harga Komoditas Bagi Indonesia

Sumber : Analisis tim riset Stabilitas.

 

 

Tags: BatubaraCPOharga komoditasharga minyakkomoditas global
 
 
 
 
 
 
Sebelumnya

Penetrasi Menjadi Jurus Kunci

Selanjutnya

Catatan Fundamental Transformasi Digital

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Solve : *
4 + 13 =


BACA JUGA

Related Posts

Lagi-lagi Kejahatan Perbankan, BPR Difobutama Dipidana Nasabah dengan Nilai Kredit Rp745 Juta

Lagi-lagi Kejahatan Perbankan, BPR Difobutama Dipidana Nasabah dengan Nilai Kredit Rp745 Juta

oleh Sandy Romualdus
16 Juni 2022 - 12:45

DEPOK, Stabilitas.id - Kejahatan perbankan yang dilakoni Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Depok-Bogor, Jawa Barat masih terus terjadi. BPR...

ESSA Mencetak Rekor Laba Bersih pada Kuartal I-2022

ESSA Mencetak Rekor Laba Bersih pada Kuartal I-2022

oleh Sandy Romualdus
31 Mei 2022 - 10:20

JAKARTA, Stabilitas.id - PT Surya Esa Perkasa Tbk (“ESSA”), Perusahaan publik yang bergerak di bidang Energi dan Kimia melalui kilang...

Terbuka untuk Umum, Kompetisi LPS Call for Research Kembali Digelar 2022

Terbuka untuk Umum, Kompetisi LPS Call for Research Kembali Digelar 2022

oleh Sandy Romualdus
20 Mei 2022 - 15:33

JAKARTA, Stabilitas.id - Dengan semangat untuk terus meningkatkan minat dan aktivitas penulisan ilmiah, di tahun ini Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)...

Mengantisipasi Tren Pengunduran Diri

Omicron, Revolusi Industri, dan Human Capital

oleh Sandy Romualdus
19 April 2022 - 14:30

Perubahan transformasional pada dasarnya sulit karena menuntut insan perusahaan untuk mengubah cara-cara tradisional dalam melakukan sesuatu dan keluar dari rutinitas...

Predatory Lending dan Literasi Keuangan

Predatory Lending dan Literasi Keuangan

oleh Sandy Romualdus
19 April 2022 - 14:26

Oleh : Iqbal Nazili, Senior Relationship Manager LPPI KETIKA praktik digital di sektor keuangan marak, masyarakat memang dimudahkan dalam setiap transaksi...

Saat Dokter Gigi Jadi Top Bankers

Saat Dokter Gigi Jadi Top Bankers

oleh Sandy Romualdus
19 April 2022 - 13:21

Lani Darmawan, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga, Tbk. Womenpreneur memiliki peran penting dalam mendorong perekonomian nasional. Karena itu, pemerintah...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Editorial: Digelitik Risiko Politik

    Editorial: Digelitik Risiko Politik

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mencegah dan Menanggulangi Kejahatan Perbankan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penyusunan KOSP Membutuhkan Keterlibatan Banyak Pihak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Banyak Suka Menjadi Mandirians

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Keras Dan Menghantam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • MenKopUKM Beri Peringatan pada 8 Koperasi yang Bermasalah

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank Hadapi Disrupsi Inovasi, Penciptaan Talent Wajib Berorientasi Digital

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 
 
 
 

Terbaru

BNI Beri Penjelasan Soal Hoaks Kredit Tanpa Jaminan

LPS Pailitkan Pengurus dan Pemegang Saham BPR Citraloka Dana Mandiri

3 Fakta Inflasi Juni 2022

Komoditas Hortikultura Dorong Inflasi Juni 2022

Perkembangan Indikator Stabilitas Nilai Rupiah (Per 1 Juli 2022)

Rompi Penurun Suhu, Pertolongan Pertama Pasien Heat Stroke

BI Siapkan Langkah Menuju Indonesia Baru

Fitch Kembali Mempertahankan Peringkat Indonesia dengan Outlook Stabil

Inilah Laporan Hasil Pembahasan Pendahuluan RAPBN 2023 dan RKP 2023

STABILITAS CHANNEL

TWITTER STABILITAS

 
 
 
Selanjutnya
Catatan Fundamental Transformasi Digital

Catatan Fundamental Transformasi Digital

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • Berita Foto
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Seremonial
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In