• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Rabu, November 26, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Kolom

Jebakan Suku Bunga Negatif

oleh Sandy Romualdus
4 Juni 2016 - 00:00
7
Dilihat
Jebakan Suku Bunga Negatif
0
Bagikan
7
Dilihat

Setelah perekonomiannya tak kunjung membaik, Jepang sejak awal tahun ini menerapkan kebijakan suku bunga negatif. Mengikuti apa yang dilakukan European Central Bank (ECB), kebijakan tersebut ditempuh agar perbankan mengurangi penempatan dananya di bank sentral, Bank of Japan (BoJ). Dengan suku bunga acuan negatif 0,1 persen, bank-bank yang menempatkan kelebihan kas di BoJ tidak akan memperoleh bunga tapi justru membayar bunga!

Pertumbuhan ekonomi Jepang sepanjang 2015 yang dilaporkan sebesar 0,4 persen (yoy) memang membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang stagnan tidak tumbuh (0 persen). Namun, pertumbuhan pada triwulan IV-2015 sebesar 0,7 persen (yoy), lebih rendah dari pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,7 persen (yoy). Tingkat inflasi juga masih sangat rendah sebesar 0,2 persen (yoy) di akhir 2015, dari target 2 persen, pertanda permintaan barang/jasa belum setinggi harapan.

Level pertumbuhan ekonomi maupun inflasi yang masih rendah tersebut disebut-sebut sebagai bukti tidak efektifnya kebijakan ekspansi fiskal dan moneter oleh pemerintahan Perdana Menteri Shinzo Abe. Program berjuluk Abenomics itu memang telah menggelontorkan triliunan yen melalui pembelian surat-surat berharga. Bank sentralnya, Bank of Japan, membanjiri neraca perusahaan-perusahaan, termasuk perbankan, dengan likuiditas yang diharapkan bisa disalurkan menjadi pinjaman ataupun pengeluaran perusahaan. Namun, tingkat konsumsi masyarakat (private consumption) tetap rendah.

BERITA TERKAIT

Bank Sampoerna Optimalkan Platform Pembiayaan UMKM, PDaja.com Salurkan Rp1,9 Triliun

BNI Hadirkan Akses Eksklusif ke wondr BrightUp Cup 2025 Lewat Penawaran Buy 1 Get 2 di wondr by BNI

Konsisten Berinovasi di Sektor Perumahan, BTN Housingpreneur Sabet Penghargaan

OJK Sambut Ratu Maxima, Memulai Agenda Kesehatan Finansial di Indonesia

Stimulus fiskal dan moneter besar-besaran selama beberapa tahun terakhir ini telah membuat anggaran negara menjadi tekor dan tagihan perbankan di BoJ melonjak serta nilai tukar yen melemah. Sejak 2009, defisit APBN Jepang melonjak dari sebelumnya sekitar -3 persen menjadi hampir -9 persen dari produk domestik bruto (PDB)-nya kendati terus mengecil menjadi -6 persen tahun lalu. Rencana pemerintah menaikkan lagi pajak penjualan setelah
kenaikan pada 2014 sebesar 3 persen menjadi 8 persen, bisa jadi bukti tekornya anggaran. Pemerintah Jepang juga berupaya menaikkan inflasi dari sisi harga suplai kendati hal itu bisa kontraproduktif.

Gelembung dan kontraksi

Selama ini, stimulus moneter melalui quantitative easing menambah jumlah uang primer (M0) dan terutama bank reserve –semacam giro perbankan—di bank sentral. Dengan membeli (menjual) surat berharga, bank sentral seperti BoJ menambah (mengurangi) likuiditas mata uangnya ke sistem perbankan dan perekonomian negara tersebut. Ketika membeli (menjual) surat berharga, bank sentral meng-kredit (mendebit) rekening bank terkait senilai harga beli (jual) obligasi sehingga menaikkan (menurunkan) nilai bank reserve di neraca/pasiva bank sentral. Kenaikan pasiva menyebabkan nilai total aset bank sentral pun meningkat (lihat grafik). Suku bunga negatif diharapkan mengurangi bank reserve yang sudah sangat besar tadi dan “memaksa” bank-bank menyalurkannya menjadi kredit.

Lembaga keuangan seperti perbankan mungkin menjadi yang paling terpukul oleh kebijakan suku bunga negatif. Melimpahnya likuiditas menekan turun suku bunga kredit maupun imbal hasil instrumen di pasar keuangan misalnya surat utang. Pendapatan operasional pun turun dan marjin tergerus. Terlebih lagi, dalam banyak kondisi, suku bunga atas dana simpanan tak bisa serta merta turun apalagi menjadi negatif.

Bank yang menerapkan suku bunga negatif terhadap giran, penabung atau deposannya dapat mengalami penurunan simpanan dan, akibatnya, kontraksi (penyusutan) nilai total asetnya. Bahkan jika terhadap deposannya diberi bunga agar tidak lari, suku bunga deposit facility yang negatif lambat laun mengikis nilai bank reserve perbankan di pasiva bank sentralnya. Suku bunga kredit yang terlalu rendah, kendati menstimulasi permintaan oleh debitur, namun juga memberi disinsentif bagi bank karena pendapatan yang diterima mungkin tidak sanggup menanggung risiko gagal bayar di tengah ekonomi yang masih lemah.

Suku bunga negatif dan suntikan uang beredar yang berlebihan juga berpotensi menciptakan gelembung aset (asset bubble) yang baru. Gelembung serupa di sektor properti Amerika Serikat tercipta akibat suku bunga kredit perumahan yang ultra rendah. Rendahnya suku bunga simpanan di perbankan mendorong lonjakan investasi di pasar keuangan. Harga saham dan obligasi melonjak akibat diborong investor baik individu maupun korporasi, termasuk oleh Si Penerbit surat berharga itu sendiri alias buyback. Kebijakan moneter berbasis suku bunga dan penciptaan uang fiat money memang selalu lekat dengan risiko.

Tampak seperti senjata pamungkas yang ampuh, kebijakan suku bunga negatif justru bisa menjadi jebakan yang merugikan di masa depan. Ada yang bilang, terkadang bagi bank sentral, do nothing is the best policy. Ironis memang.

 
 
 
 
Sebelumnya

Muliaman Hadad Raih Penghargaan Global Good Governance

Selanjutnya

OJK Terima 3.805 Aduan, Mayoritas soal Klaim Asuransi

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Penurunan Mendalam Pasar Saham Indonesia 18 Maret 2025

Penurunan Mendalam Pasar Saham Indonesia 18 Maret 2025

oleh Sandy Romualdus
21 Maret 2025 - 09:16

Oleh : Dr. Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Tanggal 18 Maret 2025 pasar...

Serangan Hacker terhadap Pusat Data Nasional: Sebuah Renungan Bernegara

Serangan Hacker terhadap Pusat Data Nasional: Sebuah Renungan Bernegara

oleh Stella Gracia
26 Juni 2024 - 15:05

Oleh Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik dan Ekonom UPN Veteran Jakarta Baru-baru ini, Indonesia dikejutkan oleh serangan siber besar-besaran...

Praktik Sustainable: Harapan Besar pada Bank

Praktik Sustainable: Harapan Besar pada Bank

oleh Sandy Romualdus
21 September 2023 - 16:34

Oleh Ahmed Zulfikar, Relationship Manager LPPI SAAT ini isu perubahan iklim telah menjadi topik hangat yang hampir selalu dibahas dalam...

Strategi Penerapan Keamanan Siber di Perbankan

Strategi Penerapan Keamanan Siber di Perbankan

oleh Sandy Romualdus
11 Agustus 2023 - 12:32

Oleh : Novita Yuniarti, Assistant Programmer LPPI SERANGAN siber memiliki dampak yang serius dan menjadi isu kritis dalam digitalisasi keuangan...

Kilas Balik Pandemi COVID-19: Strategi Cermat India yang Terhambat Sistem Pasar Obat-Obatan Dunia

Kilas Balik Pandemi COVID-19: Strategi Cermat India yang Terhambat Sistem Pasar Obat-Obatan Dunia

oleh Sandy Romualdus
3 Juni 2023 - 20:20

Oleh : Baiq Shafira Salsabila, Diospyros Pieter Raphael Suitela, Muhammad Faiz Ramadhan * INDIA adalah salah satu negara berkembang dengan industri farmasi terbesar...

Fenomena Bank Digital: Tren Naik, Harus Diimbangi dengan Literasi Digital

Transformasi Digital vs Literasi Digital

oleh Sandy Romualdus
14 Februari 2023 - 08:10

Oleh Danal Meizantaka Daeanza - Assistant Programmer LPPI Perubahan yang terjadi di dunia selama satu dekade belakangan ini sangat signifikan....

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Harga BBM Resmi Naik! Pertalite Jadi Rp10 ribu, Solar Subsidi Rp6,800, Pertamax Rp14,500

    Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank BJB Kehilangan Putra Kandungnya: Yusuf Saadudin, Pemimpin Berintegritas yang Menggerakkan Transformasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ratusan Pinjol Ilegal Dibongkar, Satgas PASTI Soroti Modus Penipuan AI

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Bank Sampoerna Optimalkan Platform Pembiayaan UMKM, PDaja.com Salurkan Rp1,9 Triliun

BNI Hadirkan Akses Eksklusif ke wondr BrightUp Cup 2025 Lewat Penawaran Buy 1 Get 2 di wondr by BNI

Konsisten Berinovasi di Sektor Perumahan, BTN Housingpreneur Sabet Penghargaan

OJK Sambut Ratu Maxima, Memulai Agenda Kesehatan Finansial di Indonesia

BNI Dorong Ekonomi Lokal Lewat UMKM di Ajang Internasional Yogyakarta

Diversifikasi Sumber Pertumbuhan, BRI Perkuat Segmen Konsumer dan Layanan Bank Emas

Indonesia Kuasai Podium wondr by BNI International Challenge, Pembinaan Atlet Muda Berbuah Manis

Perkuat Daya Saing Perekonomian Daerah, BRI Dukung Bazaar UMKM “Jelajah Kuliner Indonesia” 2025

BRI Manajemen Investasi Catatkan KIK EBA Syariah Perdana di Indonesia

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
OJK Dorong Pembiayaan Infrastruktur Melalui Sukuk

OJK Terima 3.805 Aduan, Mayoritas soal Klaim Asuransi

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance