JAKARTA, Stabilitas.id — Hari ini Pemerintah membuka masa penawaran Obligasi Negara Ritel seri ORI019 yang disiarkan secara langsung melalui berbagai kanal media sosial DJPPR. Peluncuran ORI019 kali ini mengusung tema “Pulihkan Negeri, Bangkitkan Investasi”. ORI019 secara resmi diluncurkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Luky Alfirman.
Prosesi peluncuran ORI019 dilanjutkan dengan bincang menarik bersama tiga narasumber yaitu Deni Ridwan (Direktur Surat Utang Negara), Falla Adinda (dokter, anggota Satgas Nasional Subdit Mitigasi Covid19) serta Fellexandro Ruby (entrepreneur dan content creator). Pada sambutannya, Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko mengajak masyarakat untuk membangun optimisme di awal tahun 2021 ini bahwa pemulihan kesehatan, ekonomi, investasi, maupun aspek lainnya dapat segera terjadi. Program vaksinasi virus Covid-19 diharapkan menjadi game changer untuk mempercepat pemulihan perekonomian Indonesia.
Dukungan untuk program kesehatan tersebut dan program pemulihan ekonomi nasional, sudah menjadi komitmen bersama dan pendanaannya telah tertuang dalam APBN 2021. Untuk itu, Pemerintah membuka kesempatan bagi masyarakat untuk bersama-sama memulihkan negeri ini, sekaligus berinvestasi pada instrumen yang aman dan menguntungkan yaitu ORI019.
BERITA TERKAIT
Penerbitan ORI seri 019 ini mempunyai tenor tiga tahun yang jatuh tempo pada 15 Februari 2024. Masyarakat dapat membeli obligasi ritel ini dengan minimum pemesanan Rp1 juta dan maksimum Rp3 miliar.
Luky menjelaskan pemesanan dapat dilakukan melalui 26 kanal daring sebagai mitra distribusi yang bekerja sama dengan pemerintah melalui empat tahap yaitu pendaftaran, pemesanan, pembayaran dan penyelesaian atau konfirmasi.
Sebanyak 26 mitra distribusi itu yakni 16 bank umum, empat perusahaan efek, tiga perusahaan efek khusus dan tiga perusahaan teknologi berbasis finansial (tekfin) peer-to-peer lending.
Bank umum itu yakni Bank Central Asia, Bank Negara Indonesia, Bank Permata, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Maybank Indonesia dan Bank CIMB Niaga.
Kemudian, Bank Mandiri, Bank OCBC NISP, Bank Panin, Bank DBS Indonesia, Bank HSBC Indonesia, Bank UOB Indonesia, Bank Commonwealth, Bank Danamon Indonesia dan Bank Victoria International.
Empat perusahaan efek antara lain Trimegah Sekuritas Indonesia, Danareksa Sekuritas, Bahana Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.
Selain itu tiga perusahaan efek khusus adalah Bareksa Portal Investasi, Star Mercato Capitale (Tanamduit) dan Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).




.jpg)









