Keberadaan aktivitas bisnis di wilayah Sumsel dan Babel memberi ruang istimewa bagi PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung untuk menggenjot kinerjanya. Dengan penguatan modal seperti yang dibutuhkan tak menutup kemungkinan kinerja bank ini akan melaju lebih cepat dari yang ditargetkan.
Dalam percaturan bisnis di Tanah Air, wilayah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung mempunyai posisi tawar yang patut diperhitungkan. Bagaimana tidak, dua kawasan ini dipenuhi aktivitas ekonomi padat modal seperti tambang minyak milik PT Pertamina (Persero), pabrik pupuk PT Sriwijaya, ditambah lagi dengan kawasan ekonomi Tanjung Api-Api. Sementara wilayah Babel sendiri terkenal dengan tambang timah, emas, serta batu bara sehingga tak heran pemerintah menempatkan PT Timah Tbk, (Persero) di sana.
Tak berhenti di situ, di Ibukota kota provinsi ini yaitu Palembang terpilih sebagai tempat penyelenggaraan pesta olah raga negara-negara Asia Tenggara, SEA Games tahun ini. Tak ayal beberapa proyek pendukung kegiatan internasional tersebut ramai dilakukan mulai dari perbaikan infrastruktur jalan, hingga penginapan peserta atlet. Kondisi itu tentu memberikan dampak berantai bagi perkembangan perekonomian di wilayah itu pada khususnya dan di Provinsi Sumsel-Babel pada umumnya.
BERITA TERKAIT
Berbagai aktivitas padat modal dan pembangunan di atas, pastinya membutuhkan pembiayaan bank. Dan bicara soal bank, untuk wilayah Palembang dan Babel, yang paling memahami karakteristik perekonomian daerah, serta dekat dengan masyarakatnya tentu saja Bank Sumsel Babel. Sehingga, berbekal sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, produk yang merakyat, serta penggunaan sistem teknologi informasi (TI) yang kian canggih, bank yang berdiri sejak 6 November 1957 ini siap untuk bersaing dengan bank-bank besar lain yang beroperasi di wilayah itu.
Meski demikian, bekal pemahaman pemahaman karekteristik perekonomian daerah yang baik, belum cukup untuk memenangkan persaingan bisnis perbankan di wilayah Sumsel-Babel. Lebih dari itu penguatan modal diakui merupakan faktor yang tak bisa dinomorduakan di industri perbankan saat ini. Apalagi Bank Indonesia (BI) telah mematok modal minimal BPD seluruh Indonesia sebesar Rp 1 triliun. “Jadi kita masih perlu memperkuat modal sehingga ekspansi jaringan dan kredit kita tidak terganggu, dan layanan kita tetap prima kepada nasabah,” papar Rendra, Direktur Operasional Bank Sumsel Babel.
BI sudah mencanangkan program BPD Regional Champion (BRC) akhir tahun lalu yang mendorong BPD untuk menjadi pemenang dalam bisnis perbankan di wilayahnya masing-masing. Dalam program itu penguatan modal menjadi salah satu syarat utamanya.
Dikatakan Rendra, untuk menuju regional champion, menajemen Bank Sumsel Babel telah menyiapkan strategi jangka panjang, jangka menengah, dan jangak pendek. Untuk jangka panjang, sebagaimana BPD di seluruh Indonesia, berdasarkan komitmen bersama menuju regional champion pada 2014, disusun tiga pilar yang harus dipenuhi oleh setiap BPD.
Dalam pilar pertama, salah satu rumusannya adalah bahwa untuk menuju regional champion BPD harus memperkuat ketahanan kelembagaan, salah satunya adalah penguatan permodalan sebagai salah satu kriteria menjadi bank sehat tadi. Kemudian posisi rasio modal minimum (capital adequacy ratio/ CAR) harus di atas 15 persen.
Pilar kedua, bahwa Bank Sumsel Babel harus mampu tumbuh dan berkembang. Dalam hal ini, sesuai dengan visi Bank Sumsel Babel agar mampu meningkatkan kredit khususnya ke sektor produktif dan kepentingan pengembangan pembangunan. “Itu ditekankan minimal perbandingannya 60 persen kredit produktif dan 40 persen kredit konsumsi,” tutur Rendra.
Selain itu, Bank Sumsel Babel juga berusaha untuk tidak tergantung sepenuhnya pada dana pihak ketiga yang berasal dari pemerintah daerah (Pemda). Sehingga perbandingan antara DPK Pemda dengan DPK masyarakat adalah 25:75. “Hal ini sudah mulai terwujud dengan posisi DPK kita di akhir 2010 possi 70 persen dana masyarakat, dan 30 persen dana Pemda,” ungkap Rendra.
Selanjutnya untuk pilar ketiga, sesuai dengan misi Bank Sumsel Babel yakni mengutamakan kepuasan nasabah dengan memperluas jaringan. Harapannya, semua kecamatan potensial di Sumsel Babel sudah bisa dilayani dengan keberadaan Bank Sumsel Babel di tiap daerah tersebut. Dengan begitu dalam jangka panjang diharapkan Bank Sumsel Babel hadir lebih dekat dengan seluruh masyarakat hingga pelosok kecamatan.
Jangka Menengah-Pendek
Dalam jangka pendek, Rendra menyatakan bahw Bank Sumsel Babel diharuskan menjadi tuan rumah di derah sendiri, artinya harus membangun perekonomian daerah sesuai visi dan misi, antara lain menjadi salah satu sumber pendapatan daerah terbesar. Tentu saja, sebagai pemegang kas daerah, Bank Sumsel Babel tetap mempertahankan pelayanan yang terbaik kepada nasabah yang saat ini berjumlah 599.363 orang. “Kita telah melaksanakan program layanan Cerah (Cepat dan Ramah) untuk mempertahankan dan ekspansi nasabah,” katanya.
Selanjutnya, sebagai agen pembangunan, dalam jangka menengah Bank Sumsel Babel melakukan perbaikan program, terutama dalam hal pemberian kredit kepada masyarakat. Bank tersebut mulai mengalihkan porsi kredit konsumtif menjadi lebih produktif seperti program kredit kerakyatan.
Meski begitu, Bank Sumsel Babel juga tetap mendukung program pemda dengan meluncurkan program kredit rumah murah yang sudah mulai dilaksanakan di wilayah Jakabaring sebanyak 284 rumah, menyusul 129 rumah yang sudah direncakan akad kreditnya. Selain itu, ada pula program kredit rumah murah untuk masyarakat berpendapatan rendah (MBR). “Ini kita mendukung program pemda, sesuai janji gubernur yakni memberikan rumah murah kepada masyarakat,” tukas Rendra.
Program kredit lain adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang akan mulai diterapkan tahun ini. Untuk KUR, Rendra menyebutkan Bank Sumsel Babel telah mengalokasikan kredit sebesar Rp100 miliar untuk tahun ini. Kemudian ada program kemitraan dalam pembiayaan perkebunan karet dan sawit yang sudah dijalani dalam beberapa tahun terakhir ini.
“Semua program kredit tersebut berjalan baik terus dievaluasi setiap enam bulan sekali, sesuai dengan masukan dari pemerintah dan masyarakat. Jadi ini sesuai dengan kebutuhan dan tantangan bisnis yang ada. Namun sejauh ini berjalan dengan baik karena kategorinya diukur dari NPL kita yang masih berada di bawah ketentuan BI yang 5 persen, kita masih di level 2,2 persen,” jelas Rendra.
Strategi Jaga Modal
Namun demikian, berbagai strategi kredit tersebut akan mempengaruhi ketahanan modal bank. Hingga April posisi kredit Bank Sumsel Babel telah melampui angka Rp7 triliun, dan jika permintaan kredit melampaui angka Rp 8 triliun maka CAR akan tergerus di bawah 12 persen.
Untuk itu, dalam jangka pendek, Bank Sumsel Babel menerapkan strategi over kredit untuk menjaga CAR tetap berada di atas 12 persen. Caranya, sepanjang semester pertama tahun ini kredit dibiarkan mencapai Rp 8,8 triliun dengan catatan bahwa kebutuhan nasabah akan kredit harus tetap terpenuhi. Namun pada semester kedua, pihak manajemen akan mengarahkan kembali kredit ke target awal 2011 yakni Rp 7,8 triliun dengan menjual Rp 1,8 triliun kredit ke rekan BPD atau bank lain yang telah menyepakati kerjasama over kredit.
“Dengan penjualan kredit, posisi CAR kita aman di level 12 persen, tetapi kita juga mendapat penghasilan di awal, selain fee dan upah pungut kredit dari kredit yang dijual ke rekan BPD atau bank lainnya. Artinya, kebutuhan kredit nasabah tetap kita penuhi, tetapi tingkat kesehatan bank tetap kita jaga,” tegas Rendra.
Sejalan dengan itu, sepanjang tahun ini, manajemen juga melakukan road show ke semua pemegang saham untuk memberikan pemahaman akan pentingnya penambahan modal disetor di Bank Sumsel Babel. Pendekatan yang dilakukan antara lain pendekatan baik formal maupun informal kepada seluruh bupati dan walikota se Sumsel dan Babel.
PERKEMBANGAN KINERJA BPD SUMSEL BABEL 2010 (JUTAAN RUPIAH)
Uraian Target 2010 Realisasi 2010 Pencapaian Target 2011
Aset Rp9,27 triliun Rp10,8 triliun 116,53 % Rp13 triliun
Kredit Rp6,47 triliun Rp6.6 triliun 102,51 % Rp7,8 triliun
DPK Rp7,34 triliun Rp9,32 triliun 126,98 % Rp9,7 triliun
Laba Rp272,38 miliar Rp279,29 miliar 102,54 % Rp320 miliar
PERKEMBANGAN PENYALUAN KREDIT 2011
Segmentasi 30 April 2011 23 Mei 2011
Konvensional Rp6,903 miliar Rp7,062 miliar
Syariah Rp 356.605.030,- Rp 379,987 juta
Jumlah Rp.6,45 miliar Rp.7,44 milar





.jpg)










