JAKARTA, Stabilitas.id – Perusahaan analisis tren bisnis dunia, WGSN, menerbitkan laporan tahunan “Asia Shopper Forecast 2023” yang berisi berbagai preferensi dan profil konsumen Asia, termasuk Indonesia untuk menjadi acuan bagi bisnis dalam mengambil keputusan strategis di tahun 2023 dan tahun selanjutnya.
Berdasarkan laporan tersebut, masyarakat Indonesia saat ini cenderung kembali ke toko fisik untuk berbelanja, terlihat dari naiknya tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan berdasarkan data dari APPBI. Hal tersebut membuat angka berbelanja di e-commerce menurun dan membuat target transaksi pada 2022 Bank Indonesia tidak terpenuhi.
“Seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat seperti sebelum pandemic, konsumen di Asia akan memprioritaskan bepergian dan memilih pengalaman tatap muka secara langsung. Hal ini mengharuskan penjual untuk berinovasi dalam menawarkan keunggulan produknya kepada konsumen yang lelah akan interaksi digital,” ungkap Konsultan Senior APAC, WGSN, Jess Tang.
Dengan kembali dibukanya perbatasan antarnegara, industri pariwisata di Asia akan siap menyambut berbagai turis mancanegara yang juga berdampak positif terhadap pertumbuhan toko fisik karena meningkatnya konsumen.
Meskipun begitu, teknologi mobile masih merupakan faktor penting untuk mempromosikan produk kepada konsumen dengan luas dan cepat. Hal ini juga sejalan dengan laporan e-Conomy SEA terbaru oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, di mana ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara mendekati USD 200 miliar Gross Merchandise Value (GMV) pada 2022 dan diproyeksikan mencapai USD 330 miliar pada tahun 2025.
Dalam menyusum laporan ini, WGSN telah bekerja dengan lebih dari 440 pakar industri global untuk memetakan influencer, disruptor, dan menggunakan kerangka unik STEPIC dalam melihat sentimen konsumen terkini; yaitu memeriksa perubahan dalam masyarakat, teknologi, lingkungan, politik, industri, dan kreativitas untuk mengidentifikasi faktor makro yang mendorong sentimen emosional di tahun mendatang.***





.jpg)










