Stabilitas.id – Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan industri perbankan semakin mempererat sinergi untuk mendorong pasar keuangan Indonesia yang lebih efisien, transparan, dan berdaya saing global. Kolaborasi tersebut diwujudkan melalui penandatanganan Perjanjian Induk Derivatif Antarbank serta peluncuran Matchmaking Overnight Index Swap (OIS) di Jakarta, Jumat (26/9).
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, menegaskan pendalaman pasar keuangan menjadi prasyarat penting bagi pembiayaan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Menurutnya, BI terus memperkuat instrumen di pasar uang maupun valuta asing.
“Matchmaking OIS memfasilitasi pencocokan transaksi antarbank sehingga harga terbentuk lebih efisien dan interaksi pasar lebih lancar. Ketersediaan suku bunga acuan INDONIA juga memperkuat mekanisme pembentukan harga instrumen OIS yang forward looking,” ujarnya.
Destry mengungkapkan, instrumen pasar uang berbasis repo dan OIS menjadi fokus utama, sementara di pasar valas, penguatan dilakukan melalui Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) dan FX Swap dengan referensi kurs JISDOR serta kurs acuan non-USD/IDR. Hingga Agustus 2025, rata-rata transaksi harian DNDF mencapai USD 212 juta, atau meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan awal penerapan pada 2018.
“Tentunya BI tidak bisa sendirian, perlu sinergi dan kerja sama kita bersama,” tegasnya.
BERITA TERKAIT

Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyebutkan bahwa penggunaan INDONIA sebagai acuan OIS merupakan langkah strategis yang sejalan dengan reformasi suku bunga global. “Langkah ini meningkatkan kredibilitas, transparansi, dan efektivitas suku bunga rupiah. OJK berkomitmen melakukan pemantauan, pendampingan, serta mendorong pemanfaatan instrumen berbasis INDONIA agar memberi manfaat optimal bagi stabilitas sistem keuangan,” jelasnya.
Dian optimistis, dengan dukungan lintas otoritas dan pelaku industri, pasar keuangan Indonesia akan semakin kompetitif. “Dengan sinergi seluruh pemangku kepentingan, kita optimis pasar keuangan Indonesia semakin kompetitif dan berdaya saing global,” katanya.
Dari sisi industri, komitmen nyata terlihat melalui penandatanganan 105 kontrak derivatif baru dan 23 komitmen penerapan margin oleh 56 bank. Inisiatif tersebut menunjukkan keseriusan perbankan memperkuat fondasi pasar domestik, khususnya untuk pengembangan OIS dan DNDF. Namun, BI mengingatkan agar komitmen tidak berhenti di atas kertas, melainkan diwujudkan dalam peningkatan transaksi nyata.
Kolaborasi ini diyakini dapat memperdalam dan meningkatkan likuiditas pasar uang serta valas domestik. Selain itu, sinergi juga akan memperkuat daya tahan pasar keuangan, sehingga dapat menjadi pilar penting pembiayaan pembangunan ekonomi nasional secara berkelanjutan. ***





.jpg)










