Selama beberapa tahun terakhir ini, bank-bank di Indonesia dinilai lebih banyak membidik sektor konsumtif. Meski tidak ada yang salah dengan hal itu namun sejatinya jika perbankan berupaya melempar kredit lebih banyak ke sektor
produktif, maka pertumbuhan ekonomi
akan lebih cepat terdorong.
Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik hingga tiga bulan pertama tahun
ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia
mencapai 6,3 persen dibanding periode
yang sama tahun lalu. Meskipun
pertumbuhan ini didukung oleh semua
sektor, namun pertumbuhan tertinggi
dihasilkan oleh sektor pengangkutan
dan komunikasi sebesar 10,3 persen.
Kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang laju
pertumbuhannya mencapai 8,5 persen.
Sektor pengangkutan dan komunikasi
bahkan menunjukkan peran yang relatif
tinggi pada produk domestik bruto
(PDB) selama lima tahun terakhir.
Sepanjang 2007 hingga 2012, rata-rata laju
pertumbuhan sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 13,5 persen.
Perbankan tentu saja tidak akan menutup mata akan fakta ini. Dengan laju
pertumbuhan yang stabil di atas dua digit
selama lima tahun terakhir, para pengambil
kebijakan kredit di bank tentu akan
mengarahkan penyaluran dananya pada
sektor tersebut. Setidaknya itu berlaku di
bank dengan aset terbesar di Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Mandiri, Destry
Damayanti menjelaskan bahwa bank
sebagai lembaga intermediasi pengelola
duit masyarakat tentu harus menjalankan
perannya secara profesional termasuk
dalam penyaluran kredit. “Kredit itu
berbeda dengan charity. Oleh karenanya
dalam menyalurkan kredit pun harus ada
dasar pertimbangannya. Dan pertama yang
bank lihat adalah bisnis itu layak atau tidak
untuk dibiayai,” kata Destry.
Bahkan sebelum menyalurkan kredit,
biasanya Bank Mandiri melihat lagi empat
hal. Pertama sisi permintaanya karena
hal itu terkait erat dengan pasar. Kedua,
sisi suplainya untuk melihat kompetisi di
pasar. “Asumsinya semakin banyak produk
ini ada di pasar maka marginnya akan tipis
sehingga potensi untuk untung juga kecil.
Kalau marginnya tipis maka potensi untuk
meng-generate revenue pun akan terbatas,”
kata Destry.
Ketiga, Bank Mandiri akan melihat cost
structure-nya dan keempat adalah sisi harga. Dari sana, think tank di bank itu akan
melakukan pembobotan untuk melihat
sektor mana yang lebih besar potensinya
dan kemudian dilakukan scaling.
Cara itu umumnya juga diterapkan di
bank-bank lainnya sebelum menetapkan
sektor mana saja yang akan dipilih untuk
menyalurkan kredit. Oleh karena itu jika
melihat lebih dalam peta penyaluran kredit
dari beberapa bank besar, baik kepada
sektor pengangkutan dan komunikasi atau
sektor perdagangan, hotel dan restoran
tampak cukup besar.
Bank Mandiri
Bank dengan aset terbesar di Indonesia
ini sepanjang 2011 lalu menyalurkan kredit
sebesar Rp314,4 triliun. Jika dikaitkan
dengan sektor penyumbang PDB, kredit
Bank Mandiri terbesar disalurkan di
dua sektor yakni Perdagangan, hotel
dan restoran dan sektor lain-lain. Kredit
sektor perdagangan, hotel, dan restoran
mencapai Rp51,410 triliun dan mencatat
pertumbuhan sebesar 43 persen. Sedangkan
sektor lain-lain mencapai Rp57,130 triliun,
tumbuh sebesar 39 persen.
Jika dilihat porsinya sekitar 20
persen kredit Mandiri masuk ke sektor
perdagangan, hotel dan restoran dan
hampir 13 persen masuk di sektor
manufaktur. Akan tetapi kalau dilihat
pertumbuhan sektor manufakturing
relatif lebih lambat karena sektor ini
memiliki keterkaitan yang erat dengan
gejolak ekonomi. “Sektor manufaktur
paling sensitif karena banyak produknya
berorientasi ekspor sementara dengan
situasi seperti sekarang permintaan
melemah. Di tempat lain sebagian bahan
baku juga berasal dari luar,”jelas Destry.
Bank Rakyat Indonesia
Sementara kredit Bank Rakyat
Indonesia (BRI) sepanjang 2011 juga lebih
diarahkan ke sektor Keuangan, Real Estat
dan Jasa Perusahaan; sektor pertanian dan
lain-lain. Bahkan sektor lain-lain mencatat
pertumbuhan terbesar yaitu 23 persen
semen tara sektor keuangan dan sektor
mencatat pertumbuhan kredit di sekitar 17
persen.
Di sisi lain kredit sektor perdagangan,
hotel dan restoran di bank yang kuat
di segmen mikro ini hanya tumbuh
0,2 persen dengan total kredit sebesar
Rp82.302 miliar.
Meski mencatat penyaluran kredit
terbesar jika dilihat secara total dalam
industri perbankan, namun ternyata dalam
sektor usaha yang menyumbang porsi
terbesar pada pertumbuhan, bank ini tidak
ada apa-apanya.
Bank Central Asia
Bank swasta terbesar Indonesia yakni
PT Bank Central Asia menyalurkan kredit
sebesar Rp 199,487 triliun di sepanjang 2011. Dari jumlah tersebut pertumbuhan
kredit terbesar berada di sektor Listrik, Gas
dan Air Bersih sebesar lebih dari 50 persen.
Akan tetapi secara nominal penyaluran
terbesar bank ini berada di sektor
perdagangan, hotel dan restoran. Untuk
sektor ini BCA menyalurkan kredit
sebesar Rp50,682 triliun meski dari sisi
pertubuhan secara year on year, sektor
ini mencatat pertumbuhan paling kecil
dibanding sektor lain. Di sisi lain sektor
jasa mendapat nominal kredit paling kecil
yakni sebesar Rp2,767 triliun.
Bank Negara Indonesia 1946
Sementara Bank Negara Indonesia
1946 sepanjang 2011 mencatat pertumbuhan
kredit sebesar 20 persen. Dalam
penyaluran kredit, BNI membukukan
pertumbuhan terbesar pada sektor minyak
dan gas serta pertambangan sebesar 67,9
persen kemudian menyusul bahan kimia 19
persen, dan agrobisnis sebesar 17,3 persen.
Sementara untuk pertumbuhan kredit ke
sektor perdagangan, hotel dan restoran di
bank ini menempati masih ada di posisi teratas kedua setelah Industri pengolahan.
Di 2011, BNI memilih untuk fokus
pada pembiayaan delapan sektor industri
yang diyakini akan menjadi unggulan
dalam lima tahun mendatang. Hal ini
sejalan dengan Masterplan Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi
Indonesia (MP3EI).
CIMB Niaga
Bank kelima yang tercatat
menyalurkan kredit terbesar tidak lain
CIMB Niaga. Sektor yang menyerap kredit
terbesar dari bank CIMB Niaga masih
sama seperti bank lain di atas perdagangan,
hotel dan restoran sebesar Rp20,383
triliun. Meski demikian yang mencatat
pertumbuhan terbesar secara year on year
adalah pertambangan galian yang mencatat
pertumbuhan sebesar 132,3 persen.
Kenaikan yang cukup signiï¬kan
di sektor pertambangan ini tidak
lain ditopang oleh kredit ke sektor
pertambangan batubara seperti ke
PT Bukit Asam dan juga ke sektor
ketenagalistrikan.