Pembaca yang Budiman
Momentum penting dalam ekonomi dan konsumsi pada tahun ini sudah terlewati. Ya, bulan puasa dan lebaran yang biasa menjadi pendongkrak pertumbuhan melalui peningkatan konsumsi sudah kita lalui. Betapa pun hasilnya kita harus syukuri, dan menyiapkan diri menghadapi perubahan lain di depan mata.
Perubahan dalam ekonomi memang menjadi isu yang tidak pernah berhenti dalam tahun pertama masa pemerintahan baru Presiden Prabowo Subianto. Sejalan dengan itu juga, pemerintah membuat banyak gebrakan dan langkah berani, terkait kebijakan ekonomo. Satu di antaranya dinilai akan membuat peran bank-bank negara berubah yaitu mendirikan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara).
BERITA TERKAIT
Kehadiran Danantara dinilai akan menjadi game changer utama dari perubahan-perubahan yang diusung pemerintah saat ini. Betapa tidak, perusahaan-perusahaan yang selama ini mampu memberikan sumbangan dividen yang cukup besar akan berada di bawah kendali lembaga pengelola dana investasi yang baru dibentuk di awal tahun ini. Yang patut menjadi perhatian adalan bank-bank pelat merah.
Namun begitu, karakteristik sektor perbankan unik karena memiliki risiko sistemik sehingga perlakuannya perlu dibedakan dengan sektor lain. Keikutsertaan bank-bank dalam Danantara di satu sisi dapat menjadi peluang karena menambah aset kelolaan Danantara, tetapi di sisi lain menimbulkan potensi risiko besar jika tidak dikelola dengan baik. Salah satu risiko utama adalah kemungkinan terjadinya rush (penarikan dana besar-besaran) oleh nasabah.
Indikasi awal dari reaksi pasar menunjukkan kurangnya optimisme terhadap prospek bank-bank BUMN setelah masuk ke Danantara, terbukti dari harga saham yang terus mengalami penurunan (memerah) dalam jangka waktu yang cukup panjang. Jika pasar merespons secara positif, seharusnya saham-saham tersebut berbalik arah, namun nyatanya tidak terjadi.
Namun demikian, pemegang saham nampaknya juga sudah memitigasi risiko penurunan kinerja pada BUMN bank ketika BUMN sektor lain yang tegabung dalam Danantara mengalami masalah atau penurunan kinerja.
Nah, Majalah Stabilitas akan mengangkat tema itu dalam laporan utamanya. Pada tulisan awal kami akan sajikan, hubungan antara bank BUMN dan Danantara, dari peran hingga ke struktur organisasi. Serta keberadaan dan posisi Kementerian BUMN setelah terbentuknya Danantara. Dan bentuk Ideal Sovereign Wealth Fund (SWF) di dunia.
Pada tulisan berikutnya kami akan ulas dan memperkirakan seberapa besar sumbangan dan peran Bank BUMN ke Danantara. Lalu pertanyaan yang akan dijawab adalah dividen dan pengelolaan dananya digunakan untuk apa. Serta risiko-risiko yang dihadapi oleh pengelola bank dalam menjalankan bisnisnya terkait isu dan peran Danantara dalam perekonomian.
Pada sajian berikutnya kami akan mengulas tantangan bisnis Bank BUMN di tahun ini. Bank-bank mendapatkan tantangan dari citra karena dinilai akan dijadikan ‘sapi perah’ Danantara ketika saham-sahamnya terus memerah sepanjang Februari dan Maret lalu. Di sisi lain pengurus bank juga akan menghadapi tantangan bisnis dari kondisi ekonomi yang makin berat.
Berikutnya akan kami ulas mengenai perubahan pada BUMN ketika Danantara itu nanti mengambil peran. Dengan berdiri dan berjalannya Danantara maka akan muncul yang namanya superholding BUMN. Dimana BUMN yang menguntungkankan (seperti BRI, Pertamina, Telkom) akan dikumpulkan di Danantara. Sementara BUMN Yg kurang menguntungkan akan dibuatkan klaster tersendiri. Ada risiko ketika BUMN sehat harus mensubsidi BUMN yang kurang dan tidak sehat di masa yang akan datang.
Pembaca yang budiman.
Di samping persembahan artikel pada laporan utama tersebut, kami seperti biasa juga tetap menyajikan artikel-artikel yang tidak kalah menginspirasi yang bisa Anda nikmati di rubrik-rubrik tetap lainnya. Semuanya kami tampilkan untuk Anda agar bisa memberikan insight dalam menyiapkan keputusan di dalam organisasi masing-masing.
Selamat membaca.
***
Edisi Digital dapat mengakses link berikut:





.jpg)









