Mungkin tahun ini adalah tahun pengharapan sekaligus tahun daya- upaya. Buat pelaku bisnis, tahun ini diharapkan akan bisa muncul sejarah baru dalam usaha menurunkan suku bunga dan mengarahkannya kepada level single digit. Suku bunga yang rendah tentu menjadi ‘ajakan serius’ dari bank buat mereka.
Buat pemerintah dan otoritas sektor keuangan, tahun ini menjadi ajang pembuktian bahwa upaya mereka mengarahkan suku bunga ke level rendah bisa mencapai hasil paling optimal. Suku bunga yang rendah menjadi ‘bukti keberhasilan’ mereka. Selama satu kuartal pertama tahun ini, Bank Indonesia menyeret suku bunga acuan turun 75 basis poin dari posisinya akhir tahun lalu menjadi 6,75 persen. Kebijakan ini tidak bisa dilihat berdiri sendiri tanpa melihat latar belakang dan juga tujuannya.
Sejak tahun lalu, suku bunga yang tinggi membuat tidak kurang dari presiden dan wapres mengeluhkannya. Wapres sudah mendesak BI Rate untuk turun agar bunga bank juga turun, sejak awal tahun lalu, ketika perlambatan ekonomi dalam negeri mulai terlihat. OJK, di pihak yang sama juga telah mengeluarkan aturan insentif bagi bank yang bisa menurunkan net interest margin dan rasio biaya operasionalnya ke level tertentu. Bank akan dihadiahi kemudahan dalam hal membuka kantor cabang.
BERITA TERKAIT
Pemerintah tak kalah gesit. Dengan mengandalkan Rancangan Undang- Undang Tax Amnesty yang sampai awal Mei bulan ini masih dibahas, dana- dana yang bisa ditarik masuk ke dalam sistem keuangan nasional bisa menjadi perangsang penurunan bunga bank.
Memang hingga April, belum banyak bank yang menurunkan bunga kredit. Baru beberapa bank milik negara yang sudah mengambil langkah menurunkan bunga meski besarannya masih belum sebesar penurunan BI Rate. Biar begitu harapan besar patut dijaga.
Pada laporan utama edisi kali ini, Majalah Stabilitas akan mengangkat tema upaya penurunan suku bunga dan hasilnya sampai akhir triwulan pertama tahun ini. Pada tulisan awal akan kami ketengahkan kemungkinan munculnya tren penurunan bunga setelah BI Rate dipangkas hingga 6,75 persen.
Namun juga ditampilkan mengenai hambatan yang bisa mengganjal penurunan suku bunga kredit bank, dari masalah keengganan bank kehilangan NIM sampai isu oligopoli. Pada bagian selanjutnya akan diulas respons perbankan terhadap langkah penurunan BI Rate.
Apakah bank-bank sudah merespons kebijakan dari otoritas itu dengan penurunan bunga kreditnya? Tulisan lain akan mengupas dampak penurunan bunga pada investasi di sektor keuangan lainnya seperti pasar modal dan pasar obligasi. Biasanya ketika suku bunga tidak menarik lagi, investor akan menempatkan dananya di pasar modal dan instrumen lainnya.
Apakah data pasar modal dan pasar keuangan lainnya mendukung teori tersebut? Dalam bagian selanjutnya juga akan kami ulas strategi perusahaan- perusahaan negara dalam menempatkan dana setelah suku bunga turun. Selama ini perusahaan pelat merah selalu menjadi isu menarik dalam hal penempatan dana. Kami juga akan menampilkan hasil riset kami mengenai suku bunga bank dan hal-hal yang akan menghalangi proses penurunannya.





.jpg)









