• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Sabtu, November 22, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Interview

Manajemen Risiko Sangat Dinamis

oleh Sandy Romualdus
16 November 2011 - 00:00
19
Dilihat
Manajemen Risiko Sangat Dinamis
0
Bagikan
19
Dilihat

Wimboh Santoso   

Direktur Direktotrat Penelitian dan Pengaturan Perbankan BI      

 

BERITA TERKAIT

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

Manajemen Risiko Sangat Dinamis

Manajemen Risiko hakikatnya bertujuan mengantisipasi risiko yang akan terjadi di masa yang akan datang. Tetapi karena risiko di sektor perbankan sangat dinamis dan dipengaruhi oleh banyak faktor maka pengelolaan risiko pun menjadi sangat dinamis. BI sendiri juga selalu memperbarui pengawasan dari penerapan manajemen risiko di bank-bank bahkan memiliki risk profile terkini dari masing-masing bank. Risk profile itu digunakan untuk mengetahui tingkat risiko individu perbankan dan mengantisipasi risiko sistemik. Demikian disampaikan Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia, Wimboh Santoso. Wawancara selengkapnya tersaji berikut ini.

 

BAGAIMANA GAMBARAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DI PERBANKAN INDONESIA?

Manajemen risiko di sektor keuangan khususnya perbankan muncul setelah operasi perbankan semakin komplek dengan instrumen yang bervariasi kemudian sumber yang bisa menimbulkan kerugian pun semakin beragam. Sehingga kalau sebelumnya ketika operasi perbankan itu masih sederhana manajemen risiko pun dilakukan dengan cara tradisional, tidak dengan ilmu yang canggih dan terstruktur.   

BERARTI MANAJEMEN RISIKO MENGIKUTI PERKEMBANGAN INDUSTRI PERBANKAN?

Gampangnya begini, ketika suatu bank dengan size yang belum besar, currency-nya belum banyak, kemudian dengan kasat mata dilihat operasi nasabahnya masih tradisional, maka manajemen risiko yang digunakan masih dengan cara sederhana. Ini tidak berarti manajemen risiko tidak dibutuhkan. Tetapi ketika jumlah operasi bank semakin kompleks, nasabahnya sudah mencapai ribuan orang, terus korporasinya pun besar, ditambah lagi lokasinya jauh, perusahaannya juga dinamis, tentu butuh metode dan cara yang lebih terstruktur, dibutuhkan ilmu untuk melihat itu. Ilmu manajemen risiko inilah yang akan membantu untuk menghitung proyeksi ke depannya seperti apa, risiko-risiko yang akan dihadapi. Sebut saja risiko kredit, bank harus bisa memprediksi ke depan, masalah apa yang akan dihadapi dan bagaimana cara menghadapinya. Lalu munculah risk based capital, modal harus disiapkan untuk mengantisipasi risiko yang akan dihadapi. Jadi ilmu manajemen risiko terkait dengan kecanggihan untuk memprediksi risiko ke depan..  

LALU PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO SECARA LEBIH FORMAL ITU SEJAK KAPAN?

Ini bermula dari para praktisi yang melihat bahwa bank harus menyediakan modal yang cukup untuk men-cover potensi risiko atau kerugian ke depan. Itulah yang dinamakan dengan risk based capital. Penerapan ilmu ini mulai ada sekitar 1980-an kemudian secara formal sekitar 1988. Sementara di Indonesia risk based capital mulai efektif berlaku pada 1992. Regulator pun mulai sepakat seperti di Basel I untuk menggunakan risk based capital dan kemudian mulai berkembang. Apalagi ketika terjadi krisis 1997/1998 menyadarkan kita bahwa kondisi risiko itu dinamis. Kalau dulu orang hanya melihat risiko kredit dan risiko pasar, kemudian 1996 diakomodir dalam amandemen Basel I. Kemudian Basel II diterapkan untuk mengakomodasi operational risk pasca krisis 1997/1998. Dan sekarang di 2008/2009 ada risiko sistemik sehingga permodalan harus bisa memperhitungkan risiko sistemik. Itulah faktanya dan risk management itu semakin dinamis.  

JADI MEMANG MANAJEMEN RISIKO SELALU MENGIKUTI PERKEMBANGAN YANG ADA DAN BUKAN MEMPREDIKSI APA YANG AKAN TERJADI? 

 Manajemen risiko hadir untuk membantu memprediksi potensi risiko di masa yang akan datang. Dan harus diingat dari waktu ke waktu risiko itu selalu bertambah yang tadinya sederhana menjadi lebih kompleks, dari yang jumlahnya sedikit menjadi banyak. Sebut saja kalau beberapa tahun lalu muncul risiko operasional, sekarang belajar dari krisis tahun 1997/1998 muncul risiko sistemik yang sebelumnya tidak banyak diperhatikan. Jika tidak diperhitungkan dikhawatirkan bank-bank tidak akan mampu menangani risiko sistemik.  

SEBERAPA BESAR EFEKTIFITAS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DALAM MEMBANTU MENGATASI KRISIS YANG ADA?

Sebenarnya manajemen risiko itu ada untuk memberikan atau sebagai dasar dalam menentukan seberapa besar ketahanan bank tersebut ke depan. Sehingga kemudian ditetapkan jumlah modal yang harus disediakan bank yang diperhitungkan bisa membantu bank tersebut mengatasi risiko. Jika kurang maka bank tersebut harus menyetor. Risiko-risiko memang sangat beragam sehingga harus selalu disesuaikan.  

APAKAH SUDAH ADA SEMACAM REVIEW TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO SEJAK ADANYA PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG ITU?

Perlu diingat PBI itu sebagai dasar dan bersifat umum. Dalam penerapannya Bank Indonesia selalu sempurnakan khusus bagaimana menggunakan manajemen risiko khusus dalam perhitungan permodalan masing-masing bank. Sekarang kita dalam proses Basel II dengan risiko operasional. PBI terkait hal itu pun sudah dikeluarkan dan akan berlaku secara penuh pada 2012. Di sini penerapan manajemen risiko dengan perhitungan modal dengan menggunakan tambahan risiko operasional. Implementasinya secara bertahap dan akan secara penuh dilaksanakan pada 2012. Kalau operasionalnya sudah berjalan tetapi metodologinya selalu kita sempurnakan. Secara khusus untuk risiko kredit pada 2012 akan diterapkan secara lebih akurat dan bank boleh menggunakan rating. Debitur bisa melihat kalau ratingnya bagus risikonya kecil dan kalau ratingnya kurang bagus risikonya besar.  

SIAPA YANG MERATING?

Yang merating bisa dari eksternal rating yakni lembaga pemeringkat yang sudah ada atau menggunakan internal rating. Tetapi untuk internal rating sepertinya belum bisa dipenuhi bank-bank yang ada. Menggunakan eksternal rating silahkan sejauh bank merasa mendapat keuntungan. Kalau tidak menggunakan eksternal rating bisa menggunakan cara Basel I berupa ATMR (aktiva tertimbang menurut risiko). Dan ke depan bisa saja kita akan menggunakan perhitungan modal untuk mengantisipasi munculnya risiko-risiko dari sistemik. Ini untuk melakukan counter syclical atau untuk kebutuhan risiko lain seperti leverage-nya terlalu besar. Jadi untuk ke depan kita sudah punya perencanaan terkait manajemen risiko.  

BAGAIMANA TINGKAT KESADARAN PERBANKAN UNTUK MENERAPKAN MANAJEMEN RISIKO?

Perbankan dengan PBI Manajemen Risiko sudah melaksanakan manajemen risiko dengan baik dan selalu kami buat review, bagaimana proses penerapan manajemen risiko. Mulai dari bagaimana kebijakan top manajer terkait penerapan manajemen risiko di banknya, bagaimana dia mem-breakdown kebijakan itu di unit-unit bisnisnya. Bagaimana melakukan pengukurannya, assessment, laporannya, internal control dan lain-lain. Bagaimana internal control.  

BAGAIMANA BANK INDONESIA MELAKUKAN REVIEW?

Kami lakukan pada masing-masing bank. BI selalu melakukan up dating saat melakukan pemeriksaan maupun dari reporting-reporting. Itu semua kami lihat dan kalau ada kekurangan harus dilengkapi. Apakah ada peran top manajemen dalam penerapan manajemen risiko. Hasil akhirnya akan keluar dalam bentuk risk profile. Jadi kalau dalam risk profile-nya terlihat risiko kreditnya kurang akan harus dilakukan pembenahan. Ini yang terus dilakukan. Jadi intinya setiap ada informasi atau produk baru akan dibuat review risk profil dari bank tersebut. Pada dasarnya kami percaya bank tersebut sudah melakukan manajemen risiko, tetapi kita tetap melakukan assessment, berapa risikonya. Nanti akan ada action plan dan threshold risikonya bagaimana.  

BERARTI SANGAT DINAMIS KEGIATAN REVIEW ITU?

Pokoknya ketika ada produk baru akan kita up date risikonya. Dan ketika terjadi fraud atau yang merugikan di sebuah bank, akan kita lihat manajemen risikonya. Dari sini juga terlihat bahwa penerapan manajemen risikonya sangat dinamis, dulunya bisa bagus tetapi untuk situasi saat ini tidak. Tetapi paling tidak tiap kuartal akan ada mengeluarkan risk profile dari masing-masing bank. Tetapi ini hanya untuk kepentingan pengawasan dan tidak untuk dikonsumsi publik.  

BAGAIMANA PROSES MANAJEMEN RISIKO ITU DILAKUKAN BANK SELAMA INI?

Manajemen risiko itu bisa dilakukan lewat decision making process seperti setting limit. Membuat rencana bisnis, itu bagian dari manajemen risiko. Saya akan menetapkan maksimum nett of position bank saya segini, itu bagian dari manajemen risiko. Manajemen risiko sebagai sebuah proses sebenarnya itu built in dalam proses kerja. Tetapi harus juga diingat bahwa meski manajemen risikonya built in dalam kerja tetapi dibutuhkan orang atau unit yang bertanggung jawab untuk melakukan perencaanan terkait manajemen risiko. Kalau diserahkan ke orang yang melakukan bisnis seperti ke bagian kredit tentu akan muncul conflict of interest, tidak ada four eyes principles, tidak ada built in control sehingga harus dilakukan orang terpisah yakni oleh orang risk management. Orang risk management juga harus pegawai yang bertugas melihat penerapan manajemen risiko. Orang internal control yang melihat. Ada bank yang merangkap tugas manajemen risiko dengan internal control, ini sebenarnya kurang betul, harus terpisah, harus orang independen baik dari bisnis maupun internal audit untuk berperan sebagai Direktur Manajemen risiko. Apalagi bank besar harus ada orang khusus yang menangani manajemen risiko. Kalau misalnya saya dari divisi bisnis dan disuruh tangani risiko, itu akan berbahaya.  

APAKAH MEMANG PERLU DITETAPKAN LEVEL DIREKTUR, KARENA PERBANKAN DI INDONESIA MASIH KURANG SADAR RISIKO?

Pertanyaan ini juga muncul ketika kami membuat PBI tentang Manajemen Risiko. Dan saat itu disampaikan kalau banknya kecil tidak perlu, jangan sampai membebankan keuangan bank karena harus membayar gaji Direktur Manajemen Risiko. Tetapi kalau banknya besar, untungnya besar bahaya kalau tidak memiliki Direktur Manajemen Risiko. Untuk ukuran bank besar dan bank kecil silahkan diskusi dengan Bank Indonesia. Dan bank Indonesia akan menjustifikasi bank ini berbahaya atau tidak kalau tidak memiliki Direktur Manajemen risiko.  

APAKAH BANK DI LUAR NEGERI JUGA MENETAPKAN ORANG YANG LEVELNYA DIREKTUR UNTUK MANAJEMEN RISIKO?

Direktur itu bukan berarti membawahi kepala divisi, kepala bagian. Persepsi orang kadang seperti itu, kalau satu direktur membawahi dua kepala divisi, empat kepala bagian dan lainnya. Jadi namanya Direktur risk management itu sebenarnya tidak penting mau disebut direktur atau yang lain, yang penting independen. Dan kalau persepsinya demikian akan ada banyak orang yang di bagian manajemen risiko dan menambah beban biaya. Itu juga tidak benar. Memang ada juga bank yang menaruh risk manager di kantor cabang, silakan asal tidak menambah beban biaya bagi bank dan efektif.  

APA YANG HARUS DIANTISIPASI PERBANKAN INDONESIA TERKAIT KRISIS DI EROPA DAN AMERIKA SAAT INI?

Kalau kita lihat yang terjadi di Eropa tidak berarti akan berakhir. Ini harus tetap kita pantau dan antisipasi. Dampaknya bagi ekonomi Indonesia akan terjadi dalam beberapa channel. Pertama ada tidak bank-bank di Indonesia yang mempunyai eksposur dengan bank-bank di Eropa. Sejauh ini ada seperti hubungan L/C, tetapi tidak besar. Kedua, dampak tidak langsung ke perbankan lewat korporasi. Kalau dia eksportir dan nilai ekspornya ke Eropa turun dan berpengaruh pada angsuran ke bank di Indonesia turun, tentu akan terganggu.  

Ini harus dilihat terus-menerus dan jangka panjang. Dan ketiga ada tidak perusahaan yang mempunyai utang ke bank-bank di Eropa, ada kemungkinan kalau kesulitan keuangan akan menarik atau komitmen yang sudah ada tidak dapat terealisasi. Dan ini biasaya perusahaan akan beralih ke bank domestik sehingga pinjaman bank domestik akan meningkat. Kalau hanya switching itu mudah-mudahan baik. Dan dampak terakhir adalah likuiditas, karena investor asing banyak di pasar modal. Ini diharapkan tidak terjadi tetapi kalau mau ke luar kemana lagi karena pasar Indonesia sejauh ini masih yang terbaik. SP

 
 
 
 
Sebelumnya

Belanja Negara Baru Terserap 69,1 Persen

Selanjutnya

Perbankan Syariah Indonesia Bakal Merajai Dunia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Kredit Tumbuh, Likuiditas Terjaga: OJK Ungkap Proyeksi Perbankan 2025

Kredit Tumbuh, Likuiditas Terjaga: OJK Ungkap Proyeksi Perbankan 2025

oleh Stella Gracia
10 September 2025 - 12:17

Di tengah gejolak ekonomi global dan dinamika domestik, industri perbankan nasional masih menunjukkan resiliensi. Hal ini tercermin dari kinerja penyaluran...

Stabilitas dalam Tekanan, OJK Waspadai Risiko Fintech & Geopolitik

Stabilitas dalam Tekanan, OJK Waspadai Risiko Fintech & Geopolitik

oleh Sandy Romualdus
24 Juli 2025 - 09:35

Pada konperensi pers Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK, Agusman selaku Kepala Eksekutif Pengawas PVML menyampaikan rangkaian update penting seputar...

Asuransi Parametrik Relevan, Unitlink Perlu Transparansi di Tengah Konflik Global

Asuransi Parametrik Relevan, Unitlink Perlu Transparansi di Tengah Konflik Global

oleh Sandy Romualdus
24 Juli 2025 - 09:22

Dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang digelar pada 8 Juni 2025, berbagai isu strategis di sektor...

Integrasi Aset Kripto & Pentingnya Perlindungan Dana Nasabah

Integrasi Aset Kripto & Pentingnya Perlindungan Dana Nasabah

oleh Sandy Romualdus
21 Maret 2025 - 09:57

Hasan Fawzi, Kepala Eksekutif Pengawas Inovasi Teknologi Sektor Keuangan, Aset Keuangan Digital, dan Aset Kripto OJK (KE IAKD) Dalam konferensi...

4 Stage of Data and AI Leadership

4 Stage of Data and AI Leadership

oleh Sandy Romualdus
8 Januari 2022 - 13:17

Arief M Utama, Country Partner for Financial Services, Cloud & Digital Transformation IBM Indonesia ZAMAN sekarang adalah zamannya digital acceleration,...

Saatnya Fly To Service, Fly To Digital

Saatnya Fly To Service, Fly To Digital

oleh Sandy Romualdus
29 Mei 2021 - 13:14

Anung Herlianto, Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIGITALISASI perbankan mendapatkan momentum justru ketika pandemi meledak...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

Emas Makin Dilirik untuk Dana Pendidikan Anak, Ini Alasan dan Strateginya

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Perbankan Syariah Indonesia Bakal Merajai Dunia

Perbankan Syariah Indonesia Bakal Merajai Dunia

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance