Tantangan era digital memaksa pelaku perbankan syariah merespons perkembangan dengan melengkapi layanannya sekaligus mengelola kaum milenial. Bagaimana strateginya?
Oleh Romualdus San Udika
Pandemi yang makin mengakselerasi penggunaan layanan digital di semua lini, memang mendorong semua pelaku industri mengadopsi perubahan ini. Sektor keuangan syariah tentunya menjadi bagian dari gelombang perubahan ini.
Seiring dengan kesibukan yang terjadi di bank konvensional, bank-bank syariah juga mengebut kanal-kanal mobile banking sementara layanan teknologi keuangan (fintech) syariah juga tak kalah marak. Ada fintech yang membeli Bank Perkreditan Rakyat (BPR) syariah, selain juga kolaborasi antara bank syariah dan fintech serta jaringan ritel nasional di lini pembayaran digital.
BERITA TERKAIT
Perubahan ekosistem yang cepat seiring inovasi teknologi digital telah mengubah ekspektasi masyarakat yang menginginkan produk dan layanan yang lebih cepat dan mudah diakses dari mana saja serta aman. “Jadi tantangan perbankan syariah datang dari skala usaha, daya saing, kapasitas modal, risiko digtal, cyber security dan sistem failure risk,” papar Direktur Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Nyimas Rohmah dalam Virtual Seminar Perbankan Syariah yang digelar LPPI, medio Oktober 2021 silam.
Untuk mengiringi perubahan itu, otoritas bahkan telah menerbitkan Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia 2020-2025 (RP2SI). Kebijakan itu dimaksudkan sebagai langkah strategis untuk selaraskan arah pengembangan perbankan syariah Indonesia serta menjadi katalisator akselerasi pengembangan syariah.
Dukungan itu tentu sudah termaktub dorongan agar bank syariah tidak tertinggal dalam melakukan penyesuaian layanan menjadi lebih digital seperti halnya bank konvensional. Keinginan itu tidak bertepuk sebelah tangan. Ade Cahyo, Direktur Bank Syariah Indonesia (BSI) mengatakan, perbankan syariah juga harus melek digital. Sebab saat ini, perbankan syariah tidak hanya bersaing dengan bank konvesional, tetapi dengan sesama bank syariah yang telah menerapkan cost efisiensi. “Aladin bisa operasional dengan biaya sepertiga dari kita. Ini menggambarkan landscape perbankan kita bukan lagi perbankan tetapi solusi keuangan,” kata dia.
Aladin adalah bank murni digital pertama nasional. Bank yang semula bernama PT Bank Net Syariah Indonesia Tbk dan berdiri 1994 ini mencuri perhatian sejak mengubah diri menjadi bank digital murni tahun lalu.
Ade menilai, digital bank sudah berikan apa yang sama dengan perbankan Syariah tetapi dengan cara yang berbeda. “Kita punya target yang berbeda. Kita pikirkan ROE, size aset, profitabilitas. Sedangkan bank digital tidak memikirkan itu, tetapi hanya fokus pada bagaimana customer base menghadapi pertumbuhan. Ini tidak hanya dihadapi perbankan syariah saja, bank besar (konvensional) lainnya juga hadapi yang sama. Tergantung bagaimana kita bisa meresponnya,” ungkap Ade.
Menurutnya, yang dilakukan Bank BSI saat ini tetap memperhatikan karakter nasabah. Antara lain customer mana yang akan dilayani di cabang dan mana yang dilayani secara digital. “Tugas teller kami sekarang, hari ini terima tunai, tarik tunai dan transfer, padahal bisa dilakukan mesin. Ini yang membuat kita kembali mendefinisikan nasabah mana yang mau kita layani dengan orang dan mana yang melalui cabang,” urainya.
Memang, tren digitalisasi semakin panas seiring regulator memberikan lampu hijau kehadiran bank digital di tanah air. Agar tak ketinggalan, perbankan syariah pun berlomba menyiapkan layanan digital SuperApp. Maka dari itu, Bank BSI akan tetap mempertahankan kantor cabang namun layanan dan operasionalnya diperkuat oleh digitalisasi.
Kembangkan SuperApp
Secara terpisah Direktur Utama BSI Hery Gunardi menyadari digitalisasi tidak bisa dilawan. Maka dengan strategi bionic banking, BSI juga menganut strategi open banking untuk bekerja sama dengan fintech dan e-commerce yang sesuai prinsip syariah. “Mobile banking akan menjadi pertarungan nantinya, bank besar sudah menjadikannya SuperApp, ini juga yang akan dibangun BSI ke depan SuperApp ini,” ujar Hery belum lama ini.
Layanan SuperApp akan memberikan kemudahan dan kenyaman pengalaman bagi nasabah. Bahkan Herry memproyeksikan bisa memfasilitasi berbagai kebutuhan sehari-hari melalui SuperApp tersebut. Sebab kini layanan BSI Mobile juga bisa untuk bertransaksi menabung emas, gadai emas, membayar Ziswaf, dan membeli hewan qurban. Selain itu, pengguna BSI Mobile dapat mengecek waktu sholat dan lokasi masjid terdekat.
Adapun transaksi Mobile Banking BSI hingga Juli 2021 sebanyak 46,4 juta transaksi atau naik 97,4 persen secara tahunan (yoy). Peningkatan tersebut juga didorong oleh tingginya aktivitas transaksi pembayaran belanja e-commerce. Transaksi ini mengalami kenaikan sebesar triple digit selama Juli 2021 secara tahunan (yoy). Transaksi tersebut menyumbangkan peningkatan pendapatan berbasis komisi atau fee based sebanyak Rp12,9 miliar atau naik 71,85 persen sejak awal 2021 secara yoy. “Sampai dengan Juli 2021, transaksi BSI Mobile berkontribusi paling tinggi yaitu 46 persen dari jumlah transaksi e-channel, sudah melebihi pencapaian tahun 2020,” kata Hery.
BSI Mobile sampai dengan 17 Agustus 2021 sudah digunakan oleh lebih dari 2,7 juta user atau meningkat 79,4 persen secara yoy dengan pertumbuhan user aktif mencapai lebih dari 1,1 juta nasabah atau meningkat sebanyak 92,5 persen secara yoy. Sampai akhir tahun 2021, BSI menargetkan 3 juta pengguna baru BSI Mobile dan juga target fee based sebesar Rp 532 miliar dari transaksi e-channel.
Layanan SuperApp juga menjadi perhatian dari unit usaha syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk. Direktur Syariah Banking CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara dalam virtual seminar LPPI itu mengatakan digital banking telah menjadi tujuan utama dalam menjalankan bisnis. Dia menyebutkan, transaksi digital CIMB Niaga Syariah sudah berkisar di angka 96 persen. “Kami sangat siap dalam bersaing secara digital. Kita bank pertama melakukan transaksi QRIS dan buka rekening via OctoMobile. Kita sedang mencoba untuk proses daftar haji secara digital,” papar Pandji seraya menambahkan fitur teranyar ini bisa diluncurkan pada penghujung 2021. Namun, semua itu tergantung kepada kesiapan dan restu dari Kementerian Agama.
Head of Sharia Consumer Banking CIMB Niaga, Bung Aldilla menambahkan, pihaknya memastikan akan terus mengembangkan layanan digital untuk meningkatkan customer experience, terutama dalam menggunakan digital banking. Saat ini untuk pembukaan rekening baru di CIMB Niaga Syariah hampir 25 persen sudah dilakukan secara digital atau tepatnya di 24,8 persen,” ujar dia.
Aldila mengatakan, layanan digitalnya dapat diakses melalui Octo Mobile yang menyediakan berbagai fitur, mulai dari menabung, berinvestasi, pembiayaan, bertransaksi, hingga berdonasi. Selain itu, aplikasi digital banking ini juga memiliki layanan Tabungan Octo Savers-iB yang memberikan 60 kali transaksi tanpa biaya setiap bulan untuk tarik tunai, transfer, dan top-up e-wallet.
Peran Milenial
Selain melakukan transformasi teknologi, bank syariah juga memberikan perhatian kepada pengembangan SDM. Kedua tantangan kembar itu memang mencuri perhatian industri keuangan tidak terkecuali bank syariah. Seperti diketahui generasi yang melek teknologi atau generasi milenial mulai mendominasi lapangan pekerjaan maupun konsumen di Tanah Air. Untuk itu bank syariah juga mesti menaruh perhatian besar pada golongan milenial ini.
Dalam acara The Future Banking: Achieving Financial Inclusion in Indonesia secara daring belum lama ini, Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin secara tegas mendorong generasi milenial Indonesia menggunakan perbankan syariah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah secara nasional. Baginya, solusi yang dapat menjawab penetrasi pasar perbankan syariah saat ini antara lain pentingnya generasi milenial untuk masuk ke pasar perbankan Syariah.
Banyaknya penduduk dari kalangan generasi milenial saat ini di Indonesia, kata dia, menjadi sumber daya yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah. Persentase penduduk generasi Z di Indonesia yang mencapai 27,94 persen dan generasi milenial sebesar 25,87 persen saat ini harus dapat dimanfaatkan pelaku perbankan syariah.***




.jpg)










