Jakarta – PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) mencetak laba bersih konsolidasi sebesar Rp669 miliar pada periode yang berakhir 31 Desember 2011, naik 45 persen dibanding Rp461 miliar pada periode sebelumnya yang berakhir 31 Desember 2010. Laba sebelum pajak BII mencapai Rp985 miliar, naik 25 persen dibanding periode sebelumnya. Kinerja yang membaik terutama didorong oleh pertumbuhan yang solid pada bisnis inti BII, perbaikan kualitas aset, dan perbaikan di seluruh operasionalnya.
“Kinerja yang membaik memperlihatkan bahwa kerja keras kami dalam meraih kembali momentum pertumbuhan telah menghasilkan kenaikan laba. Saya yakin bahwa rencana pertumbuhan berkelanjutan di seluruh segmen bisnis lebih jauh akan meningkatkan kinerja kami sejalan dengan meningkatnya pangsa pasar dengan tetap memastikan kualitas aset yang baik,” kata Rahardja Alimhamzah, Pjs Presiden Direktur BII di Jakarta, Rabu (22/2/2012).
Dari sisi kredit, BII mencatat pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 25 persen dari Rp53,6 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp67,2 triliun pada Desember 2011. Kredit Korporasi memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar, yakni 42 persen dari Rp12,2 triliun pada Desember 2010 menjadi Rp17,3 triliun pada Desember 2011, diikuti oleh UKM & Komersial sebesar 27 persen dan Konsumer sebesar 15 persen dibanding periode yang sama 2010. Kredit Konsumer memberikan kontribusi 38 persen dari total kredit, sedangkan UKM & Komersial sebesar 36 persen dan Korporasi 26 persen.
Sementara total aset BII per 31 Desember 2011 meningkat 26 persen menjadi Rp94,9 triliun dari Rp75,2 triliun per 31 Desember 2010.
Total simpanan nasabah meningkat 17 persen dari Rp70,3 triliun per 31 Desember 2011, naik dari Rp59,9 triliun pada 31 Desember 2010. Tabungan dan giro mencatat pertumbuhan lebih tinggi dibanding deposito. Tabungan tumbuh 28 persen menjadi Rp17,6 triliun per 31 Desember 2011 dari Rp13,8 triliun per 31 Desember 2010, diikuti giro yang tumbuh 21 persen menjadi Rp12,4 triliun dari Rp10,3 triliun pada tahun sebelumnya. Deposito meningkat 13 persen menjadi Rp40,3 triliun dari Rp35,8 triliun. Ini telah meningkatkan rasio Current Account and Saving Account (CASA) dari 40 persen per 31 Desember 2010 menjadi 43 persen per 31 Desember 2011.
Loan to deposit ratio (LDR) konsolidasi tetap berada pada tingkat yang diharapkan, yakni sebesar 95,1 persen per 31 Desember 2011. LDR untuk bank saja (tanpa anak perusahaan) tetap terkelola dengan baik pada tingkat 88,9 persen. LDR konsolidasi BII dengan memperhitungkan obligasi, pinjaman jangka panjang dan simpanan nasabah, berada pada tingkat 81,2 persen per 31 Desember 2011.
Non performing loan (NPL) bruto turun signifikan di bawah 3 persen; bekurang menjadi 2,14 persen per Desember 2011 dari 3,09 persen per Desember 2010. Penyisihan kerugian per 31 Desember 2011 lebih rendah 4 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp1.187 miliar pada Desember 2011 dari Rp1.238 miliar pada Desember 2010 meskipun pertumbuhan kredit 25 persen.
Marjin bunga bersih BII turun menjadi 5,22 persen per Desember 2011 dari 5,86 persen pada periode sebelumnya, seperti terjadi di seluruh industry perbankan. Pendapatan operasional lainnya (fee based income) per 31 Desember 2011 meningkat 12 persen menjadi Rp2.328 miliar dibanding Rp2.077 miliar pada periode yang sama tahun lalu, memberikan kontribusi sebesar 37 persen dari total pendapatan operasional BII.
Total overhead cost meningkat 18 persen dari Rp3.699 miliar menjadi Rp4.353 miliar mencerminkan ekspansi jaringan BII yang agresif dan investasi di bidang human capital dan infrastruktur teknologi informasi (TI) sepanjang tahun. Per 31 Desember 2011, BII memiliki 351 kantor (termasuk Syariah dan cabang-cabang di luar negeri ) dan 1.152 ATM termasuk 65 CDM.
Rasio Kecukupan Modal (CAR) dengan memperhitungkan risiko kredit, pasar dan operasional berada pada tingkat 11,83 persen per Desember 2011 dengan Tier 1 Capital sebesar Rp7,2 triliun dan Tier 2 Capital sebesar Rp2,2 triliun. Tier 2 Capital ini termasuk Obligasi Subordinasi Rp1,5 triliun yang diterbitkan April 2011. BII juga menerima dana sebesar Rp500 miliar dari Obligasi Subordinasi yang diterbitkan Desember 2011 yang belum dimasukkan dalam perhitungan Tier 2 capital per 31 Desember, tetapi persetujuan Bank Indonesia untuk memasukan Obligasi Subordinasi ke Tier 2 capital telah diterima oleh BII pada 31 Januari 2012.