• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Minggu, November 23, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Kolom

Ekonomi Global akan Hadapi Risiko Fragmentasi

oleh Sandy Romualdus
5 Januari 2023 - 11:35
144
Dilihat
Ekonomi Global akan Hadapi Risiko Fragmentasi
0
Bagikan
144
Dilihat

Salah satu risiko yang harus diwaspadai oleh seluruh pelaku usaha adalah risiko keterpisahan dampak Covid-19 pada pertumbuhan ekonomi. Yang maju makin maju, yang menderita makin menderita.

Muliaman Hadad, Dubes RI untuk Swiss dan Liechtenstein

Kita tetap harus waspada, sehingga kita dapat menempuh tahun 2023-2024 dengan  baik. Perhatian masyarakat internasional terhadap yang terjadi pada konflik Rusia-Ukraina luar biasa. kita mengikuti pertemuan G20 di Bali, dan memang perhatian apa yang terjadi Ukraina besar sekali. Saya setuju betul  hal tersebut akan punya pengaruh pada upaya mitigasi yang dari beberapa dampak negatif perang tersebut. Seperti harga yang naik, inflasi yang naik. Kita berharap konflik itu makin mereda, tapi tampaknya sampai saat ini dilihat dari akselerasinya, belum ada tanda-tanda akan selesai.

Menurut IMF tahun 2023 ekonomi global akan tumbuh sekitar 2,7 persen, tetapi menurut Morgan Stanley 2,2 persen. Jadi memang sedikit gloomy perkiraan ekonomi 2023.

Kita tetap harus menjaga fundamental dengan baik, karena jika dibandingkan dengan peer group, Indonesia relatif lebih baik. Dan tentunya kita berharap optimisme ini tetap harus dipertahankan dengan konsistensi kebijakan dan inisiatif-inisiatif pendobrak. seperti yang dihasilkan di G20 Bali. Mudah-mudahan hasil tersebut bisa meng-amplified berbagai macam usaha untuk memitigasi berbagai macam krisis.

BERITA TERKAIT

Perry Warjiyo: Multilateralisme Lebih Efektif Hadapi Ketidakseimbangan Ekonomi Global

BI dan Bank Sentral BRICS Sepakat Dorong Perdagangan Terbuka dan Inklusif

Pemimpin G20 Sepakat Dorong Pertumbuhan Ekonomi Global yang Kuat, Inklusif, dan Berkelanjutan

Kemenkeu: Pemerintah Akselerasi Peningkatan Kinerja Ekspor Nasional

Tahun 2023, kalau kita bagi ekonomi dunia ini antara negara maju dan berkembang, secara rata-rata situasi tidak mengalami resesi parah, tetapi hanya istilahnya, near recession. Mudah mudahan ini yang terjadi, sebab kalau betul-betul resesi dan parah saya  pikir dampaknya akan signifikan kepada ekonomi kita. Sementara di emerging economies pada 2023 diharapkan recover modestly, pemulihannya lumayan bagus.

Dengan demikian terdapat istilah baru yang sekarang sedang didiskusikan dampaknya adalah risiko fragmentasi perekonomian global. Yang maju makin maju, yang menderita semakin menderita, artinya ada fragmentasi: ada yang bagus, ada yang parah, dan ada yang modest. Risiko fragmentasi ini tidak bisa diabaikan karena dalam dunia yang terkoneksi satu sama lain dengang baik, implikasinya besar. Bisa itu terkait dengan isu isu disrupsi dan isu-isu lain yang akan sangat kental mewarnai 2023. Yang ditandai dengan beberapa dampak yang berbeda antara satu kelompok negara dengan negara lain.

Contoh China tumbuh 5%, lebih tinggi dari rata-rata emerging market yang 3,7%. Sementara negara negara maju mengalami near recession. Rata rata negara maju ini diwakili oleh G10, kelompok 10 negara maju, pertumbuhannya 0,3% saja. Sehingga di sini kita melihat sudah ada fragmentasi yang dampaknya terhadap ekonomi global saya harap tidak terlalu mendasar.

Selain itu muncul gejala picking up inflasi di AS, kita berharap ini terus berkesinambungan dan kita berharap ekonomi AS itu soft landed, meskipun ada yang memperkirakan not so soft landed karena ada beberapa indikator penting yang mempengaruhi.

Secara keseluruhan mungkin kita dapat mengatakan bahwa pada tahun 2023 situasinya relatif akan berlanjut pada tahun 2024 dengan degree yang lebih modest. Sehingga banyak pihak mengatakan dua tahun ini, tahun 2023-2024 menjadi two weak years, artinya dua tahun yang lemah. Dengan pelemahan ekonomi global yang agak ekstrem.

Bahkan Direktur IMF ketika pidato di Bali dan pertemuan ASEAN di Kamboja mengatakan bahwa, probability ekonomi global tumbuh di bawah 2 persen cukup besar. probability-nya sekitar 25 persen. Menurut saya  perlu mendapat perhatian, kalau IMF memperkirakan probability tumbuh di bawah 2 persen ekonomi global itu akan terjadi, saya pikir dampaknya akan cukup serius. Apalagi ditambah dengan risiko fragmentasi yang tadi saya sudah sampaikan.

Juga ada risiko financing gap. Di Indonesia mungkin situasinya agak beda karena pertumbuhan kredit masih double digit, sekitar 11 persen, tapi di beberapa negara Eropa yang saya saksikan besarannya sangat minimal. Artinya ada financing gap karena biaya kredit juga terus mengalami peningkatan. jika kita tarik isu ini ke tataran global maka ini cukup serius persoalannya. Dengan demikian ada isu yang menurut saya perlu menjadi perhatian adalah melambatnya pertumbuhan kredit karena berbagai macam alasan, termasuk salah satunya karena tingkat bunga yang makin tinggi.

Implikasinya akan sangat besar, karena kalau pertumbuhan kredit menyusut maka dampaknya pada perekonomian juga akan signifikan. Kondisi ini juga akan mengganggu recovery.

Sementara itu di Eropa 57,5 persen dari kebutuhan energinya adalah impor. Jadi kalau terjadi kenaikan yang signifikan terhadap harga energi tentu saja akan signifikan terhadap kinerja ekonomi Eropa. Jadi bagi Eropa, saya melihatnya ini adalah masa-masa sulit sekarang ini, bukan hanya barang semua naik, daya beli turun. Juga karena ketidakpastian perang terus berlanjut.

Kemudian yang menurut saya juga penting untuk diperhatikan adalah dampak dari pengetatan yang berkesinambungan di berapa periode terakhir ini. Karena beberapa bank sentral besar masih terus akan berlanjut meningkatkan suku bunga, saya kira perlu adanya respons yang baik. Artinya otoritas makro harus mampu merespons ini dengan berbagai macam opsi yang durable.

Saya menyampaikan macroprudential measure dalam artian umum perlu terus dilanjutkan terutama untuk menangani persoalan capital outflow. Di lain sisi juga mengundang investasi masuk ke dalam negeri. Saya pikir macroprudential measure harus diupayakan paling tidak untuk menahan capital outflow.

Di Indonesia menurut saya sudah banyak orang yang berbicara mengenai devisa, bagaimana menahan devisa lebih lama di Tanah Air. Sebenarnya ini isu lama karena 10 tahun lalu kita sudah menangani isu-isu ini, tapi mungkin this time karena keliatannya akan bertahan lama, perlu sesuatu yang signifikan. Artinya, dibangun kebijakan untuk merespons semua ini, dibangun sesuatu yang berkesinambungan tidak mengalami persoalan serupa yang berulang.

Fokus ASEAN

ASEAN, dalam konteks fragmentation risk merupakan salah satu bintang yang bersinar dan ini juga penting karena tahun depan Indonesia menjadi Presiden ASEAN. Selesai dari Presiden G20, kita sekarang menjadi Presiden ASEAN. Saya pikir-pikir agenda-agenda G20 akan didorong terus karena tema-tema G20 sangat universal, seperti penanganan krisis energi, krisis pangan, kemudian inflasi dan agenda-agenda ekonomi lain.

ASEAN ini adalah regional wilayah ekonomi yang diperkirakan akan tumbuh 5% pada akhir 2022 ini dan 4,7% pada 2023. Jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi global. ASEAN akan menjadi key player untuk mengurangi fragmentation risk tadi. Kemudian ASEAN tentu saja kita berharap karena potensinya besar akan menjadi pasar yang sangat dinamis. Penduduk ASEAN mungkin hampir 700 juta dan juga memiliki sumber daya alam besar serta sudah menjadi bagian penting dari global supply chain. Jadi ASEAN menjadi bagian penting bagi ekonomi Indonesia. ASEAN maju, kita maju. Maka dari itu ASEAN akan sangat berpengaruh, namun juga akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi terutama dari China.

Ada beberapa yang harus jadi perhatian dalam fokus kepada ASEAN ini. Yang pertama ASEAN harus committed pada inflasi, dan saya yakin Indonesia sebagai Presiden ASEAN akan bisa melakukan itu, paling tidak mengagendakan inisiatif-inisiatif terikait pengelolaan inflasi, bagaimana supply dan deman side-nya. Sementara bank sentral diperkirakan akan terus melakukan kebijakan pengetatan dan diharapkan akan terus melakukan pengetatan sampai muncul tanda-tanda picking up inflasi yang tangible.

Kedua, soal perang dan pandemi. Kita semua menderita karena perang dan dampak pandemi, tapi kita juga harus ingat bahwa banyak orang yang lebih menderita dari kita. Bahkan dalam konteks di Indonesia tentu ada fragmentasi juga. Kebijakan yang sudah dilakukan selama ini yang menurut saya sudah on track ini diteruskan terutama untuk memfokuskan upaya menolong mereka yang paling terpukul dari dampak krisis ini, sehingga kita bisa recover together.

Ketiga, yang akan menjadi perhatian adalah soal sustainability atau green economy. Ketika di Bali ada G20 di saat yang bersamaan di Mesir ada COP27, pertemuan yang penting namun overshadow oleh G20. Secara internasional sebetulnya perhatian media terhadap COP27 ini besar sekali terutama untuk meng-address isu besar. Komitmen negara-negara dunia diharapkan untuk bisa mengurangi emisi. Di Indonesia sendiri menurut saya sudah memiliki kebijakan yang agresif yang terbaru yaitu komitmen bisa mengurangi 43 persen emisi pada tahun 2030, dengan dukungan internasional.

Di sini ada tiga isu besar. Pertama, isu financing, karena gap financing yang masih besar. Kemudian kedua isu capacity building yang saya pikir green economy ini bukan hanya sekedar green washing, tapi dipahami bagian strategic yang harus dipahami oleh seluruh lapisan mulai dari level leader sampai kepada operasional. Sehingga isu isu ini  betul betul embeded di dalam strategi dari masing masing kita, teruma bank. Isu yang terakhir, semua ini tidak bisa dilakukan tanpa collective action, semua itu harus dilakukan secara kolektif.

Pada G20 lalu sudah banyak keputusan-keputusan penting di luar isu perang, seperti adanya dana pandemi, ada investment compadium, dan hal lain di bidang kesehatan. Semua itu harus kita lakukan secara kolektif.

Indonesia sudah menempatkan diri pada posisi yang sangat baik, terutama di dalam konteks memobilisasi komitmen, paling tidak di antara kelompok G20, yang kalau GDP-nya dijumlah sudah sangat dominan di dalam total GDP dunia.

Bahkan beberapa media di Eropa mengapresiasi beberapa keputusan yang dihasilkan di Bali dan Indonesia sebagai host menjadi sangat popular dan mengatakan the importance of Indonesia keep increasing.***

*Penjelasan lengkap Bapak Muliaman Hadad (Duta Besar Luar Biasa untuk Swiss merangkap Liechtenstein) saat memaparkan materi pada Indonesia Risk Management Outlook 2023 di link berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=_87RafnMDfc

*Simak juga podcast bersama Bapak Muliaman Hadad | LPPI Voice#19 dengan tema “Seberapa Menyeramkan Resesi Eropa Tahun Depan?” melalui link berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=NF-I-V0bgKE

Tags: ekonomi globalMuliaman HadadRisiko Fragmentasi
 
 
 
 
Sebelumnya

Absorpsi Ancaman Suku Bunga

Selanjutnya

Gubernur BI Tetapkan 26 Pemimpin Baru di Lingkungan Bank Indonesia

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Penurunan Mendalam Pasar Saham Indonesia 18 Maret 2025

Penurunan Mendalam Pasar Saham Indonesia 18 Maret 2025

oleh Sandy Romualdus
21 Maret 2025 - 09:16

Oleh : Dr. Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Tanggal 18 Maret 2025 pasar...

Serangan Hacker terhadap Pusat Data Nasional: Sebuah Renungan Bernegara

Serangan Hacker terhadap Pusat Data Nasional: Sebuah Renungan Bernegara

oleh Stella Gracia
26 Juni 2024 - 15:05

Oleh Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik dan Ekonom UPN Veteran Jakarta Baru-baru ini, Indonesia dikejutkan oleh serangan siber besar-besaran...

Praktik Sustainable: Harapan Besar pada Bank

Praktik Sustainable: Harapan Besar pada Bank

oleh Sandy Romualdus
21 September 2023 - 16:34

Oleh Ahmed Zulfikar, Relationship Manager LPPI SAAT ini isu perubahan iklim telah menjadi topik hangat yang hampir selalu dibahas dalam...

Strategi Penerapan Keamanan Siber di Perbankan

Strategi Penerapan Keamanan Siber di Perbankan

oleh Sandy Romualdus
11 Agustus 2023 - 12:32

Oleh : Novita Yuniarti, Assistant Programmer LPPI SERANGAN siber memiliki dampak yang serius dan menjadi isu kritis dalam digitalisasi keuangan...

Kilas Balik Pandemi COVID-19: Strategi Cermat India yang Terhambat Sistem Pasar Obat-Obatan Dunia

Kilas Balik Pandemi COVID-19: Strategi Cermat India yang Terhambat Sistem Pasar Obat-Obatan Dunia

oleh Sandy Romualdus
3 Juni 2023 - 20:20

Oleh : Baiq Shafira Salsabila, Diospyros Pieter Raphael Suitela, Muhammad Faiz Ramadhan * INDIA adalah salah satu negara berkembang dengan industri farmasi terbesar...

Fenomena Bank Digital: Tren Naik, Harus Diimbangi dengan Literasi Digital

Transformasi Digital vs Literasi Digital

oleh Sandy Romualdus
14 Februari 2023 - 08:10

Oleh Danal Meizantaka Daeanza - Assistant Programmer LPPI Perubahan yang terjadi di dunia selama satu dekade belakangan ini sangat signifikan....

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank BJB Kehilangan Putra Kandungnya: Yusuf Saadudin, Pemimpin Berintegritas yang Menggerakkan Transformasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

BNI Dorong Prestasi Dunia, Indonesia Gelar 2 All Indonesian Final Australia Open 2025

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Gubernur BI Tetapkan 26 Pemimpin Baru di Lingkungan Bank Indonesia

Gubernur BI Tetapkan 26 Pemimpin Baru di Lingkungan Bank Indonesia

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance