PEMBACA yang Budiman…
Setiap memasuki tahun politik selalu muncul kekhawatiran dari benak pelaku bisnis terkait stabilitas perekonomian. Fenomena tersebut pada akhirnya memunculkan sikap wait and see. Namun demikian pada penyelenggaraan pemilihan presiden kali ini, kondisi yang tidak menguntungkan juga muncul dari ketidakmenentuan ekonomi global terkait kebijakan pasca pandemi yang direspons dengan peningkatan suku bunga acuan.
Sejatinya ekonomi yang tercermin pada industri keuangan dalam negeri juga tidak dalam kondisi yang ‘baik-baik amat’. Saat ini penyaluran pinjaman bank mulai berkurang kecepatannya yang salah satunya dipicu menurunnya pertumbuhan kredit korporasi. Sementara di sisi lain, likuiditas yang berhasil dikumpulkan bank juga mulai melandai yang menandakan mulai adanya keketatan likuiditas.
Belum lagi dengan situasi fiskal yang belum kunjung memadai. Sebagaimana diketahui ketika ajang pemilu sudah di hadapan, pemerintah selalu meningkatkan belanja Negara dengan berbagai siasatnya. Namun kali ini, kecenderungan tersebut dibarengi oleh kondisi penerimaan Negara yang mulai seret, terutama dari sisi perpajakan.
Pemerintah bersama regulator sektor keuangan memang tidak berpangku tangan melihat kondisi yang menantang itu. Namun demikian, langkah-langkah yang diambil juga tidak kebal dari risiko. Oleh karena itu dibutuhkan perhitungan matang dan sedikit keberuntungan dalam mengelola situasi pelik menjelang tahun politik ini.
Nah, pada kesempatan edisi terbaru ini, redaksi Majalah Stabilitas akan mencoba menghadirkan pembahasan mengenai tantangan yang kini mulai muncul ketika semua pihak mulai memperhitungkan perhelatan pemilihan presiden tahun depan.
Pada tulisan pertama, kami akan rangkumkan untuk Anda pembahasan mengenai kondisi makroekonomi global dan juga domestik. Tingkat inflasi dan kebijakan suku bunga diperkirakan akan menjadi faktor penentu pada kebijakan ekonomi di sisa tahun ini hingga tahun depan. Namun demikian tahun depan ada harapan bahwa ekonomi global akan rebound meski diperkirakan tidak akan mampu menyamai capaian di tahun 2022.
Pada tulisan berikutnya kami akan sedikit mengupas mulai munculnya risiko likuiditas. Likuditas kembali menjadi ancaman bagi perbankan, terutama untuk dana-dana dalam valuta asing. Hingga semester pertama tahun ini likuiditas di saku perbankan terus berkurang. Bahkan menurut data pada tahun ini jumlah likuiditas bank adalah yang paling rendah sepanjang lima tahun belakangan. Lalu apa yang harus dimitigasi bank?
Berikutnya kami akan mengulas soal government spending. Seperti pada tahun-tahun menghadapi pemilu di periode sebelumnya, faktor belanja pemerintah menjadi kartu AS bagi lancarnya putaran gerigi roda ekonomi. Biasanya memang belanja barang dan subsidi akan meningkat. Namun begitu kali ini pemerintah mengalami situasi yang berbeda ketika penerimaan negara sedang turun karena pendapatan pajak yang menurun.
Pada tulisan terakhir dalam laporan utama kami, akan diuraikan mengenai langkah-langkah otoritas moneter dalam mengoptimalkan kebijakannya demi mengamankan perekonomian di tengah momentum kepemimpinan Indonesia dalam ASEAN.
Last but not least, kami juga tetap menghadirkan sajian artikel-artikel yang tak kalah menarik di rubrik-rubrik tetap lainnya, yang akan menambah perspektif Anda dalam mengambil keputusan bisnis. Karena semua itu kami sajikan dalam lingkup pembahasan manajemen risiko. Selamat membaca. ***