• Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
Jumat, September 22, 2023
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • Lensa LPPI
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Seremonial
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • Lensa LPPI
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Seremonial
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
 
 
 
 
Home Laporan Utama

Karena Fulus Bisa Bikin Rakus

oleh Sandy Romualdus
12 September 2012 - 00:00
7
Dilihat
Karena Fulus Bisa Bikin Rakus
0
Bagikan
7
Dilihat

Seorang bankir di sebuah bank pemerintah di Bogor tiba-tiba saja berubah gaya hidupnya. Setelah diangkat menjadi kepala cabang, dia tidak mau lagi makan di warung kaki lima atau di pinggir jalan. Tak cuma itu, dia juga melarang anak-anaknya untuk jajan di emperan jalan. Kini dia dan keluarganya selalu berbelanja dan menikmati kuliner di mal-mal atau pusat perbelanjaan, alih-alih di tempat-tempat yang sebelumnya mereka sering kunjungi.

Yang terjadi pada kepala cabang baru sebuah bank itu tidak selalu terjadi pula pada bankir lain yang mendapatkan promosi serupa. Tapi tak bisa dipungkiri, jabatan tinggi dan gaji besar akan membuat gaya hidup seseorang berubah. Terutama bankir. Industri perbankan yang diatur sedemikian ketat kerapkali menimbulkan tekanan pada setiap pegawainya. Sehingga merupakan hal yang lumrah jika pemilik bank selalu menyiapkan bonus yang tak sedikit bagi para pegawai –terutama eksekutif bank, yang dinilai berhasil mencapai target.

Namun beberapa tahun belakangan, praktik pemberian bonus yang besar kepada para bankir mulai dipermasalahkan. Negara-negara yang tertimpa krisis, seperti di kawasan Eropa dan tentunya AS, mulai menerapkan aturan yang ketat dalam pemberian gaji dan bonus kepada eksekutif bank. Bonus yang tinggi tersebut disebut-sebut menjadi pemicu para bankir berani mengambil keputusan yang terkadang mengabaikan risiko ke depannya.

BERITA TERKAIT

Kemenkeu dan DPR RI Sepakati RAPBN 2024

BRI Kembali Selenggarakan Program Inovatif ‘Pengusaha Muda BRILiaN 2023’

Dasuki Sujud Syukur, Tabungannya di BPR KRI Dijamin LPS

Ramaikan China ASEAN EXPO 2023, Bank BTN Pasarkan Produk UMKM ke China

Menurut laporan Financial Stability Board (FSB), salah satu badan di bawah keuntungan jangka pendek yang sama namun mengambil sejumlah risiko yang berbeda atas nama perusahaan, mereka tidak harus diperlakukan sama oleh sistem kompensasi. “Secara umum, baik ukuran kuantitatif maupun penilaian manusia, keduanya harus berperan dalam menentukan penyesuaian risiko. Risiko harus dihitung untuk semua jenis, termasuk risiko likuiditas, risiko reputasi dan biaya modal,” sebut dokumen FSB.

Singkatnya, pemberian gaji ataupun bonus kepada bankir harus dikaitkan dengan risiko-risiko yang bakal dihadapi perusahaan sehubungan dengan keputusan-keputusannya saat menjabat. Sehingga bankir tidak lagi hanya mengejar keuntungan jangka pendek tanpa mengindahkan risiko-risiko yang muncul di kemudian hari.

Kondisi di Indonesia

Apa yang telah terjadi di belahan dunia barat itu tentu menjadi perhatian dari otoritas moneter Indonesia. Meski belum memberikan ‘ledakan’ seperti di sana, Indonesia sejatinya juga sudah mengalami kasus-kasus yang dipicu oleh tingginya bonus dan gaya hidup bankir yang serba ‘wah’.

Simak saja kejahatan kerah putih yang terjadi pada perbankan di Indonesia. Hampir semua pelaku kejahatan adalah pegawai-pegawai bank yang posisinya tidak bisa dibilang rendah di kantornya masing-masing. Salah satu fraud yang paling mengegerkan jagat perbankan nasional pada kasus layanan private banking Citibank tahun lalu.

Waktu itu, salah satu Senior Relationship Manager (RM) private banking Citibank bernama Malinda Dee membobol dana nasabah prioritas senilai Rp16,6 miliar. Modus kejahatan perempuan yang dipanggil Inong adalah menarik dana nasabah tanpa sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah ditandatangani nasabah.

Kasus kejahatan bank rata-rata memang dilakoni oleh pejabat yang memegang peranan penting dalam pengelolaan dana pihak ketiga atau nasabah. Katakanlah seorang kepala cabang, atau level senior manajer.
Padahal untuk level-level tersebut, pendapatan yang diterima setiap bulan berada di kisaran Rp 10 juta hingga Rp60 juta. Angka itu pun masih merupakan gaji, belum termasuk bonus akhir tahun yang bisa diterima hingga 5 kali gaji, tergantung hasil penilaian kinerja.

Menurut seorang mantan karyawan di bank swasta, Gregor, besarnya gaji yang diterima karyawan di semua bank lazimnya ditetapkan berdasarkan grup yang dikelola. Biasanya, grup bisnis mendapat gaji lebih tinggi dibanding divisi lainnya. “Untuk manajer di grup bisnis biasanya digaji mulai dari Rp15 juta ke atas, setiap bulannya. Sementara untuk group head bisa mencapai Rp 70 juta, apalagi sudah senior. Sementara kepala cabang dimulai dari Rp 25 juta per bulan,” tukas dia kepada Stabiltas Perbankan.

Angka yang disebutkan Gregor itu masih sebatas fix cost. Jika ditambah dengan bonus akhir tahun maka total take home pay seorang professional di bank bisa mencapai 7 kali lipat dari gaji pokoknya. Disebutkan, pemberian bonus biasanya berdasarkan penilaian kinerja di akhir tahun. Jika mendapat nilai tertinggi, A misalnya, maka akan mendapat bonus 5 kali gaji. “Tinggal dirunut saja ke nilai B dan seterusnya, perolehan bonus semakin kecil,” ujar Gregor.
Jika dipikir-pikir, gaji dan bonus bagi seorang profesional di perbankan semestinya sudah lebih dari cukup. Lantas, mengapa praktik fraud masih saja terjadi dengan nilai yang fantastis. Satu hal yang ditenggarai sebagai biang kecurangan adalah gaya hidup yang supermewah dari si bankir.

Malinda Dee, setelah diselidiki dan ditangkap polisi kedapatan memiliki sejumlah mobil mewah, dan tinggal di sebuah apartemen mewah. Sebagaimana diungkapkan seorang sumber yang dekat dengan Malinda, gaji yang diterimanya pegawai senior Citibank itu setiap bulan sebesar Rp70 juta per bulan. Sementara per tiga bulan Malinda menerima bonus Rp250 juta.

Menanggapi tingginya gaji bankir yang ditengarai memicu gaya hidup mewah dan tindakan fraud, Kepala Ekonom Bank BNI, Ryan Kiryanto berpendapat, praktik remunerasi sudah seharusnya dipagari dengan rambu-rambu good corporate governance (GCG), etika bisnis, dan penguatan moralitas. Sebagai lembaga keuangan yang mengelola dana publik, satu hal yang tidak boleh hilang dari pegawai bank adalah integritas. “Makanya ada istilah fit and proper test. Fit kita bicara kompetensi dan skill, sementara proper, kita bicara moral dan integritas, serta attitude,” kata Ryan.

Sementara upaya untuk mengantisipasi risiko moral hazard, menurut Ryan, setiap bank harus membuat internal policy. Ini menyangkut dua hal, pertama, membuat buku pedoman perusahaan yang mengikat seluruh insan industri perbankan. Kedua, menegakkan aturan yang sifatnya tidak tertulis, yaitu etika bisnis.

 
 
 
Sebelumnya

Garuda Cetak Laba Usaha 40,8 Juta Dolar AS

Selanjutnya

BRI Hadirkan Britama Rencana

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Solve : *
2 + 30 =


BACA JUGA

Related Posts

Perkuat Sistem Keuangan Regional, OJK Gandeng Non-Bank Financial Services Authority Of Cambodia

Perkuat Sistem Keuangan Regional, OJK Gandeng Non-Bank Financial Services Authority Of Cambodia

oleh Sandy Romualdus
8 Agustus 2023 - 15:56

PHNOM PENH, Stabilitas.id -  Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan kerja sama dengan Non-Bank Financial Services Authority of Cambodia (Cambodia FSA)...

Q2 2023: Bank DKI Catat Pertumbuhan Kredit dan Pembiayaan 14,82%

Q2 2023: Bank DKI Catat Pertumbuhan Kredit dan Pembiayaan 14,82%

oleh Sandy Romualdus
28 Juli 2023 - 09:52

JAKARTA, Stabilitas.id – Bank DKI terus mencatatkan kinerja yang positif ditengah berbagai tantangan terhadap industri perbankan seiring peningkatan suku bunga...

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

Literasi Keuangan itu Maraton, Bukan Sprint!

oleh Sandy Romualdus
3 Juli 2023 - 14:21

Literasi keuangan dilakukan melalui ajang lari marathon mungkin hanya perumpamaan atau ungkapan metaforis untuk menggambarkan bahwa literasi keuangan adalah perjalanan...

Seminar Dana Bagi Hasil Kelapa Sawit – HPN 2023 Medan Hasilkan Tiga Rekomendasi

Seminar Dana Bagi Hasil Kelapa Sawit – HPN 2023 Medan Hasilkan Tiga Rekomendasi

oleh Sandy Romualdus
8 Februari 2023 - 17:13

MEDAN, Stabilitas.id - Peringatan Hari Pers Nasional 2023 disemarakkan dengan menggelar seminar nasional terkait Dana Bagi Hasil (DBH) Kelapa Sawit...

Melesat! Transaksi Agen BRILink Nyaris Tembus Rp.1,3 Kuadriliun di Tahun 2022

Melesat! Transaksi Agen BRILink Nyaris Tembus Rp.1,3 Kuadriliun di Tahun 2022

oleh Sandy Romualdus
5 Februari 2023 - 13:56

JAKARTA, Stabilitas.id – Peran Agen Bank terus didorong dalam meningkatkan akses keuangan di Indonesia. Hal tersebut tak lepas dari fakta...

Round Up : Meraba Titik Nyeri Terpanas 2023

Absorpsi Ancaman Suku Bunga

oleh Sandy Romualdus
5 Januari 2023 - 10:37

Tak pelak ancaman kenaikan suku bunga karena makin ketatnya kebijakan moneter akan menjadi perhatian utama perbankan. Apakah risiko pasar pada...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Equal Pay For Equal Job

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tahan Banting Diterpa Covid, Ini 44 Asuransi dan Reasuransi Berkinerja Terbaik Sepanjang 2022

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Penyusunan KOSP Membutuhkan Keterlibatan Banyak Pihak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Indosat Mobile Rilis Paket Hebat Keluarga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank Neo Commerce Hadirkan Tabungan Berjangka Neo Wish

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • XTRA Savers, Tabungan dengan Keuntungan Maksimal dari CIMB Niaga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Kemenkeu dan DPR RI Sepakati RAPBN 2024

BRI Kembali Selenggarakan Program Inovatif ‘Pengusaha Muda BRILiaN 2023’

Dasuki Sujud Syukur, Tabungannya di BPR KRI Dijamin LPS

Ramaikan China ASEAN EXPO 2023, Bank BTN Pasarkan Produk UMKM ke China

Podomoro Golf View Ajak Universitas Indonesia Hadirkan Apartemen untuk Mahasiswa

Pasarkan Produk Haji dan Umrah via Digital, Bank Muamalat Gandeng GohalalGo

MenKopUKM Terima Aduan Asosiasi Logistik Terkait Produk Impor Ilegal

LPS Gelar Festival CreArtive 2023

BRI Kembali Tanam Bibit Mangrove di Pulau Tidung, Total 10.500 Bibit di 2023

STABILITAS CHANNEL

TWITTER STABILITAS

 
 
Selanjutnya
BRI Simpan Dana Murah Rp 311,1 Triliun

BRI Hadirkan Britama Rencana

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • Lensa LPPI
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Seremonial
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In