Sejatinya ada banyak nama yang sudah membuktikan bahwa menjadi entrepreneur dengan latar belakang bankir adalah sesuatu yang memungkinkan seseorang mencapai sukses. Misalnya saja Peter F. Gontha yang menjadi pengusaha event organizer dan Budijanto Tirtawisata yang menjadi CEO Grup Panorama atau Mario Teguh yang terkenal sebagai motivator. Berikut beberapa nama lainnya:
Alfons Tanujaya
Pria ini sekarang bisa disebut sebagai ahli virus internet di jagat industri informasi teknologi (IT) Indonesia. Padahal jika dilihat dari curriculum vitae, tidak ada sekalipun Alfons pernah mengecap pendidikan IT.
Sebelum terjun ke dunia TI, pendiri perusahaan antivirus Vaksincom ini sempat malang melintang di dunia perbankan. Dia pernah bekerja di empat bank. Kariernya dimulai dari menjadi account officer, manajer pemasaran, hingga pimpinan kantor cabang pembantu.
Namun karena krisis moneter yang melanda pada tahun 1997, bank tempat dia bekerja menawarkan program golden shakehand alias pensiun dini dengan nilai pesangon yang cukup menarik. Tanpa ragu, Alfons mengambil tawaran itu. Karena dia merasa punya banyak relasi di bidang distribusi komputer sekaligus karena mendapatkan masukan dari beberapa teman-temannya, dia lalu membuka toko komputer di Mal Mangga Dua.
Setelah dua tahun berjalan, pada 1999, dia memutuskan untuk mengubah bisnisnya untuk menggeluti bidang antivirus. Pada 2000 dia pun PT. Vaksincom dan aktif mendedikasikan waktu untuk memberikan informasi dan edukasi tentang malware dan sekuriti bagi komunitas IT Indonesia. Hingga kini tulisan dan komentarnya kerap mengisi media-media IT nasional.
Aswan Nasser
Nama di atas sejatinya memiliki karier yang gemilang di bank tempat dia bekerja. Posisi terakhir Aswan adalah Asisten Wakil Direktur Bank Exim (saat ini Bank Mandiri). Namun karena termasuk salah satu yang memilih pensiun dini saat bank itu di merger, dia kemudian memilih berwirausaha. Namun, belakangan terbukti keputusannya memilih jalur entrepreneur tidak salah.
Aswan memulai bisnis dengan menjual bed cover dan seprai. Bersama sang istri, Aswan menjajakan seprai kepada para kolega dan teman-temannya. Walaupun labanya menggiurkan, tetapi seprai itu hanya laris pada waktu tertentu saja. Hanya setahun Aswan bertahan berjualan seprai. Kemudian dia memutuskan untuk mengubah usahnya dengan menjual perlengkapan bayi bermerek La Vindhy Children & Baby Wear dengan bermodalkan uang sisa pesangon sebesar Rp75 juta.
Saat permulaan membangun usaha pada tahun 2004, dia harus jatuh bangun untuk bisa bertahan menggulirkan usahanya. Awalnya dia memasok perlengkapan bayi ke sejumlah toko dan department store yang ada di Bandung hingga Jakarta. Lambat tapi pasti, kini bisnisnya sudah mulai berkembang. Bahkan dari bisnis yang dirintisnya, Aswan mampu mencatat omzet sekitar Rp 100 juta per bulan dan dia sudah mengekspor produknya itu ke Afrika Selatan. Kini dia memiliki 32 karyawan.
Christovita Wiloto
Mantan bankir di Bank Tiara, Bank Niaga, dan American Express ini, sekarang dikenal sebagai. Founder & Owner PowerPR dan jaringan bisnis Wiloto Corp. Pada 2005, lulusan Universitas Padjadjaran Bandung ini juga merupakan orang dibelakang lahirnya Indonesian Young Entrepreneur (IYE), sebuah komunitas beranggotakan 21.000 calon pengusaha Indonesia masa depan. IYE adalah sebuah lingkar komunikasi bagi para pengusaha muda untuk bertukar profil bisnis dan memperluas jaringan mereka.
Pria kelahiran 24 Mei 1969 ini, memberikan jasa konsultasi dan pelatihan dalam bidang kehumasan dalam bendera perusahaan PowerPR-nya. Perusahaan yang bergerak di bidang kehumasan itu juga memberikan jasa konsultasi bagaimana berhubungan dengan media. Dia juga sudah menghasilkan dua buah buku yang boleh dibilang merupakan pegangan para insan yang bergerak di industri public relations yaitu The Power of Public Relations dan Behind Indonesia’s Headlines.
Kini hari-hari Chairman Indonesia Alumni Association pada Singapore Haggai Institute ini dipenuhi oleh kegiatan mengisi pelatihan atau seminar mengenai kehumasan.
Michael Rusli
Nama Michael memang belum sepopuler nama-nama promotor yang sudah malang melintang di dunia musik. Namun melalui Big Daddy Production, perusahaan yang baru dua tahun didirikan, namanya mulai santer disebut-sebut kalangan bisnis hiburan. Hal itu muncul ketika muncul pro kontra mengenai rencana mendatangkan Lady Gaga untuk konser di Indonesia.
Namun sebelumnya, mantan Presdir PT ABN AMRO Finance Indonesia juga telah berhasil mempromotori pertunjukan Disney on Ice. Bahkan dari situlah dia mulai merintis bisnis barunya itu pasca hengkang dari industri perbankan.
Kini kinerja Big Daddy yang berada di bawah payung PT Prima Java Kreasi dan berdiri pada Februari 2010 dalam setahun terakhir bisa dibilang sangat memuaskan. Sepanjang tahun lalu,pendapatan yang berhasil didulang mencapai Rp 30 miliar. Sedangkan sampai triwulan pertama tahun ini, omsetnya melebihi tahun lalu, yaitu Rp 50 miliar.
Bahkan rencananya Big Daddy akan melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) tahun ini. Rencana tersebut sudah digadang perusahaannya sejak setahun lalu, meski keperluan dana operasional tahun ini telah tercukupi dengan masuknya dana investor dari luar hingga Rp 200 miliar.
Rudy Kusworo
Tak selamanya mantan bankir membuka usahanya sendiri. Rudy Kusworo yang mantan bankir memutuskan untuk menggandeng empat temannya untuk mendirikan perusahaan modal ventura yang dinamakan Investidea. Saat ini perusahaan itu fokus untuk membantu pendanaan dan pengembangan dari perusahaan-perusahaan yang baru lahir atau memulai usaha (start up) di bidang teknologi digital.
Perusahaan itu memiliki visi untuk memastikan bahwa anak-anak muda yang ingin memulai bisnis digital betul-betul mendapatkan segalanya dengan komplet. Baik itu dari segi teknikal, manajemen, keuangan, maupun di sisi entrepreneurship-nya.
Investidea berdiri pada awal 2011 dan memiliki misi membantu entrepreneurship di Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi informasi. Hal ini didorong oleh bisnis digital yang memang sedang booming, bukan saja di Indonesia, tetapi juga di Amerika Serikat, Cina, Eropa, dan Brazil.
Oleh karena itu Rudy dan teman-teman tergerak untuk memberikan bimbingan atau bantuan pada pengusaha di bidang tersebut. Artinya Investidea tidak hanya menyediakan dana, tetapi juga berbagi pengalaman dan pengetahuan bisnis. Dengan kekuatan kombinasi skill dari para founder yang berbeda-beda diharapkan para pengusaha start up muda yang dibantu bisa berhasil.
Bambang Nuryanto Rachmadi
Sebagai bankir dia memiliki karier yang sangat cemerlang dengan perjalanan karier yang cukup panjang. Sejak 1971 hingga 1974, sembari menyelesaikan kuliahnya di FHUI Extension, kelahiran Jakarta 41 tahun silam ini bekerja di PT CiceroIndonesia. Setahun kemudian ia hijrah ke Bank Duta. Dari bank tersebut ia peroleh kesempatan belajar ke Negeri Paman Sam. Hasilnya pada 1978 ia berhasil menyabet dua gelar: MSc bidang internasional banking & finance dari Saint Mary’s Graduate School of Business Moraga, dan gelar MBA dari John F. Kennedy University Orinda. Dengan dua gelar itu, Tonny kembali ke tanah air dan kembali ke Bank Duta pada 1978.
Dia meninggalkan posisinya di Bank Duta sebagai Managing Director International Banking pada September 1986 untuk bergabung dengan Panin Bank. Sebagai orang nomor satu di Panin Bank usianya saat itu baru 35 tahun.
Kemudian pada tahun 1988 dia memutuskan mundur dari Panin. Tiga tahun kemudian dia resmi mendapatkan lisensi restoran McD di Indonesia setelah hampir selama itu dia berjuang memperolehnya.
Sebelumnya, Tony begitu dia biasa disapa harus mengikuti beragam jenis pelatihan. baru Tonny sempat digodok di Sekolah milik McDonald’s yaitu: McDonalds Corporation Hamburger University selama 1 tahun. Sekolah itu mendidik para calon store manager MD. Sistem pelatihan yang pernah dialaminya kini ia terapkan bagi semua calon manajer di MD Indonesia.SP/dari berbagai sumber.