MARRAKESH, Stabilitas.id – Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) memutuskan untuk mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi global di 2023. Keputusan itu diambil meskipun ada perbedaan mendasar yang signifikan antar wilayah, sambil menaikkan perkiraan inflasi untuk beberapa tahun ke depan.
Laporan Outlook Ekonomi Dunia atau World Economic Outlook (WEO) yang diperbarui, yang dirilis saat IMF mengadakan pertemuan tahunannya di Marrakesh, mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebesar 3,0 persen untuk tahun ini dan memangkas perkiraan 2024 menjadi 2,9 persen atau turun 0,1 persen dari perkiraan sebelumnya pada Juli.
Inflasi, yang telah turun tajam sejak tahun lalu, diperkirakan tetap tinggi sebesar 6,9 persen di tahun ini atau naik sedikit dari Juli, dan 5,8 persen pada 2024 atau naik 0,6 poin persentase. Inflasi yang lebih tinggi dapat memaksa bank sentral untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Adapun suku bunga yang lebih tinggi itu kemungkinan besar akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi global. “Perekonomian global telah menunjukkan ketahanan yang luar biasa seiring dengan upaya pemulihan dari pandemi covid-19, invasi Rusia ke Ukraina, dan krisis biaya hidup,” kata IMF, dilansir dari The Business Times, Selasa, 10 Oktober 2023.
Namun, laporan tersebut juga mencatat bahwa pertumbuhan masih lambat dan tidak merata, dengan meningkatnya kesenjangan global. “Perekonomian ekonomi global sedang tertatih-tatih dan tidak berlari kencang,” kata IMF.
Di antara negara-negara maju, perbedaan prospek ekonomi antara Eropa dan Amerika Serikat diperkirakan semakin meningkat di tahun-tahun mendatang. Perekonomian AS kini diperkirakan tumbuh sebesar 2,1 persen di tahun ini atau naik 0,3 poin persentase, dan sebesar 1,5 persen tahun depan atau naik setengah poin persentase.
Sementara itu, kawasan Euro diperkirakan tumbuh hanya 0,7 persen tahun ini, turun 0,2 poin persentase dari Juli, dan berkurang 1,2 persen pada 2024. Menurut Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas, ada empat alasan terjadinya perbedaan di wilayah Atlantik. Namun alasan utamanya adalah dampak jangka panjang dari perang di Ukraina terhadap harga energi.
“Tidak seperti Eropa, Amerika Serikat adalah eksportir energi bersih. Jadi ketika harga energi naik, mereka menjadi lebih kaya,” katanya, kepada AFP dalam sebuah wawancara sebelum publikasi WEO. ***
Penulis : Angga Bratadharma