JAKARTA, Stabilitas.id — PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (BRI Agro) telah menetapkan fokus bisnis di tahun 2021 yakni transformasi bisnis Perseroan menjadi digital attacker bank. Perluasan basis bisnis Perseroan dengan bisnis model yang baru sebagai bank digital ini akan mulai dikembangkan dengan pengembangan infrastruktur, serta produk yang sesuai dengan layanan serta melakukan pengembangan produk simpanan yang dapat meningkatkan transaksi seperti QR payment, debit card dan digital saving.
Prosepek bisnis digital banking yang sangat kompetitif ini mendorong BRI Agro untuk membentuk manajemen yang kuat dan tentunya familiar dengan strategi pengembangan digital banking. Maka tak heran jika Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPS Tahunan) BRI Agro pada Jumat (9/4) menunjuk Kaspar Situmorang sebagai nahkoda baru Perseroan dalam menjalankan proses transformasi menuju bank digital. Asal tau saja, jabatan Kaspar sebelumnya adalah Executive Vice President Digital Banking di induk usaha Bank BRI, induk usaha BRI Agro.
Hirawan Nur Kustono, Sekretaris Perusahaan BRI Agro melalui siaran pers yang diterima redaksi, Jumat (9/4) menjelaskan, RUPS yang bertempat di Kantor Pusat BRI Agro Jakarta Selatan dengan menerapkan protokol kesehatan itu menyepakati perubahan susunan pengurus BRI Agro, dengan susunan Direksi dan Dewan Komisaris BRI Agro adalah sebagai berikut:
Dewan Komisaris :
– Komisaris Utama : Sdr. Budi Satria
– Komisaris Independen : Sdr. Eko B.Supriyanto*
– Komisaris Independen : Sdri. Rina Saadah*
– Komisaris Independen : Sdr. Rama Notowidigdo*
– Komisaris : Sdr. Achmad F.C Barir*
Direksi :
– Direktur Utama : Sdr. Kaspar Situmorang*
– Direktur Keuangan dan Operasional : Sdr. Arif Wicaksono
– Direktur Digital Bisnis : Sdr. Bhimo Wikan Hantoro*
– Direktur Retail Agri dan Pendanaan : Sdr. Sigit Murtiyoso
– Direktur Enterprise Risk Management,
Compliance and Human Resource : Sdr. Ernawan
*) Efektif setelah mendapat persetujuan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Kinerja 2020
Hirawan lebih lanjut mengungkapkan bahwa, dalam RUPS Tahunan tersebut Direksi BRI Agro juga menjelaskan Kinerja Perseroan untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2020 yang masih menunjukan adanya pertumbuhan. Hal tersebut dapat terlihat dari peningkatan Total Aset per 31 Desember 2020 perseroan mencatat pertumbuhan Total Aset sebesar 3,50% (yoy) dari Rp27.7 triliun pada 2019 menjadi Rp28.02 triliun pada 2020 (audited).
Penyaluran Kredit tetap tumbuh sebesar 0,65% (yoy) dari Rp19.37 triliun pada 2019 menjadi Rp19.49 triliun pada 2020. Kondisi global dan domestik yang terdampak oleh Pandemi Covid-19 adalah salah satu penyebab rendahnya pertumbuhan kredit Perseroan. Meskipun demikian, perseroan masih berkomitmen untuk memenuhi target kinerja yang ditetapkan. Pertumbuhan Total Aset tersebut ditopang oleh pertumbuhan penyaluran kredit yang tumbuh sebesar 0,65% (yoy) dari sebesar Rp19,37 triliun pada tahun 2019 (audited) menjadi sebesar Rp19,49 triliun pada tahun 2020 (audited).
Hirawan menjelaskan, penyaluran kredit konsumer melalui aplikasi digital Pinjam Tenang atau disebut PINANG juga sudah mulai memperlihatkan hasil. PINANG adalah pinjaman berbasis digital yang merupakan produk pinjaman bank berbasis aplikasi pertama di Indonesia. “Aplikasi PINANG sudah fully digital dengan sistem digital verification, digital scoring dan digital signature. Product development PINANG dilakukan oleh BRI selaku perusahan induk, kemudian dialihkan ke Perseroan untuk dikembangkan dan dipasarkan. Pada tahun 2020, total disbursement PINANG sebesar Rp70,6 miliar dan sudah melayani debitur lebih dari 18 ribu debitur,” sebutnya.
Selain itu, kontribusi sektor agribisnis yang menjadi fokus perseroan adalah salah satu penopang pertumbuhan penyaluran kredit Perseroan. Porsi penyaluran kredit kepada sektor agribisnis sendiri tercatat sebesar 56% dengan penyaluran terbesar pada komoditas kelapa sawit.
Hirawan juga menjelaskan, selain melakukan pengembangan bisnis eksisting, BRI Agro juga saat ini tengah melakukan kolaborasi dengan berbagai Start Up dari berbagai jenis bidang bisnis, salah satunya dari bidang Financial Technology (Fintech) Services dalam upaya untuk meningkatkan penyaluran kredit kepada masyarakat melalui digital platform.
Dari sisi liabilitas, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh sebesar 8,75% (yoy) dari Rp21.14 triliun pada 2019 menjadi Rp22.99 triliun pada 2020, pertumbuhannya cukup baik dibandingkan dengan pertumbuhan BUKU II sebesar 4,47% (yoy) pada Desember 2020. Pertumbuhan DPK didorong oleh peningkatan giro dan tabungan sehingga terjadi perbaikan CASA menjadi 23,85% dari sebelumnya sebesar 14,31% pada 2019. Hal ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam menurunkan Cost of Fund (COF) yang mencapai 5,97% pada 2020 dari sebelumnya sebesar 7,02% pada 2019.
“Dari sisi profitabilitas dan kondisi ekonomi yang berdampak karena pandemi covis-19 perseroan masih mampu mencetak perolehan laba bersih dari sebesar Rp31,26 miliar pada tahun 2020. Perolehan laba bersih tersebut masih lebih baik dibandingkan dengan kondisi perbankan nasional yang mengalami koreksi penurunan laba bersih pada Desember 2020 yang diakibatkan karena adanya Pandemi Covid-19,” papar Hirawan.
Dari sisi likuiditas, rasio likuiditas (LDR) BRI Agro masih dapat terjaga pada level aman yakni sebesar 84,76% sesuai parameter yang ditetapkan oleh regulator. Selain itu, tingkat likuiditas diluar rasio LDR yaitu RIM masih tetap terjaga pada level 86,02%. Dari sisi ekuitas, BRI Agro tetap memiliki ekuitas yang solid dengan CAR sebesar 24,33% pada 2020. Angka tersebut masih jauh diatas ketentuan minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Sementatara itu, pada tahun 2020 perseroan mencatat rasio non performing loan/NPL Gross sebesar 4,97% yang menunjukkan tren penurunan dibandingkan periode sebelumnya NPL Gross sebesar 7,66% pada 2019. Sementara itu NPL Net pada 2020 sebesar 2,73% dibandingkan dengan NPL Net 2019 sebesar 4,86%.
“Di saat Pandemi Covid-19 dimana perbankan mengalami kenaikan NPL, Perseroan berhasil menurunkan NPL. Strategi yang ditempuh adalah dengan melakukan restrukturisasi dan membentuk pencadangan yang cukup solid dengan rasio NPL Coverage mendekati 103,96% pada tahun 2020 dari tahun 2019 yang berada di level 56,24%,” jelas Hirawan.