• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Jumat, November 7, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Internasional

Makanan Laut Rusia Tetap Bisa Masuk ke AS, Meskipun Diberlakukan Larangan Perang

Larangan AS atas impor makanan laut Rusia tidak menghentikan miliaran dolar masuk ke Rusia dan perangnya di Ukraina.

oleh Stella Gracia
16 April 2022 - 19:33
30
Dilihat
Makanan Laut Rusia Tetap Bisa Masuk ke AS, Meskipun Diberlakukan Larangan Perang

Mekanik Sizov, kapal pukat super milik perusahaan yang sebagian dimiliki oleh pengusaha yang diberi sanksi Gleb Frank

0
Bagikan
30
Dilihat

JAKARTA, Stabilitas.id – Perikanan merupakan bisnis besar di Rusia, yang berkaitan langsung dengan proyeksi kekuasaan laut oleh Kremlin dan Presiden Vladimir Putin. Negara ini adalah salah satu produsen makanan laut dunia dan merupaka eksportir terbesar kedelapan ke Amerika Serikat, dengan nilai penjualan lebih dari USD 1,2 miliar, dengan komoditi terbesar adalah kepiting raja (King Crab).

Namun, belum diketahui secara pasti berapa banyak ikan yang tiba di AS melalui China, yang mengirimkan USD 1,7 miliar ke AS tahun lalu. Larangan Biden untuk mengimpor dari China juga tidak meminta perusahaan untuk mencari tahu hal tersebut.

Salah satu ekspor terbesar makanan laut Rusia adalah ikan Pollock Alaska. Ikan ini adalah yang paling banyak dipanen di AS, muncul dalam segala hal mulai dari daging kepiting imitasi, hingga sandwich Filet-O-Fish McDonald’s. Setiap tahunnya, pabrik terapung raksasa di Laut Bering dan Teluk Alaska menangkap 1,5 juta ton ikan, setara dengan lebih dari empat kalo berat Empire State Building New York.

BERITA TERKAIT

Surplus Dagang Agustus 2025 Melebar Jadi US$5,49 Miliar, Ditopang Ekspor Nonmigas

Bank Indonesia: Investor China Diharapkan Manfaatkan Peluang Investasi di Indonesia

Bank Indonesia Bersinergi Hadirkan Indonesia Bisnis Forum di AS

Federal Reserve: Kenaikan Suku Bunga Selanjutnya Harus Hati-hati

Dari data perdagangan AS yang dianalisis oleh The Associated Press menunjukan bahwa importir terbesar pollock tangkapan Rusia dari China tahun lalu adalah High Liner Foods. Dibayangi peran Rusia sebagai pembangkit tenaga energi, industri makanan laut Rusia dapat berkembang sendiri dengan dukungan kuat dari Kremlin.

Dua dari pengekspor makanan laut terbesar di negara itu — Russian Fishery Co dan Russian Crab yang berbasis di Vladivostok — dimiliki oleh Gleb Frank, putra mantan menteri transportasi di era kepemimpinan Putin dan kepala pembuat kapal milik negara Sovcomflot.

Dengan pinjaman yang besar dari negara, perusahaan Frank kini berada di garis depan dalam upaya memperbarui armada tua kelautan Rusia. Tahun lalu, selama upacara Hari Angkatan Laut di galangan kapal St Petersburg, bersama dengan Putin dan 50 kapal perang yang ikut mengawasi, ia meluncurkan kapal super canggih yang mampu mengangkut 60.000 ton pollock per tahun.

Dengan adanya hal ini, Selama bertahun-tahun, para aktivis mengeluh tentang catatan buruk Rusia dalam merawat lautan. Negara ini menduduki peringkat kedua dari 152 negara dalam studi baru-baru ini tentang upaya global untuk memerangi penangkapan ikan ilegal, tidak diatur, dan tidak dilaporkan.

Pada sidang kongres tentang larangan makanan laut Rusia yang dilakukan pada bulan ini, Jared Huffman, seorang Demokrat California, memimpin seruan untuk perluasan Program Pemantauan Impor Makanan Laut NOAA, yang bertujuan untuk mencegah makanan laut ilegal memasuki rantai pasokan AS dengan melacak pengiriman dari titik tangkapan.

Dalam aturan tersebut, terdapat 13 jenis ikan yang dilarang termasuk dua diantaranya, kepiting raja merah dan Atlantic Cod tangkapan dari Rusia.

Peter Quinter, mantan pengacara Layanan Bea Cukai AS, mengatakan bahwa pemerintahan Biden dapat dengan mudah menutup celah China dengan meminta importir untuk memeriksa rantai pasokan mereka untuk memastikan tidak ada ikan mereka yang berasal dari Rusia.***

Tags: Amerika SerikatChinaIkan RusiaPerikananRusia-Ukraina
 
 
 
 
Sebelumnya

Pemerintah Buat Aturan Pemberian THR dan Gaji Ke-13 Guna Mendorong Percepatan Pemulihan Ekonomi

Selanjutnya

Pemerintah Gencarkan Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Inflasi di Atas Target, The Fed Didesak Tunda Akselerasi Pemangkasan Suku Bunga

Inflasi di Atas Target, The Fed Didesak Tunda Akselerasi Pemangkasan Suku Bunga

oleh Sandy Romualdus
3 Oktober 2025 - 11:25

Stabilitas.id – Presiden Federal Reserve Bank of Dallas, Lorie Logan, menilai langkah pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin...

Pemerintah AS Terancam Shutdown, Gedung Putih Siapkan Skema PHK Massal ASN

Pemerintah AS Terancam Shutdown, Gedung Putih Siapkan Skema PHK Massal ASN

oleh Stella Gracia
26 September 2025 - 13:13

Stabilitas.id — Pemerintah Amerika Serikat menghadapi ancaman shutdown mulai 1 Oktober 2025 setelah Kongres gagal menyepakati rancangan anggaran tahunan. Gedung...

ANZ Didenda Rp2,6 Triliun, Terbesar Sepanjang Sejarah Perbankan Australia

ANZ Didenda Rp2,6 Triliun, Terbesar Sepanjang Sejarah Perbankan Australia

oleh Sandy Romualdus
16 September 2025 - 16:33

JAKARTA, Stabilitas.id — Otoritas keuangan Australia menjatuhkan denda sebesar 240 juta dolar Australia atau setara Rp2,62 triliun kepada ANZ Group,...

Inflasi Inti AS Naik Jadi 3,1% di Juli, Tertinggi Sejak Awal 2025

Inflasi Inti AS Naik Jadi 3,1% di Juli, Tertinggi Sejak Awal 2025

oleh Stella Gracia
14 Agustus 2025 - 18:08

JAKARTA, Stabilitas.id – Inflasi inti Amerika Serikat (AS) melonjak pada Juli 2025, mencatat laju tahunan tertinggi sejak awal tahun, di...

Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon-hee Ditangkap atas Dugaan Manipulasi Saham, Intervensi Pemilu, dan Suap

Eks Ibu Negara Korsel Kim Keon-hee Ditangkap atas Dugaan Manipulasi Saham, Intervensi Pemilu, dan Suap

oleh Stella Gracia
13 Agustus 2025 - 11:19

SEOUL, Stabilitas.id – Mantan Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon-hee, resmi ditahan atas tuduhan terlibat dalam skema manipulasi harga saham,...

GROW dan Fullerton Luncurkan China Equities Fund, Targetkan Pertumbuhan Jangka Panjang di Pasar Tiongkok

GROW dan Fullerton Luncurkan China Equities Fund, Targetkan Pertumbuhan Jangka Panjang di Pasar Tiongkok

oleh Stella Gracia
13 Agustus 2025 - 10:10

JAKARTA, Stabilitas.id – GROW with Singlife bersama Fullerton Fund Management resmi meluncurkan Fullerton Lux Funds – China Equities (Class A)...

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Digitalisasi Layanan, CIMB Niaga Syariah Perkuat Ekosistem Syariah Modern

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Daftar 52 Perusahaan Asuransi dan Reasuransi Terbaik 2023

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

Ekonomi Indonesia Triwulan III 2025 Tumbuh 5,04 Persen, Ditopang Ekspor dan Belanja Pemerintah

Daisuke Ejima: Agile Ways of Working Perkuat Respons Bisnis terhadap Nasabah

BTN Private Hadir, Siap Kelola Dana Nasabah Super Kaya

Emas Tembus USD 4.356 per Ounce, HRTA Optimistis Permintaan Tetap Kuat

OJK Dorong Mahasiswa Tanamkan Nilai Integritas Lewat Student Integrity Campaign

Qlola by BRI Raih Penghargaan dalam Anugerah Inovasi Indonesia 2025

“Jaga Datamu, Lindungi Danamu”: Gerakan Nasional Cegah Penipuan Digital

OJK Dorong Penguatan Ekosistem Keuangan Syariah di Seluruh Sektor Jasa Keuangan

Purbaya ke Lulusan STAN: Kunci Sukses Bukan Kejeniusan, Tapi Ketekunan dan Integritas

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Pemerintah Gencarkan Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri

Pemerintah Gencarkan Produksi Alat Kesehatan Dalam Negeri

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance