• Redaksi
  • Iklan
  • Majalah Digital
  • Kontak Kami
Minggu, November 23, 2025
  • Login
Stabilitas
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata
No Result
View All Result
Stabilitas
No Result
View All Result
Home Kolom

Mengelola Risiko Siber dalam Industri Digital

oleh Sandy Romualdus
19 November 2021 - 11:37
124
Dilihat
Mengelola Risiko Siber dalam Industri Digital
0
Bagikan
124
Dilihat

Brigitta Ratih E Aryanti, Head of Government Affairs and Public Policy Google Cloud Indonesia

BERDASARKAN studi yang dilakukan Google bekerja sama dengan Temasek pada akhir 2020 disebutkan bahwa jumlah pengguna internet baru terus meningkat tajam dan di Asia Tenggara jumlahnya bertambah 40 juta pengguna sepanjang 2020. Peningkatan ini cukup signifikan mengingat dalam 5 tahun sebelumnya peningkatan sebesar 100 juta. Dengan pencapaian itu berarti sudah 70 persen populasi Asia Tenggara yang menggunakan internet.

Pencapaain Ini sangat dipengaruhi oleh kondisi pandemi karena masyarakat mulai mengakses berbagai kebutuhan sehari-hari dengan menggunakan beragam produk digital. Studi kami juga menemukan 1 dari 3 pengguna layanan digital baru saja menggunakan layanan tersebut sejak terjadinya pandemi. Seiring dengan itu pertumbuhan ekonomi digital di indonesia juga terus meningkat. Jadi nilai ekonomi digital di Indonesia telah mencapai 44 miliar dollar AS pada 2020 dan akan terus meningkat sampai 124 miliar dollar AS pada 2025.

Salah satu enabler penting yang memungkinkan perkembangan industri digital dalam sektor industri adalah penggunaan cloud. Seiring pertumbuhan teknologi didgital semua sektor mulai adopsi cloud untk mempercepat transformasi digital di perusahaannya. Studi IDC memperkirakan tahun 2022 setidaknya 70 persen perusahaan akan menggunakan cloud baik private maupun public cloud. Pada 2024 diperkirakan akan lebih dari 50 persen anggaran IT akan difokuskan pada transformasi dan inovas digital dan pada 2025, setidaknya 90 persen aplikasi perusahaan baru akan memanfaatkan artificial intelligence (AI).

BERITA TERKAIT

Ratusan Pinjol Ilegal Dibongkar, Satgas PASTI Soroti Modus Penipuan AI

Danamon Imbau Nasabah #JanganKasihCelah Lawan Penipuan AI Deepfake

Risk and Governance Summit 2025: OJK Dorong Tata Kelola Adaptif di Era Digital

LPS: Pemahaman Risiko Serangan Siber Perlu Didorong di Era Digitalisasi

Perubahan ini tidak hanya di sektor swasta saja tapi juga akan dan terus terjadi di sektor pemerintah atau sektor publik. Kami juga mengadakan survei pada 1.300 pimpinan di jasa keuangan di 10 negara termasuk Indonesia dan studi ini menemukan sebagian besar jasa keuangan sudah mulai manfaatkan public cloud. Jumlahnya rerata 88 persen perusahaan jasa keuangan sudah manfaatkan cloud sebagai bagian dari infrastruktur komputasi mereka. Tapi memang di antara penggunaan hybrid cloud (kombinasi private dan public cloud) masih sangat mendominasi.

Dari perusahaan jasa keuangan yang sudah mengadopsi cloud tersebut kita juga terus zoom in dan analisis berapa persen workload data yang sudah dimigrasikan ke cloud. Dan rata-rata sudah lebih dari 40 persen workload jasa keuangan yang sudah dipindahkan. Di Indonesia, hasil survey menunjukkan 44 persen sudah migrasi ke cloud dan menariknya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di kawasan asia pasifik.

Manfaat utama cloud dalam transformasi digital ada empat. Pertama, on demand access. Jasa-jasa yang kita akses hanya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Untuk cloud juga sama , untuk perusahaan juga on demand access artinya sumber daya dan layanan bisa dideploy dengan cepat tanpa perluu dari IT sehingga perusahaan lebih bisa scale up secara fleksibel.

Kedua adalah shared IT services. Layanan IT yang ada bisa dibagi pakai bersama, ini memungkinkan efisiensi biaya karena layanan bisa diutilisasi dengan lebih baik dan perusahaan bisa memanfaatkan keahlian cloud provider dalam bidang manajemen IT, cyber security sehingga sumber daya perusahaan bisa fokus pada tujuan bisnis yang lebih penting.

Ketiga, bisa diakses selama ada koneksi internet. Jadi perusahaan bisa memanfaatkan jaringan global sehingga bisa mengurangi latency dan meningkatkan  ketahanan operasional misal untuk pemulihan bencana dan backup data.

Keempat. Sistem pay as you go. Pembayaran hanya sesuai yang digunakan oleh perusahaan. Sehingga bisa hemat biaya secara signifikan. Degan keempat manfaat ini diharapkan perusahaan juga bertransformasi digital dan scaling up lebih cepat.

Beberapa risiko operasional yang sering ditemui dalam industri digital ini berkembang seiring dengan penggunaan teknologi digital dalam berbagai sektor industri. Ada cyber security, ada juga risiko pandemic. Jadi bagaimana perusahaan mempertahankan bisnis saat harus social distancing. Juga ada risiko lingkungan hidup dan infrastruktur karena ada perubahan iklim, ada juga risiko geopolitik dan juga risiko teknologi.

Dengan adanya risiko operasional tersebut, teknologi cloud juga bisa meningkatkan operational resilience yaitu kemampuan perusahaan kelola berbagai risiko secara efektif. Jadi bisa dilihat dari aksesibilitas yang lebih baik, dengn memanfaatkan cloud, layanan bisa diakses dari berbagai perangkat dan lokasi manapun selama memiliki akses internet, kemudian efisiensi biaya karena bisa melayani berbagai klien.

Kemudian demand scalability, cloud menyediakan platform yang  fleksibel dan dapat berkembang  dan mengecil sesuai kebutuhan klien. Always on availability karena data hampir tidak pernah offline dan dapat diakses kapanpun selama ada internet dan keamanan yang lebih baik. Penyedia cloud bisa memonitor lebih seksama keamanan dari data cloud daripada yang dilakukan dengan monitoring in house oleh bagian IT dari perusahaan itu.

Dari sekian banyak risiko operasional yang ada, ancaman siber jumlahnya terus meningkat. Sepanjang Januari-Juli, sebanyak 741 juta anomaly trafik yang bisa disebut juga serangan siber. Bahkan samai September sudah mencapai 921 juta terjadi ancaman keamanan siber di Indonesia. Meningkat sangat signifikan dibanding 290 juta pada 2019.

Dengan terus meningkatnya ancaman keamanan siber, bagaimana kami mengelola keamanan siber sekaligus melindungi miliaran penggunanya. Setiap produk Google didesign untuk memperhatikan keamanannya.

Setiap hari di layanan Google search saja kami sudah memblokir lebih dari 25 miliar halaman spam. Di Gmail, kami juga sudah mencegah 100 juta upaya phising, dari sisi goggle play kami sudah melakukan security scan daari 100 miliar install app, dari goggle photo kami suda mengenkripsi 4 miliar foto baru yang diubah.

Kami di Google cloud dan di Google secara keseluruhan memiliki beberapa prinsip dasar yang harus dipegang teguh. Di antaranya adalah, datamu adalah milikmu bukan milik Google, kami tidak pernah menjual data konsumen ke pihak ketiga atau untuk iklan, kami menjaga datamu dari akses orang dalam, praktik kerahasiaan data kami diaudit dengan standar internasional.

Bagaimana Google cloud membantu dalam aspek keamanan? Pertama kami menyediakan proteksi dengan infrastruktur mendasar yang secure by defaut, artinya didesain, dibangun dan dioperasikan dengan mengedepankan aspek keamanan.

Kedua, kami juga memberikan berbagai pilihan pengendalian sehingga memenuhi ketentuan peraturan kebijakan ataupun tujuan bisnis perusahaan. Ketiga, kami juga berusahaan memenuhi ketentuan-ketentuan regulasi dan berusaha meningkatkan kapabilitas untuk membantu agar klien patuh dan tunduk pada regulator setempat.***

*) Disari dari materi pada Virtual Seminar #58 LPPI : Mengelola Risiko Siber Dalam Industri Digital. Paparan lengkapnya dapat disimak melalui Kanal Youtube LPPI pada link berikut : https://www.youtube.com/watch?v=2jEzcMpSjvU

Tags: #Google IndonesiaBrigitta Ratih E AryantiGoogle Cloud IndonesiaIndustri DigitalKejahatan SiberMengelola Risiko SiberRisiko Siber
 
 
 
 
Sebelumnya

Kedisiplinan yang Berbuah Manis

Selanjutnya

Mengantisipasi Tren Pengunduran Diri

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

BACA JUGA

Related Posts

Penurunan Mendalam Pasar Saham Indonesia 18 Maret 2025

Penurunan Mendalam Pasar Saham Indonesia 18 Maret 2025

oleh Sandy Romualdus
21 Maret 2025 - 09:16

Oleh : Dr. Katarina Setiawan, Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Tanggal 18 Maret 2025 pasar...

Serangan Hacker terhadap Pusat Data Nasional: Sebuah Renungan Bernegara

Serangan Hacker terhadap Pusat Data Nasional: Sebuah Renungan Bernegara

oleh Stella Gracia
26 Juni 2024 - 15:05

Oleh Achmad Nur Hidayat, Pakar Kebijakan Publik dan Ekonom UPN Veteran Jakarta Baru-baru ini, Indonesia dikejutkan oleh serangan siber besar-besaran...

Praktik Sustainable: Harapan Besar pada Bank

Praktik Sustainable: Harapan Besar pada Bank

oleh Sandy Romualdus
21 September 2023 - 16:34

Oleh Ahmed Zulfikar, Relationship Manager LPPI SAAT ini isu perubahan iklim telah menjadi topik hangat yang hampir selalu dibahas dalam...

Strategi Penerapan Keamanan Siber di Perbankan

Strategi Penerapan Keamanan Siber di Perbankan

oleh Sandy Romualdus
11 Agustus 2023 - 12:32

Oleh : Novita Yuniarti, Assistant Programmer LPPI SERANGAN siber memiliki dampak yang serius dan menjadi isu kritis dalam digitalisasi keuangan...

Kilas Balik Pandemi COVID-19: Strategi Cermat India yang Terhambat Sistem Pasar Obat-Obatan Dunia

Kilas Balik Pandemi COVID-19: Strategi Cermat India yang Terhambat Sistem Pasar Obat-Obatan Dunia

oleh Sandy Romualdus
3 Juni 2023 - 20:20

Oleh : Baiq Shafira Salsabila, Diospyros Pieter Raphael Suitela, Muhammad Faiz Ramadhan * INDIA adalah salah satu negara berkembang dengan industri farmasi terbesar...

Fenomena Bank Digital: Tren Naik, Harus Diimbangi dengan Literasi Digital

Transformasi Digital vs Literasi Digital

oleh Sandy Romualdus
14 Februari 2023 - 08:10

Oleh Danal Meizantaka Daeanza - Assistant Programmer LPPI Perubahan yang terjadi di dunia selama satu dekade belakangan ini sangat signifikan....

E-MAGAZINE

TERPOPULER

  • Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    Manajemen Kinerja Kualitatif vs Kuantitatif

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Harga BBM Oktober 2025: Pertamina Naikkan Dexlite dan Pertamina Dex, Subsidi Tetap

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kasus Scam di Indonesia Tertinggi di Dunia, Capai 274 Ribu Laporan dalam Setahun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • WIKA Umumkan Gagal Bayar Surat Utang Jumbo Rp4,64 Triliun

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Diteror Debt Collector, Nasabah Seret Aplikasi Pinjol AdaKami ke Pengadilan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 106 Perusahaan Asuransi Raih Predikat Market Leaders 2025 Versi Media Asuransi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Bank BJB Kehilangan Putra Kandungnya: Yusuf Saadudin, Pemimpin Berintegritas yang Menggerakkan Transformasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
 

Terbaru

BNI Dorong Prestasi Dunia, Indonesia Gelar 2 All Indonesian Final Australia Open 2025

Transformasi Pembayaran Digital: Visa–DANA Hadirkan Interoperabilitas Penuh Ekosistem QRIS

Akselerasi Program 3 Juta Rumah, Bank Mandiri dan Kementerian PKP Sosialisasi Kredit Program Perumahan di Tangerang

CIMB Niaga Kucurkan Sustainability-Linked Loan Rp117 Miliar ke Anak Usaha Ever Shine Tex

SIG Sabet Juara 1 Industrial Cyberdrill Exercise 2025 Gelaran BSSN

CIMB Niaga Edukasi Nasabah Surabaya Lewat Wealth Xpo: Dari Bisnis Next Gen hingga Warisan Kekayaan

Pendapatan Menguat, Belanja Naik: Defisit APBN Rp479,7 Triliun Tetap dalam Jalur Aman

Cari Inovasi Perumahan, BTN Housingpreneur Roadshow di USU Medan

Wärtsilä Dorong Stabilitas Listrik RI dan Kesiapan Pusat Data AI Lewat Teknologi Mesin Fleksibel

STABILITAS CHANNEL

Selanjutnya
Mengantisipasi Tren Pengunduran Diri

Mengantisipasi Tren Pengunduran Diri

  • Advertorial
  • Berita Foto
  • BUMN
  • Bursa
  • Ekonomi
  • Eksmud
  • Figur
  • Info Otoritas
  • Internasional
  • Interview
  • Keuangan
  • Kolom
  • Laporan Utama
  • Liputan Khusus
  • Manajemen Resiko
  • Perbankan
  • Portofolio
  • Resensi Buku
  • Riset
  • Sektor Riil
  • Seremonial
  • Syariah
  • Teknologi
  • Travel & Resto
  • UKM
  • Redaksi
  • Iklan
  • Pesan Majalah
  • Kontak Kami
logo-footer

Copyright © 2021 – Stabilitas

Find and Follow Us

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Home
  • Laporan Utama
  • Ekonomi
  • Perbankan
  • Keuangan
  • BUMN
  • Syariah
  • UKM
  • Internasional
  • Liputan Khusus
  • Lainnya
    • Advetorial
    • SNAPSHOT
    • Eksmud
    • Figur
    • Info Otoritas
    • Interview
    • Kolom
    • Manajemen Risiko
    • Resensi Buku
    • Riset
    • Sektor Riil
    • Teknologi
    • Pariwisata

Copyright © 2021 Stabilitas - Governance, Risk Management & Compliance