Berbicara mata uang yang paling ‘panas’ saat ini, dollar AS, euro atau poundsterling bukan lagi jagoannya. Muncul nama bitcoin, sebuah mata uang digital yang mulai menyeruak karena nilai tukarnya yang meroket dalam dua tahun terakhir.
Awal Januari ini, kurs bitcoin berada di level Rp12 juta per kepingnya. Pada akhir tahun 2013, nilainya sempat anjlok ke level Rp6 juta setelah otoritas moneter China melarang keras penggunaan mata uang virtual tersebut. Sementara itu pada awal Februari, nilai tukar 1 btc (pecahan terkecil bitcoin) berada di level Rp10.600-an.
Meski begitu, ada juga pecahan yang lebih kecil dari bitcoin yang didapat dari ‘menambang’, misalnya 0,01 BTC yang dikenal sebagai “centibit”, dan 0,001
BTC yang disebut “milibit”.
Di Indonesia, bitcoin memang belum setenar di China, Amerika Serikat, atau India. Namun begitu bukan berarti tak ada peminat di Tanah Air. Di Indonesia, ada beberapa trader dan miner Bitcoin, salah satunya Oscar Darmawan. “Di Indonesia ada kok beberapa trader dan miner bitcoin, salah satunya ya saya,” kata Oscar Darmawan, CEO Bitcoin Indonesia.
Bitcoin Indonesia yang berada di bawah kepemimpinan Oscar dan dua temannya, memang menjadi wadah bagi para pemburu bitcoin di Tanah Air. Keduanya melayani penjualan dan pembelian bitcoin melalui laman resmi yang dikelolanya sekaligus menjadi toko online mereka.
Oscar mengatakan, bitcoin bisa dimiliki siapa saja. Untuk mendapatkannya bisa dengan cara instan dengan membeli dari pedagang bitcoin, atau dengan cara mencari dengan bantuan piranti lunak alias software.
Bitcoin dihasilkan oleh software khusus bersifat open source yang memberikan kombinasi angka di mana seorang pengguna akan diberikan bitcoin jika mampu menebak algoritma angka tersebut. Sebanyak 25 bitcoin dihasilkan di seluruh dunia tiap 10 menit.
Untuk mendapatkan atau menambang bitcoin melibatkan komputasi algoritma yang membutuhkan komputer dengan kecepatan algoritma tinggi. Karena itu, tidak sembarang komputer bisa dipakai untuk melakukan kegiatan yang disebut “menambang” bitcoin ini. Penggunaan komputer biasa bisa-bisa hanya menghabiskan listrik, sementara tidak satupun bitcoin dihasilkan. Komputer biasa dengan prosesor quad core atau prosesor sekelas Intel pentium i7 pun belum cukup kuat untuk menambang mata uang virtual itu.
Dikarenakan tingkat kesulitan “menambang” bitcoin yang semakin lama semakin meningkat, diperlukan semacam komputer khusus yang menyesaikan proses penambangan dengan cepat dibanding desktop biasa. Komputer ini pun tak harus besar dan mahal. Ada pula yang berbentuk dongle USB. “Alatnya ada, yang bikin orang Indonesia, dan software-nya bisa di-download gratis,” jelas Oscar.
Alat yang dimaksud Oscar adalah sebuah dongle USB bernama Redfurry, dengan papan PCB yang dibiarkan telanjang. Di situ terdapat beberapa chip, dan dua tombol untuk melakukan reset. Alat khusus berukuran 6×3 berbentuk USB tersebut digunakan untuk menambah kemampuan algoritma komputer. Dengan alat tersebut pengguna bisa mengumpulkan bitcoin hingga 0,0019 dalam waktu 24 jam. Alat tersebut bisa didapatkan melalui forum jual beli online atau komunitas.
Redfurry adalah USB penambang Bitcoin yang diklaim tercepat di dunia dengan daya komputasi sebesar 2,5 Gigahash (kemampuan menyelesaikan perhitungan matematika yang dijadikan tolak ukur kinerja miner bitcoin). Alat ini diciptakan oleh orang Indonesia, Tiyo Triyanto, seorang anggota Indonesian Bitcoin Commmunity (IBC).
Rahasia kecepatan Redfurry terletak pada chip ASIC (application-specific integrated circuit) yang khusus menangani urusan mining Bitcoin. ASIC, kata Tiyo, memiliki kinerja yang lebih mumpuni dan lebih hemat listrik dibandingkan solusi penambangan Bitcoin lainnya.
“Dulu, yang paling cepat adalah produk sejenis dari China dengan 0,3 Gigahash, tapi kini Redfurry yang tertinggi,” jelas Tiyo. Untuk memakainya, pengguna tinggal menghubungkan Redfurry ke komputer melalui port USB, kemudian menjalankan program mining. “Komputernya tak harus kencang, cukup netbook atau sejenis agar hemat listrik,” katanya lagi.
“Sebelum ASIC, orang-orang menggunakan CPU, lalu rangkaian GPU berukuran besar, kemudian setelah itu FPGA. Kini untuk memperoleh kinerja serupa cukup dengan ASIC yang kecil,” ungkap Tiyo..
Seberapa cepat Redfurry menambang bitcoin? Untuk memberi gambaran, Tiyo mengkonversi nilai mata uang virtual itu ke rupiah. “Apabila dijalankan selama sebulan tanpa berhenti, maka Redfurry bisa menghasilkan bitcoin senilai Rp300.000 dengan asumsi 1 bitcoin (BTC) bernilai 800 dollar AS,” paparnya.
Bitcoin memang dipecah-pecah menjadi unit yang kecil, misalnya 0,01 BTC yang dikenal sebagai “centibit”, dan 0,001 BTC yang disebut “milibit”. Hal tersebut diperlukan karena nilai bitcoin yang bisa menyentuh angka ribuan dollar AS belakangan ini membuat kurang praktis untuk dipakai dalam transaksi bernilai kecil.
Meski bentuknya kecil, harga Redfurry terbilang tidak murah. Satu unit Redfurry dihargai Rp1,5 juta. Alat menambang ini bisa diperoleh lewat sejumlah reseller dan forum jual beli online atau komunitas.
“Anda tinggal instal software bitcoin, dan masukkan alat Redfurry ini ke slot USB Anda. Biarkan komputer bekerja. Jika dibiarkan menyala 24 jam selama sebulan, Anda bisa mendapatkan Rp300.000 dengan satu unit Redfurry. Semakin banyak atau alat yang Anda gunakan, maka semakin mudah mendapatkan bitcoin. Sebelumnya ada pembeli yang beli sekaligus 100 unit. Dipasang di komputernya. Dia bisa mendapatkan Rp30 juta per bulan hanya dengan membiarkan komputernya menyala 24 jam penuh selama sebulan,” cerita Tiyo.
Dia mengatakan, alat penambang bitcoin yang diciptakannya tersebut, baru dijualnya mulai Oktober tahun lalu. Namun sudah meraup penjualan sekitar 10.000 unit.
“Bulan Oktober 2013, saya produksi 3.000 unit. Sold out dalam waktu 20 hari. Bulan Desember, saya produksi 7.000 unit, dan terjual habis dalam lima hari,” ujar mantan mahasiswa kedokteran tersebut. Kendati memproduksi perangkat bitcoin miner di Indonesia, Tiyo mengaku sebagian besar pembeli Redfurry datang dari luar negeri. “Mungkin hanya 10 persen pembeli di Indonesia. Bitcoin memang lebih marak di luar dan belum begitu dikenal di sini, ” katanya sembari mengatakan, untuk membuat alat tersebut, dirinya masih mengimpor beberapa komponen dari luar negeri, termasuk mencari sampai ke Pantai Gading.
Proof-of-Work Bitcoin
Sekali lagi, untuk memperoleh bitcoin, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan membeli bitcoin secara langsung di bursa atau agen, maupun dengan melakukan “penambangan” di jaringan bitcoin. Untuk menambang, hampir semua orang yang memiliki perangkat lunak bisa mendapatkan mata uang yang didirikan pada 2009 oleh seorang individu atau kelompok misterius dengan nama samaran Satoshi Nakamoto.
Bahkan pseudoname itu juga membeberkan cara mendapatkannya dalam sebuah proposal yang dia buat sendiri dan dia perkenalkan kepada komunitas-komunitas dunia maya. Caranya dengan menyelesaikan rumus matematika untuk menemukan blok kode (terdiri dari 34 karakter alfa numerik) bitcoin yang tersembunyi. Proses ini seperti permainan lotere.
Pertama-tama para penambang harus menemukan nonce yang tepat, sehingga hash yang dihasilkan akan diawali dengan sejumlah tertentu angka 0. Nonce adalah sebuah angka acak yang ditambahkan ke dalam block untuk menghasilkan hash. Penambang yang berhasil menemukan nonce tersebut dan membentuk block transaksi untuk pertama kali, akan memperoleh 25 bitcoin (ketentuan ini berlaku pada 2013-2016).
Penambang kemudian harus menyimpan salinan block header dari rantai proof-of-work terpanjang. Rantai ini didapatkan dari node-node yang terhubung dengan jaringan komputer bitcoin.
Bitcoin sendiri sejak awal dirancang agar hanya bisa diproduksi dalam jumlah terbatas sebanyak 21 juta keping. Saat ini sudah sekitar setemgah dari angka tersebut yang ditambang dan beredar. Seiring waktu, Bitcoin diprediksi seudah tak bisa “digali” pada tahun 2140.
Memang terlihat sangat sulit dan rumit. Namun mekanisme menambang tersebut menjamin akan memberikan bitcoin baru kepada penambang setiap 10 menit. Pada saat awal-awal diperkenalkan, pengguna baru bisa mendapatkan 50 bitcoin, sekarang hanya pada kisaran 25. Jumlah itu akan terus turun sampai seluruh bitcoin yang beredar mencapai 21 juta ‘keping’ (diperkirakan akan terjadi di tahun 2140). Umumnya, penambangan saat ini dilakukan oleh beberapa penambang yang bergabung dalam kelompok tertentu (node/guild). Bitcoin yang dihasilkan oleh kelompok itu akan dibagikan ke anggotanya sesuai kesepakatan.
Blok kode disebut juga dengan kode khusus atau ‘private key’. Satu kode dapat bernilai satu bitcoin. Kode yang sudah didapatkan dan dijadikan Bitcoin tidak dapat digunakan lagi oleh siapapun. Private key yang unik dimiliki setiap pengguna bitcoin digunakan untuk menandatangani transaksi secara digital. Selain sebagai bukti bahwa transaksi memang dilakukan oleh pemilik dompet yang bersangkutan, proses itu juga mencegah manipulasi pada transaksi setelah terjadi.
Kemudian baris kode disimpan didalam ‘wallet’ atau dompet digital yang dapat diintegrasikan pada sistem cloud, flashdisk, maupun komputer lokal. Bagi pengguna baru, dompet digital ini dapat diinstall secara gratis melalui komputer atau perangkat bergerak.
Ada tiga jenis dompet yaitu dompet perangkat lunak (diinstal pada komputer), mobile wallet (yang berada pada perangkat mobile) atau dompet web (terletak di situs penyedia layanan host bitcoin).
Wallet dinilai lebih nyata dibandingkan rekening bank yang hanya berupa angka. File wallet sama seperti file pada umumnya yang bisa dipindahkan dan simpan pada berbagai perangkat. Bahkan bisa diduplikasi, namun bukan berarti uang yang ada didalamnya terduplikasi pula.
Setelah mempunyai alamat bitcoin dan mendapatkanya. pengguna dapat menggunakannya untuk transaksi online dengan perusahaan yang menerima bitcoin sebagai alat pembayaran. Saat terjadi transaksi, perpindahan nilai dari satu dompet ke dompet lain, dompet bitcoin akan menghitung sisa saldo pengguna. Seperti uang fisik, transaksi yang sudah dilakukan tidak bisa dibatalkan sepihak. Ini berbeda dengan kartu kredit yang memungkinkan pembatalan transaksi oleh bank.
Transaksi biasanya berlangsung dalam hitungan detik, tapi verifikasi dapat memakan waktu 10 menit atau lebih. Mengapa verifikasi transaksi atau konfirmasi membutuhkan waktu begitu lama? Karena algoritma kompleks yang terlibat dalam Bitcoin butuh waktu untuk menyelesaikannya.
Perlu diketahui, dompet digital tidak dilengkapi dengan asuransi. Persoalan yang bisa muncul kemudian bila baris kode ini dicuri, hilang, terserang virus, atau tidak sengaja terhapus, tidak aka nada yang menanggung kerugiannya. Apabila itu terjadi, maka semua bitcoin yang terasosiasi dengan private key tersebut akan raib selamanya. Begitu juga dengan private key yang disimpan dalam ‘cold storage’ (komputer atau media penyimpanan yang tak terkoneksi ke internet).
Kasus seperti pernah menimpa Inputs.io, penyedia wallet online tersebut November lalu dibobol hacker sehingga mengakibatkan para ‘nasabah’ kehilangan Bitcoin senilai 1,2 juta dollar AS.
Untuk mengurangi risiko seperti itu, CEO Bitcoin Indonesia Oscar Darmawan sedikit berbagi tips. Pengelola salah satu bursa Bitcoin terbesar di Indonesia ini mengungkapkan, untuk menghindari hilangnya private key, ia mencetaknya (prin-out) kemudian disimpan dalam safe deposit box, sebuah layanan penyimpanan di bank. “Agar aman, cetakan tersebut kami simpan dalam safety deposit box,” kata Oscar.
Kemudian untuk melindungi wallet online, password yang kuat bisa digunakan. Dapat pula ditambah layanan otentikasi dua-faktor macam Google Authenticator yang seringkali ditawarkan oleh dompet berbasis web. Backup wallet juga diperlukan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan server bermasalah atau komputer hard disk rusak.