Ada kalanya sesuatu yang baru, melejit popularitasnya. Namun seringkali juga, setelah itu tersungkur, diacuhkan waktu. Bitcoin sedang menikmati yang pertama. Sejak awal muncul pada 2009, ketenaran mata uang digital ini melonjak tahun lalu, berbarengan dengan meroketnya nilai tukarnya atas dollar AS. Saat itu juga, banyak orang berbondong-bondong mendapatkan bitcoin, dan menjajakinya sebagai alat investasi.
Bahkan kini sudah mulai banyak merchant atau barang dan jasa yang menerima pembayaran menggunakan bitcoin. Di Amerika Serikat sudah ada hotel yang melakukan transaksi menggunakan bitcoin. Golden Gate Hotel & Casino dan D Hotel & Casino adalah dua tempat yang berada di Las Vegas, AS yang menerima bitcoin sebagai alat pembayaran untuk kamar hotel. Tidak hanya untuk pembayaran hotel, uang virtual tersebut juga diterima untuk pembayaran restoran yang terdapat di dua hotel itu. Di Australia malah beberapa pedagang ritel juga sudah bersedia menerima mata uang tersebut.
Dalam waktu yang cukup singkat, mata uang yang tadinya hanya berlaku di kalangan gamer atau ‘kutu internet’, kini penggunaannya makin meluas.
Namun demikian, jika bitcoin tidak memiliki bentuk fisik dan tidak di-back-up dengan uang yang berlaku selama ini, bagaimana ia bisa memperlancar transaksi? Lagipula, bagi masyarakat kebanyakan, dengan sifatnya sebagai cryptocurrency, siapa yang menjamin uang tersebut jika ada masalah di kemudian hari?
Menurut riset yang dilakukan Bank Indonesia November tahun lalu, dalam bertransaksi dengan bitcoin digunakan public-key cryptogtaphy. Kriptografi merupakan ilmu yang mempelajari teknik-teknik matematika yang berhubungan dengan aspek keamanan atau kerahasiaan informasi. Sebuah bitcoin berisi public-key pemilik.
Ketika koin ditransfer dari pengguna A ke pengguna B, A menambahkan public-key B ke bitcoin tersebut, dan bitcoin tersebut di-sign dengan menggunakan private-key pengguna A. Sekarang bitcoin tersebut menjadi milik B dan B dapat mentransfer bitcoinnya kepada pihak lain lebih lanjut.
Untuk mencegah terjadinya double spending, yaitu penggunaan bitcoin yang sama untuk bertransaksi lebih dari sekali, dibuatlah sebuah public list dari semua transaksi yang telah terjadi yang di-maintain oleh jaringan bitcoin secara kolektif. “Sebelum transaksi, validitas bitcoin akan diperiksa terlebih dahulu menggunakan public list tersebut,” begitu bunyi riset tersebut.
Selain itu, meski bersifat cryptocurrency, bitcoin dinilai tetap memiliki ‘pihak’ yang mengatur peredarannya. Jika pada transaksi mata uang konvensional, yang mengatur dan menjaminnya adalah regulasi, yang dikeluarkan oleh otoritas moneter, seperti Bank Indonesia bila di Indonesia. Sementara itu, pengaturan yang ada pada bitcoin, terjalin melalui sistem algoritma kriptografi yang rumit. Boleh dibilang sistem itulah yang menjadi ‘bank sentralnya’ bitcoin Teknik ini digunakan untuk menjamin proses transaksi dan pencatatan berjalan sesuai aturan dan aman. Kriptografi juga dipakai sebagai alat pengatur supply dan demand dari nilai mata uang tersebut. Dengan begitu, dapat dikatakan, seluruh proses yang ada pada seluruh transaksi bitcoin sudah diatur oleh algoritma matematis secara otomatis.
Hal itu pula yang membuat transaksi menggunakan mata uang tersebut tidak memerlukan perantara seperti bank, sehingga tidak dikenakan biaya administrasi. Penggunanya juga tidak perlu mencantumkan identitas asli saat bertransaksi. Singkatnya, peraturan yang biasanya diberlakukan dalam transaksi menggunakan mata uang konvensional tidak berlaku buat bitcoin.
Selain itu, dalam sistem bitcoin, dan mata uang digital lainnya juga dikenal istilah wallet atau dompet digital untuk menyimpan uang. Di dalam wallet itu disimpan apa yang disebut bitcoin address. Itu adalah ID yang digunakan untuk transaksi dengan orang lain, konsepnya sama seperti surat elektronik yang digunakan untuk transaksi digital seperti paypal.
Jika seseorang ingin transfer bitcoin ke orang lain, orang itu harus mendapatkan bitcoin address dari lawan transaksinya. Sebagai contoh sebuah bitcoin address 1BLpUq4EEMLUAPz8 Dgkzo8ZpBXRawVQ2uU. ID ini bisa di-generate sebanyak mungkin di dalam wallet.
Baris kode itu dapat diintegrasikan pada sistem cloud, flashdisk, maupun komputer lokal. Bagi pengguna baru, dompet digital ini dapat diinstal secara gratis melalui komputer atau perangkat bergerak.
Dompet tersebut dinilai berwujud lebih nyata dibandingkan rekening bank yang hanya berupa angka. File wallet sama seperti file pada umumnya yang bisa dipindahkan dan simpan pada berbagai perangkat. Bahkan bisa diduplikasi, namun bukan berarti uang yang ada didalamnya terduplikasi pula.
Setelah mempunyai alamat bitcoin, pengguna dapat menggunakannya untuk transaksi online dengan perusahaan yang menerima bitcoin sebagai alat pembayaran. Saat terjadi transaksi, perpindahan nilai dari satu dompet ke dompet lain, dompet bitcoin akan menghitung sisa saldo pengguna. Seperti uang fisik, transaksi yang sudah dilakukan tidak bisa dibatalkan sepihak. Ini berbeda dengan kartu kredit yang memungkinkan pembatalan transaksi oleh bank.
Transaksi biasanya berlangsung dalam hitungan detik, tapi verifikasi dapat memakan waktu 10 menit atau lebih. Mengapa verifikasi transaksi atau konfirmasi membutuhkan waktu begitu lama? Karena algoritma kompleks yang terlibat dalam Bitcoin butuh waktu untuk menyelesaikannya.
Perlu diketahui, dompet digital tidak dilengkapi dengan asuransi. Persoalan yang bisa muncul kemudian bila baris kode ini dicuri, hilang, terserang virus, atau tidak sengaja terhapus, tidak aka nada yang menanggung kerugiannya.
ATMATM Bitcoin
Akan tetapi, meski sudah bisa digunakan untuk membeli beberapa barang dan jasa, belum ada pihak yang mau menguangkan bitcoin atau bertindak sebagai money changer. Orang-orang yang memiliki bitcoin dari hasil menambang (mining: sebutan untuk para geek yang berupaya mendapatkan bitcoin dari internet), hanya bisa menggunakannya untuk membeli sesuatu, tidak untuk ditukar uang.
Namun tantangan tersebut tampaknya akan terus dijawab oleh para pengguna, pelaku dan pendukung bitcoin. Seperti yang baru saja terwujud di Australia. Di Negeri Kangguru itu, mulai bulan lalu para pemilik bisa menguangkan bitcoin yang dipegangnya di alat penukar otomatis seperti ATM.
Tak tanggung-tanggung, pelaku bisnis bitcoin di sana kabarnya akan memasang 100 mesin tarik uang untuk bitcoin di seluruh Australia.
Seperti dikutip dari Gizmodo, ATM yang disediakan oleh Australian Bitcoin ATM ini tidak hanya melayani penukaran uang tunai menjadi bitcoin, tapi juga mencairkan mata uang digital itu menjadi uang fisik dengan cara cepat.
Pimpinan Australian Bitcoin ATM dalam wawancaranya dengan ABC menyatakan, cara kerja ATM ini tidak jauh berbeda dengan ATM konvensional. Nasabah tinggal memilih berapa banyak bitcoin yang ingin mereka lepas dan nanti akan keluar uang tunai sesuai dengan nilai tukarnya.
ATM ini juga menerima setoran tunai untuk pembelian bitcoin. Nasabah tinggal masukan uang ke dalam ATM, dan tak lama kemudian akan mendapatkan besaran bitcoin sesuai dengan nilai tukar yang berlaku.
Sebelumnya, ATM Bitcoin juga hadir di Hong Kong akhir Januari lalu. Mesin tersebut akan disediakan oleh perusahaan perangkat lunak asal Amerika Serikat (AS), Robocoin.
Mesin ini juga akan dipasarkan kepada operator lain, seperti bank atau institusi keuangan lainnya yang berminat. Sehingga pembelian dan pencairan Bitcoin menjadi uang tunai bisa dilakukan dengan cepat dan mudah.
Sementara itu ATM Bitcoin pertama di dunia berada di Toronto, Kanada. ATM Bitcoin pertama di dunia ini terletak di 64 Spadina Avenue, di atas lahan perkantoran seluas 5.500 kaki persegi milik Bitcoin Decentral, sebuah perusahaan penambang Bitcoin di Kanada. ATM ini dibangun oleh perusahaan asal Ottawa bernama BitAccess. ATM ini diperkenalkan kepada publik pada 1 Januari 2014. Namun demikian mesin ATM bitcoin pertama itu belum bisa melayani pencairan uang tunai.
Hadirnya mesin-mesin itu akan makin memperkuat pendukung bitcoin, bahwa mata uang tidak melulu berpotensi untuk transaksi ilegal.
Berkat LinkUMKM BRI Pengusaha Ini Kembangkan Produk dan Perluas Skala Usaha
JAKARTA, Stabilitas.id – BRI terus menunjukkan komitmennya dalam melakukan pemberdayaan dan pendampingan bagi pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)...