JAKARTA, Stabilitas.id – Inflasi Indonesia diperkirakan akan tinggi hingga akhir tahun didorong oleh krisis pangan global, terutama sektor hortikultura dan ikan segar. Krisis ini terjadi karena adanya perubahan iklim yang terjadi secara besar-besaran.
Hal ini diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad dalam Virsem LPPI pada Kamis (4/8/22).
“Kalau kita amati di daerah-daerah itu banyak terjadi hujan yang seharusnya di semester II-2022 ini sudah mulai kering dan masih terjadi (hujan). Saat ini terjadi deflasi minyak goreng, bawang putih, telur ayam dan aneka sayuran,” ungkap Tauhid.
Menurutnya, penyebab inflasi yang semakin tinggi dikarenakan persoalan kebijakan yang diputuskan pemerintah yaitu pelarangan ekspor CPO.
“Itu memang pada awalnya justru menjadi inflasi yang semakin tinggi,” jelasnya.
Meskipun begitu, saat ini sudah semakin menurun ketika larangan ekspor sudah dicabut dan adanya kebijakan DMO dan DPO.
“Problemnya adalah pada inflasi pada harga bergejolak ini tidak akan sederhana mungkin kita atasi dalam jangka pendek karena problemnya adalah problem iklim,” ungkapnya.
Perkiraan sampai akhir tahun 2022 curah hujan lebih tinggi dari biasanya, tetapi disaat yang bersamaan juga akan terjadi suhu rata-rata bulanan meningkat sampai akhir tahun.
“Terjadi anomali iklim artinya ini memberikan konsekuensi harga bergejolak terutama oleh produk-produk altikultur seperti cabai merah, bawang merah, ikan segar, dan sebagainya. Ini akan menjadi problem akan terus menghantui kita,” lanjutnya.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Wahyu Agung Nugroho mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Juli 2022 mengalami inflasi 0,64 persen (mtm).
Angka ini meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat 0,61 persen.
“Kenaikan inflasi tersebut terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices di tengah inflasi inti yang terjaga lebih rendah dan kelompok volatile food yang mulai menurun,” ungkapnya dalam webinar, pada Kamis (4/8/22).
Inflasi IHK secara tahunan sebesar 4,94 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Akan tetapi dibandingkan dengan negara peers seperti Thailand yang inflasi sebesar 7,7 persen, Filipina 6,1 persen, India 7 persen, justru inflasi di Indonesia masih relatif moderat.
Di sisi lain untuk inflasi inti tetap terjaga rendah sebesar 2,86 persen yang didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi.
“Inflasi IHK pada 2022 diperkirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran dan akan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus satu persen pada tahun 2023,” tutupnya.***