JAKARTA, Stabilitas—Presiden Republik Indonesia ke-tiga Bacharudin Jusuf Habibie memberikan kuliah umum pada acara Presidential Lecture yang digagas oleh Bank Indonesia Institute (BI Institute) di Jakarta, Senin (13/2).
Acara tersebut merupakan yang ketiga kalinya digelar sejak BI Institute berdiri pada tahun 2015 lalu. Pada President Lecture ketiga kali ini BI mengangkat tema “Peningkatan Daya Saing Indonesia Melalui Penciptaan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas”. Pada kesempatan kali ini Habibie bercerita mengenai kepemimpinannya sebagai Presiden RI ketiga kepada ratusan pegawai Bank Indonesia.
Dalam kuliah umum tersebut Habibie bercerita tentang perjuangannya membawa Bank Indonesia kepada independensi. Habibie menceritakan untuk mengeluarkan Bank Indonesia dari kabinet pemerintahannya merupakan hal yang tidak mudah, sebab banyak intervensi dan masukan dari beberapa pejabat pemerintahan saat itu.
“Saat saya menyusun kabinet, saya bilang sama penasehat saya kalau Bank Indonesia bersama Mahkamah Agung akan saya keluarkan dalam kabinet, itu ributnya bukan main,” kata Habibie.
Sebelum Indonesia dipimpin oleh Habibie, Bank Indonesia masih berada dalam kabinet pemerintahan. Selama itu juga, pemerintah memiliki wewenang untuk mengintervensi Bank Indonesia.
Menurut Habibie, cara kerja BI sangat membantu presiden dalam melaksanakan pembangunan. Oleh karena itu Bank Indonesia sebaiknya dipimpin oleh sosok Gubernur.
“Penasehat saya mengatakan, apa bisa begitu, itu dibikin Pak Soekarno. Bahkan ada yang bilang tidak ada dasar hukumnya, kalau begitu saya bikin dasar hukumnya,” tegas Habibie.
Indepensi Bank Indonesia yang terus dijunjung tinggi sampai saat ini, membuat Habibie merasa bangga, oleh karenanya hal itu harus terus diterapkan.



.jpg)
.jpg)









