Indonesia adalah negara yang rentan bencana. Banjir, gempa, tsunami, gunung meletus sudah menjadi teman akrab di anah Indonesia. Akan tetapi ironisnya lebih dari duapertiga penduduknya belum memiliki asuransi. Selain itu, menurut data statistik, lebih dari sepertiga penduduk atau sekitar 77 juta orang tidak memiliki tabungan yang dapat diandalkan.
Kenyataan inilah yang ingin diubah oleh otoritas sektor keuangan yang bulan lalu meluncurkan pedoman untuk mengembangkan asuransi berpremi murah agar terjangkau seluruh masyarakat terutama yang berpendapatan rendah. Premi asuransi mikro ditetapkan maksimal Rp50 ribu dengan target masyarkat bepenghasilan tidak lebih dari Rp2,5 juta per bulan. Dengan begitu diharapkan akan makin banyak masyarakat yang berasuransi.
Sejatinya beberapa perusahaan asuransi sudah memiliki produk murah namun kesulitan untuk mendistribusikannya kepada masyarakat miskin yang biasanya berada di pelosok-pelosok negeri. Nah, dalam guideline yang diluncurkan Otoritas Jasa Keuangan itu, perusahaan dibolehkan untuk menggunakan teknologi ataupun menggandeng pihak ketiga demi menggencarkan peneterasi asuransi mikro
Dengan kalimat yang lebih terang, kini asuransi mikro bisa ditawarkan melalui telepon genggam atau perusahaan bisa menggandeng kantor pos yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia dalam memasarkannya. Juga bisa dicantolkan pada program branchless banking yang kini memang sedang dilakukan otoritas perbankan.
Sudah barang tentu ini menjadi kesempatan emas para pelaku asuransi untuk meng-geber pemasaran produknya hingga ke ujung wilayah RI. Jika asuransi harus memasarkan sendiri produknya hingga pelosok melalui pendirian kantor cabang perusahaan asuransi tentu tak tidak masuk hitungan bisnis karena kecilnya premi tidak mungkin bisa menutup mahalnya biaya distribusi. Dan jikalau harus menaikkan premi, tentu saja misi asuransi mikro tidak tercapai.
PT Pos tentu menjadi pihak yang paling diincar untuk menjadi mitra. Dan salah satu perusahaan yang bergerak cepat memanfaatkan peluang itu adalah Asuransi Central Asia (ACA), selain juga menggandeng jaringan toko ritel Indomaret. “Kami bekerja sama dengan Indomaret dan PT Pos Indonesia untuk menjadi channel distribution kami,” ujar Muljadi Kusuma, Kepala Direktorat Retail & Micro Insurance ACA.
Kerja sama ini membuat asuransi mikro ACA terdistribusikan ke 8.600 cabang Indomaret dan 3.800 cabang PT Pos di seluruh Indonesia. Pemegang polis bisa membeli produk ini di Indomaret dan memasukkan nomor PIN untuk terdaftar secara online. Sementara proses klaim bisa hanya lewat pesan singkat ponsel.
Adapun produk asuransi mikro yang dimiliki oleh ACA adalah demam berdarah, kecelakaan, kebakaran dan gempa bumi dengan premi Rp 10.000 per produk. Namun sampai saat ini, kontribusi asuransi mikro terhadap bisnis ACA belum terlalu besar.
Selain itu, menggandeng Lembaga Keuangan Mikro juga menjadi salah satu strategi saluran distribusi asuransi mikro yang sudah dilakukan oleh Prudential. Sejak dirilis April 2013 lalu, Prudential telah mengikat kerja sama dengan tujuh LKM, yang tersebar di Pulau Jawa. Perusahaan selanjutnya menargetkan akan menggandeng 12 LKM lagi di akhir tahun nanti. Produk asuransi mikro Prudential bernama Pru-Aman, dan berupa asuransi Jiwa Kredit yang preminya berkisar antara Rp 3.000-Rp 10 ribu per tahun, untuk debitur kelas Rp1 juta. “Konsepnya adalah kerjasama mitra,” ujar Firmandhani Hamdan, Head of Microinsurance Department Prudential.
Allianz Life yang telah memasarkan asuransi mikro sejak tahun 2006 juga menggunakan strategi serupa. Handojo Kusuma, Wakil Direktur Utama Allianz Life Indonesia mengatakan, untuk memasarkan produk-produk asuransi mikro, saat ini pihaknya bekerja sama dengan tiga mitra perbankan, lima koperasi dan 61 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi hingga Jayapura. Dengan kerja sama yang dilakukan oleh mitra-mitra bisnisnya, Allianz ingin terus menjangkau masyarakat ekonomi mikro dan lebih memahami kebutuhan mereka dalam hal perlindungan risiko.
Hingga akhir 2012, asuransi mikro Allianz mencatat total pendapatan premi sebesar Rp 63,12 miliar atau bertumbuh 40 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2011 yaitu Rp 44,95 milliar. Pertumbuhan premi asuransi mikro disebabkan oleh pertumbuhan jumlah tertanggung yang telah mencapai 1.398.607, meningkat 121 persen dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 633.311 tertanggung.
Branchless Banking
Sementara itu, bagi bank-bank milik pemerintah yang memiliki asuransi, siasat yang digunakan adalah mengintensifkan jaringan cabangnya sendiri. Hal itu tentu tak terlepas dari keinginan untuk tidak melepas potensi pendapatan dari fee-based income melalui pemasaran produk asuransi.
Bank Mandiri misalnya. Bank terbesar ini akan menjual produk-produk asuransi mikro melalui strategi bancaassurance. Direktur Komersial dan Bisnis Bank Mandiri, Sunarso, mengatakan potensi asuransi mikro sangat besar karena rata-rata masyarakat tidak memiliki asuransi. Ditambah lagi, Bank Mandiri saat ini memiliki lebih dari 900 ribu nasabah mikro. “Nanti nasabah-nasabah mikro kita harapkan bisa di-cover asuransi ini. Nanti nasabah mikro jadi aman karena jaminan sudah di-package dalam asuransi,” kata Sunarso.
Untuk ke depannya, Bank Mandiri akan menyalurkan asuransi mikro melalui branchless banking yang saat ini masih dalam tahap percobaan. Sunarso mengatakan masyarakat akan dapat membeli produk aasuransi mikro melalui branchless banking. “Branchless banking sebaga sarana, channel, dan saluran. Intinya itu,” ujar dia.
Sementara itu, Bank Tabungan Negara optimistis saluran distribusi yang dimiliki perseroan dapat mendukung pelaksanaan penjualan asuransi mikro di Indonesia. BTN akan mendistribusikan asuransi mikro melalui cabang yang saat ini telah berjumlah 876, serta melalui kerja sama dengan PT Pos Indonesia. BTN memiliki 2.970 titik channel dari 3.900 titik yang dimiliki PT Pos.
Direktur Ritel dan Konsumer BTN, Irman A Zahiruddin, mengatakan BTN tengah menunggu izin dari Bank Indonesia (BI) untuk dapat segera menyalurkan asuransi mikro pada nasabahnya. “Kalau secara pelaksanaan kami sudah siap. Pertama cabang. Kedua training, lalu ketiga sertifikasi,” kata Irman.
Sementara itu, Bank Negara Indonesia, bank pelat merah lainnya, berencana menjual asuransi mikro melalui titik-titik pembayaran yang telah bekerjasama dengan perseroan. “Ini tidak seperti bancassurance. Jadi kita bekerja sama dengan banyak payment point, online payment point. Seperti kantor pos, kita bisa bayar listrik dan sebagainya,” ujar Direktur Konsumer dan Ritel BNI, Darmadi Sutanto.
Asuransi mikro yang preminya tergolong sangat rendah, yakni maksimal sebesar Rp 50 ribu, dikatakan Darmadi membuat bank dapat menjangkau lebih banyak nasabah. “Kami pikir ini adalah bagian dari mendukung untuk memberikan asuransi dan perlindungan kepada masyarakat bawah atau berpenghasilan rendah bahwa kalau mendapat musibah tiba-tiba akan diganti kerugiannya,” ujar dia.
Tidak Cari Untung
Kalangan pengamat mendukung kebijakan OJK dalam meluncurkan program pengembangan asuransi mikro untuk menggaet masyarakat berpenghasilan rendah agar menjadi nasabah asuransi. Pengamat Asuransi Munawar Kasan mengatakan dari micro insurance sebenarnya tidak bisa mendapatkan untung yang banyak.
“Itu karena asuransi kecil. Sedangkan asuransi, umumnya, untuk investasi jangka panjang. Asuransi ini memang cocok untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Makanya dibuat mikro agar masyarakat bawah bisa menikmati berasuransi,” ucap Munawar.
Sementara Herris Simanjuntak menjelaskan, micro insurance untuk masyarakat bawah merupakan hal penting di saat banyak masyarakat Indonesia masih mementingkan kebutuhan sandang, pangan dan papan. “Masyarakat kita masih lebih kepada kebutuhan sehari-hari dan belum memikirkan asuransi, karena itu asuransi mikro bisa menjadi pilihan untuk mereka,” kata dia.
Ketua Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia, Hendrisman Rahim mengatakan, industri asuransi tidak semata mencari untung dalam memasarkan produk asuransi. Pasalnya dengan premi maksimal sebesar Rp50.000 dengan nilai pertanggungan paling besar Rp50 juta, hal itu lebih kepada aksi sosial dari kalangan asuransi. “Itu sebagian jadi aksi sosial kita. Intinya kita meningkatkan penetrasi asuransi. Dengan awalnya mereka terproteksi asuransi mikro, diharapkan nanti naik kelas tingkat kesejahteraannya, dan bisa membeli polis yang lebih besar nilai pertanggungannya,” kata dia.
Perlu diketahui beberapa perusahaan asuransi yang telah menyediakan asuransi mikro di antaranya, PT Asuransi Allianz Life Indonesia, PT Asuransi Tripakarta, PT Asuransi Adira Dinamika, PT Asuransi Takaful Keluarga, PT Asuransi Bumiputera 1912. Kemudian PT Asuransi Kredit Indonesia, PT Asuransi Jiwa Manulife, PT Prudential Life Assurance, PT Asuransi Central Asia, PT Asuransi Bumida, PT Asuransi Jiwasraya (persero), PT Asuransi Equity Life, PT Asuransi Jiwa Syariah Al Amin, PT AIG Insurance Indonesia, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) dan PT Asuransi Jiwa Bringin Life.